Berdasarkan pasal 528 BW, hak mewarisi diidentikkan dengan hak kebendaan, sedangkan pasal 584 menyebutkan hak waris sebagai salah satu cara
untuk memperoleh hak kebendaan. Oleh karenanya dalam BW, penempatannya dimasukkan dalam Buku II BW tentang kebendaan Pasal 830 sd 1130.
15
Dapat penulis simpulkan bahwa sumber hukum waris perdata adalah BW Burgerlijk Wetboek terdapat dalam pasal 528 BW yang dijadikan dasar hukum
C. Sistem Kekeluargaan Dalam Hukum Waris
Menurut Hazairin seperti yang dikutip oleh A-Yasa Abu Bakar bahwa sistem kewarisan tidak terlepas dari bentuk kekeluargaan dan bentuk kekeluargaan
berpangkal pada sistem prinsip keturunan yang pada gilirannya dipengaruhi pula oleh bentuk perkawinan.
16
Pada pokoknya ada tiga macam sistem keturunan dalam sistem kekeluargaan yang berkaitan dengan hokum waris, yaitu:
a. Sistem Kekeluargaan Patrilineal, Sistem keturunan yang ditarik menurut garis
bapak, kedudukan pria lebih menonjol pengaruhnya daripada kedudukan wanita di dalam pewarisan. Jadi, dalam sistem kekeluargaan patrineal garis ketrurunan
ditarik dari garis bapak. Contoh daerah yang memakai sistem kekeluargaan patrilinial adalah Gayo, Alas, Batak, Nias, Lampung, Buru, Seram, Nusa
Tenggara, Irian.
17
15
Kama Rusdiana dan Jaenal Aripin, Perbandingan Hukum Perdata, hal.51.
16
Al Yasa AbuBakar, Ahli Waris Sepertalian Darah: Kajian Perbandingan terhadap Penalaran Hazairin dan penalaran Fikih Mazhab, Jakarta: INIS, 1998, hal.16.
17
Absar Surwansyah
وSuatu Kajian Tentang Hukum Waris Adat Masyarakat Bangko Jambi,
Tesis S2 Program Studi Kenotariatan PascaSarjana Universitas Diponegoro, 2005, hal. 9.
b. Sistem Kekeluargaan Matrilineal Sistem keturunan yang ditarik menurut garis
ibu, kedudukan wanita lebih menonjol pengaruhnya daripada kedudukan pria di dalam pewarisan. Contoh daerah yang memakai sistem kekeluargaan matrineal
adalah Minangkabau, Enggano Timor.
18
c. Sistem Kekeluargaan Parental atau Bilateral
19
Sistem keturunan yang ditarik menurut garis orang tua, atau menurut garis dua sisi bapak-ibu, dimana
kedudukan pria dan wanita tidak dibedakan di dalam pewarisan. Contoh daerah yang memakai sistem kekeluargaan parental atau bilateral adalah Aceh,
Sumatera Timur, Riau, Kalimantan, Sulawesi dan lain-lain.
D. Hukum Adat
Kata adat sebenarnya berasal dari bahasa Arab yang berarti kebiasaan. Pendapat lain yang menyatakan, bahwa adat sebenarnya berasal dari bahasa
sansekerta a berarti bukan dan dato yang artinya sifat kebendaan. Dengan demikian , maka adat sebenarnya berarti sifat immateril: artinya adat menyangkut
hal-hal yang berkaitan dengan sistem kepercayaan.
20
Torop Eriyanto Sabar Nainggolan,menjelaskan dalam tesisnya yang berjudul Kedudukan Anak Perempuan Dalam Hukum Waris Adat Pada Masyarakat Batak
Toba di Kecamatan Pontianak Kota di Kota Pontianak, berkenaan tentang hukum
18
Mahsun Fuad, Hukum Islam Indonesia dari Nalar Partisipatoris hingga Emansipatoris, Jakarta: LKiS, 2005, hal. 82.
19
Mahsun Fuad, Hukum Islam Indonesia dari Nalar Partisipatoris hingga Emansipatoris, hal. 82.
20
Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, Jakarta: RajaGrafindo, 2003, hal. 70.
adat, bahwa hukum adat Hukum adat mengatur tentang hukum perkawinan adat, hukum waris adat, dan hukum perjanjian adat.
21
Para pakar akademisi mendefinisikan hukum adat dengan berbeda, berikut adalah beberapa pengertaindefinisi dari para kara akademisi:
Menurut C. Van Vollenhoven, Hukum adat adalah aturan-aturan hukum yang berlaku bagi orang-orang pribumi dan orang-orang timur asing, yang di satu pihak
mempunyai sanksi maka dikatakan hukum dan di lain pihak di kodifikasi maka dikatakan “adat”.
22
Menurut Ridwan Halim, Hukum adat adalah keseluruhan peraturan hukum yang berisi ketentuan adat istiadat seluruh bangsa Indonesia yang sebagian besarnya
merupakan hukum yang tidak tertulis, dalam keadaannya yang berbhineka tunggal ika, mengingat bangsa Indonesia terdiri dari ratusan suku bangsa yang masing-masing suku
bangsa tersebut memiliki adat istiadat berdasarkan pandangan hidup masing-masing.
23
Soerjono Soekanto mendefinisikan hukum adat adalah hukum yang dijumpai dalam adat sebagai bagian integralnya, sebagian bagian kelengkapannya. Adat
21
Torop Eriyanto Sabar Nainggolan,Kedudukan Anak Perempuan Dalam Hukum Waris Adat Pada Masyarakat Batak Toba di Kecamatan Pontianak Kota di Kota Pontianak, Tesis: Undip
Semarang, 2005, hal. 10.
22
Imam Sudiyat, Asas-Asas Hukum Adat Bekal Pengantar, Yogyakarta: Liberty, 1985, hal.5.
23
Ridwan Halim, Hukum Adat dalam Tanya Jawab, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985, hal 9.
selengakapnya ialah seluruh kebudayaan yang berkaidah sebagaimana tumbuh dan dikenal dalam masyarakat hukum adat.
24
Menurut B. Ter Harr Bzn mendefinisikan hukum adat adalah seluruh peraturan yang ditetapkan dalam keputusan-keputusan yang berwibawa dengan
tanpa termasuk surat-surat perintah raja-raja, kepala adat dan sebagainya dari para fungsionalis hukum misalnya hakim adat, kepala ada, kepala desa, dan sebagainya,
yang langsung berdasarkan pada ikatan-ikatan struktural dalam masyarakat daan ikatan-ikatan lainnya dalam hubungannya antara satu sama lain dan dalam ketentuan
yang timbal balik.
25
Sistem hukum adat pada dasarnya bersendikan atas dasar alam pikiran masyarakat Indonesia yang sudah jelas berbeda dengan alam pikiran masyarakat lain
hukum Barat. Jadi, hukum adat yang dipakai oleh masyarakat Indonesia berasal dari kebiasan masyarakat Indonesia.
26
Untuk lebih memahami tentang hukum adat, berikut ini adalah beberapa
karaktercorak dari hukum adat, yaitu:
24
Soerjono Soekanto,Kedudukan dan peranan Hukum Adat di Indonesia, Jakarta: Kurnia Esa, 1982, hal. 30.
25
Ridwan Halim, Hukum Adat dalam Tanya Jawab, hal. 10.
26
Torop Eriyanto Sabar Nainggolan,Kedudukan Anak Perempuan Dalam Hukum Waris Adat Pada Masyarakat Batak Toba di Kecamatan Pontianak Kota di Kota Pontianak, hal. 12.
- Keagamaan Religius Magis adalah pembulatan atau perpaduan kata yang
mengandung unsur atau perpaduan kata yang mengandung unsure beberapa sifat atau cara berpikir seperti prelogika, animism, pantangan, ilmu ghaib dan lain-lainnya.
27
- Kebersamaan, mempunyai sifat kebersamaan yang kuat, Manusia menurut hukum
merupakan makhluk dalam ikatan kemasyarakatan yang erat dan memperhatikan kepentingan sesama anggota keluarga, kerabat dan tetangga atas dasar tolong
menolong, serta saling membantu satu sama lain.
28
- Serba konkret dan serba jelas, artinya hubungan-hubungan hukum yang dilakukan
tidak tersembunyi atau samar-samar, antara kata-kata dan perbuatan berjalan serasi, jelas dan nyata.
29
- Visual maksudnya, pada umumnya dalam masyarakat Indonesia kalau melakukan
mengadaklan perbuatan hukum itu selalu konkrit nyata; Misalnya adanya pemberian uang muka atau uang panjer dalam hubungan hukum jual beli.
30
- Tidak dikodifikasi, artinya tidak dihimpun dalam suatu atau beberapa kitab undang-
undang menurut sistem hukum tertentu.
31
- Bersifat tradisional, artinya bersifat turun temurun sejak dahulu hingga sekarang tetap
dipakai, tetap diperhatikan dan dihormati.
27
Imam Sudiyat, Asas-Asas Hukum Adat Bekal Pengantar, hal. 35.
28
Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994, hal 23.
29
Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, hal 23.
30
Imam Sudiyat, Asas-Asas Hukum Adat Bekal Pengantar, hal. 35.
31
Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, 1994, hal 23.
- Dapat berubah, biasanya perubahan tersebut terjadi karena adanya perkembangan
zaman, perubahan keadaan tempat dan waktu. -
Mampu menyesuaikan diri dalam keadaan-keadaan yang baru. -
Terbuka dan sederhana, artinya dapat menerima unsur-unsur yang datang dari luar sepanjang unsur-unsur asing itu tidak bertentangan dengan pandangan hidup kita dan
ia bermanfaat bagi kehidupan masyarakat serta tidak sukar untuk menerima dan melaksanakannya. Namun jika unsur-unsur dari luar tersebut tidak sesuai dengan
pikiran masyarakat, akan dapat ditolak oleh masyarakat tersebut.
32
E. Hukum waris Adat