LDS  terdiri  dari  Divisi  Dakwah  Khashshah  kaderisasi,  Divisi  Dakwah Ammah syiar, serta Divisi Media dan Diklat. Struktur ini dapat disesuaikan
dengan kebutuhan dan kemampuan setiap sekolah. LDS dapat berjalan secara informal  atau  formal  berupa  lembaga  alumni  forum  alumni  atau  lembaga
swadaya  masyarakat  atau  syuro  terbatas.  LDS  juga  dapat  berperan  untuk mengkoordinasi  dan  mengharmonisasi  berbagai  elemen  seperti  murabbi,
alumni  pengurus,  guru,  penjaga  sekolah  dan  elemen-elemen  pendukung lainnya.
16
2. Urgensi Dakwah Sekolah
Tentunya  dakwah  sekolah  mempunyai  urgensi  yang  penting  dalam pelaksanaannya.  Dalam  mencapai  itu  dilalui  tahap-tahap  yang  tidak  bisa
dilakukan  dalam  waktu  singkat.  Diawali  dengan  mengenal  prinsip  dari pendinian  tarbiyah.  Setelah  itu  alasan  yang  menjelaskan  keistimewaan  dari
dakwah  sekolah  itu  sendiri.  Akhirnya,  perlu  dibutuhkan  kerja  besar  agar tercipta perubahan yang besar pula.
a. Prinsip Pendinian Tarbiyah
Selanjutnya  kita  mulai  memasuki  pembahasan  bagaimana  mulai membangun    kepribadian  generasi  muda  kita.  Sebenarnya,  Islam  telah
mengajarkan  bahwa  menanam  bibit  generasi  yang  sholeh  harus  dilakukan sedini mungkin. Dalam hadits Hasan Shahih, diriwayatkan oleh Abu Daud
dan  Tirmidzi,  misalnya  seorang  bayi  disunahkan  untuk  diazankan  dan diiqomatkan  ketika  baru  lahir.  Itu  adalah  bagian  dari  pendinian  proses
16
Nugroho Widiyantoro, Panduan Dakwah Sekolah: Kerja Besar untuk Perubahan Besar, h. 9.
tarbiyah itu; agar kalimat pertama yang didengarnya adalah kalimat tauhid dan kebaikan semata, dan agar syaitan menjauhinya dari menyesatkannya.
17
Bahkan  jauh  sebelumnya,  seorang  pemuda  yang  siap  menikah hendaknya  memilih  calon  isteri  yang  memiliki  dzatud  dien,    memiliki
penghayatan  dan  pengamalan  agama  yang  baik,  agar  kelak  berpotensi melahirkan  bibit  generasi  yang  shalih.  Nasihat  Luqman  kepada  anaknya
yang  diabadikan  oleh  Allah  Swt.  dalam  Surah  Luqman  ayat  12-19, menginspirasikan  kita  bahwa  pembinaan  anak-anak  adalah  sangat  efektif
untuk  mencetak  kepribadian  dan  karakter  yang  kuat  sejak  dini  hingga mewujudkan  kader-kader  belia  yang  akan  berjuang  di  tengah  masyarakat
dengan sabar dan siap menghadapi ujian-ujian kehidupan dan perjuangan. Banyak  riset  pendidikan  modern  saat  ini  menyimpulkan  bahwa  proses
pendinian  kematangan  kepribadian  seseorang  dapat  segera  dilakukan.
18
Apalagi  ada  indikasi  bahwa  kematangan  biologis  seorang  remaja mengalami  percepatan  dalam  beberapa  tahun  terakhir  karena  gizi  yang
meningkat  dan  arus  informasi  yang  amat  pesat.  Adalah  bahaya  besar, apabila  kematangan  ini  tidak  diimbangi  dengan  kematangan  kepribadian
dan bahkan kemandirian, karena akan terjadi penyimpangan-penyimpangan pergaulan  yang  tidak  bertanggung  jawab.  Tetapi  Islam  ternyata  lebih
dahulu percaya bahwa pendinian itu adalah sangat mungkin dilakukan, dan bahkan dapat memberikan hasil yang mengejutkan.
17
Jaudah Muhammad Awwad, Mendidik Anak Secara Islam Jakarta: Gema Insani Press, 1995, h. 77.
18
Fadjar, A. Malik, Visi Pembaruan Pendidikan Islam Jakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Penyusunan Naskah Indonesia, 1998, h. 22.
Kematangan dini itu amat tampak misalnya pada kisah seorang sahabat Rasulullah  Saw.  yang  fenomenal.  Usamah,  yang  pada  usia  18  tahun
memimpin pasukan Islam pertama ekspansi keluar Jazirah Arab. Kemudian Imam ath Thobari, seorang ahli tafsir besar telah hafal al-
Qur’an pada usia 7  tahun  dan  menjadi  Imam  pada  usia  8  tahun.  Imam  Ibnu  Taimiyah  telah
memberikan  fatwa  pada  usia  15  tahun.  Muhammad  al-Fatih  Murad membebaskan  Konstantinopel  pada  usia  24  tahun,  yang  telah  menjadi
mimpi 8 abad umat Islam.
19
Kematangan  dini  itu  pun  juga  tampak  pada  episode  kehidupan  yang lebih  pribadi:  pernikahan  dini  Ya,  Amru  bin  Ash,  pahlawan  Islam  yang
membebaskan Mesir menikah pada usia 12 tahun. Muhamad Abdul Wahab sang  pembaharu  Islam  menikah  pada  usia  12  tahun,  Ali  bin  Abi  Thalib
menikah  pada  usia  16  tahun,  dan  nama-nama  besar  lainnya  yang  tidak mungkin  disebutkan satu persatu. Pernikahan dini tersebut  tentu  saja telah
diimbangi dengan kemandirian dini secara finansial pula.
20
Kematangan-kematangan  diatas  Allah  puji  sebagaimana  sabda Rasulullah  Saw.:
“Sesungguhnya,  Allah  mencintai  pemuda  yang  tidak mempunyai  sifat  kekanak-
kanakan.”  Umumnya  kematangan  dini  di  atas diproses  oleh  institusi  yang  inti  yaitu  keluarga.  Dan  sebagian  besar
keluarga-keluarga  di  Indonesia  ini,  telah  melewati  masa-masa  emas pendinian  pembinaan  anak  dengan  gagal.  Itulah  saat  ini  yang  menjadi
permasalahan  dan  pembahasan  kita  yang  utama,  produk  remaja-remaja yang  lemah  moralitasnya  dan  rentan  dengan  air  bah  demoralisasi.  Inilah
19
Jum’ah Amin Abdul Aziz, Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam, 3
rd
ed. Solo: Era Intermedia, 2000, h. 34.
20
Jum’ah Amin Abdul Aziz, Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam, h. 42.