Hukum waris Adat KEWARISAN DAN HUKUM WARIS ADAT

- Dapat berubah, biasanya perubahan tersebut terjadi karena adanya perkembangan zaman, perubahan keadaan tempat dan waktu. - Mampu menyesuaikan diri dalam keadaan-keadaan yang baru. - Terbuka dan sederhana, artinya dapat menerima unsur-unsur yang datang dari luar sepanjang unsur-unsur asing itu tidak bertentangan dengan pandangan hidup kita dan ia bermanfaat bagi kehidupan masyarakat serta tidak sukar untuk menerima dan melaksanakannya. Namun jika unsur-unsur dari luar tersebut tidak sesuai dengan pikiran masyarakat, akan dapat ditolak oleh masyarakat tersebut. 32

E. Hukum waris Adat

Menurut Hilman Hadikusuma definisi dari hukum adat adalah sebagian dari ilmu pengetahuan tentang hukum adat yang berhubungan dengan kekeluargaan dan kebendaan. Sebagai ilmu pengetahuan ia mememrlukan penguraian yang sistematis, yang tersusun bertautan antara yang satu dan yang lain sebagai kesatuan. Ilmu pengetahuan menuntut adanya kebenaran yang objektif, walaupun sesungguhnya kebenaran dalam ilmu sosial itu dipengaruhi oleh perkembangan keadaan. 33 Menurut Ter Haar dan dikutip oleh Torop Eriyanto Sabar Nainggolan mendefinisikan Hukum Waris Adat adalah aturan-aturan atau hukum yang mengenai cara bagaimana dari abad ke abad penerusan dan peralihan dari harta kekayaan yang 32 Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994, hal 23. 33 Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, hal 14. berwujud dan tidak berwujud dari suatu generasi ke generasi berikutnya sebagai kelanjutan dari peralihan harta yang dimiliki oleh generasi sebelumnya. 34 Hukum waris adat meliputi aturan-aturan dan keputusan-keputusan hukum yang bertalian dengan proses penerusanpengoperan dan perihalperpindahan harta- kekayaan materiil dan non-materiil dari generasi ke generasi. Pengaruh aturan-aturan hukum lainnya atas lapangan hukum waris dapat dilukiskan sebagai berikut: a. Hak Purbapertuananulayat masyarakat hukum adat yang bersangkutan membatasi pewarisan tanah. b. Transaksi-transaksi seperti jual gadai harus dilanjutkan oleh para ahli waris; c. Kewajiban dan hak yang timbul dari perbuatan-perbuatan kredit tetap berkekuatan hukum setelah si pelaku semula meninggal. d. Struktur pengelompokan wangsasanak, demikian pula bentuk perkawinan turut menentukan bentuk dan isi pewarisan. e. Perbuatan-perbuatan hukum seperti adopsi, perkawinan ambil anak, pemberian bekalmodal berumah tangga kepada pengantin wanita, dapat pula dipandang sebagai perbuatan di lapangan hukum waris; hukum waris dalam arti luas, yaitu: penyelenggaraan pemindah-tanganan dan peralihan harta kekayaan kepada generasi berikutnya. 35 Asas-asas hukum waris adat adalah: 34 Torop Eriyanto Sabar Nainggolan,Kedudukan Anak Perempuan Dalam Hukum Waris Adat Pada Masyarakat Batak Toba di Kecamatan Pontianak Kota di Kota Pontianak, hal.22. 35 Imam Sudiyat, Hukum Adat sketsa Asas, Yogyakarta: Liberty, 1981, cet. II, Hal. 1515. 1. Asas ketuhanan dan pengendalian diri. 2. Asas kesamaan hak dan kebersamaan hak. 3. Asas kerukunan dan kekeluargaan. 4. Asas musyawarah dan mufakat. 5. Asas keadilan dan parimirma. 36 Jadi, asas ini banyak dipakai oleh hukum waris hukum adat adalah asas yang tercantum di atas. Karena hukum waris adat lebih mengutamakan kebersamaan dan juga kekeluaargaan.

F. Kesetaraan dalam Hukum Waris