medan dakwah yang sangat strategis dan telah menjadi tanggung jawab publik secara luas untuk menggarapnya.
b. Keistimewaan Dakwah Sekolah
Ada 3 alasan utama yang menjelaskan keistimewaan dakwah sekolah yakni: a efektif, b masif, c strategis. Alasan-alasan ini sangat khas dan
membedakannya dengan segmen dakwah yang lain. 1
Efektif Tidak diragukan lagi bahwa menanamkan akidah dan moralitas kepada
remaja dan pemuda adalah jauh lebih efektif daripada berdakwah kepada golongan tua yang telah sarat dengan kontaminasi kepentingan pragmatis
dan ideologis. Usia muda adalah periode emas untuk belajar, menanamkan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai keagamaan. Sebuah pepatah Arab
mengatakan “belajar di waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu,
sedangkan belajar di masa tua bagaikan menulis di atas air.”
Pengalaman gerakan dakwah di berbagai negara menunjukkan bukti yang sama. Di Indonesia, peluang dakwah dan proses tarbiyah yang efektif
banyak berawal dari dakwah sekolah, baik di SMP maupun SMA. Penggerak dakwah kampus di berbagai perguruan tinggi besar seperti
Universitas Indonesia UI, Institut Teknologi Bandung ITB, Institut Pertanian Bogor IPB, dan sebagainya sebagian besar berasal dari aktifis
dakwah sekolah.
21
21
Nugroho Widiyantoro, Panduan Dakwah Sekolah: Kerja Besar untuk Perubahan Besar, h. 26.
2 Masif
Disebut “masif” atau massal adalah karena jumlah populasi pelajar sangat banyak dan tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Populasi pelajar
ini juga jauh melebihi populasi mahasiswa yang hanya berada di kota-kota besar. Dari 95 juta populasi pemuda Indonesia berusia 15
– 35 tahun di tahun 2010, 91,5 tamat SMP, dan 73,02 tamat SMA. Bandingkan
dengan 8,86 yang berhasil menamatkan pendidikan sarjana muda dan sarjananya.
22
Obyek dakwah yang masif tentu saja sangat vital. Bila pengaruh dakwah sedemikian besar kepada segmen pelajar, maka perbaikan
moralitas dan fikroh masyarakat akan tumbuh secara massif pula. 3
Strategis
Disebut strategis karena dakwah sekolah dalam jangka panjang akan
mensuplai SDM shalih di berbagai lapisan masyarakat sekaligus, baik buruh dan pekerja, wiraswastawan dan kaum profesional, serta calon
pemimpin di masa depan. Mengingat perannya yang amat strategis ini, maka tidak heran lahan dakwah sekolah ini menjadi rebutan berbagai
ideologi. Maka bayangkanlah apa yang terjadi apabila dakwah sekolah kita maju
dan berkembang. Tatkala ia berhasil menumbuhsuburkan kader-kader muslim yang banyak dan berkualitas juga simpatisan-simpatisan dakwah
yang massal. Mereka akan mengisi dan mewarnai lembaga-lembaga profesi di masa depan: perusahaan-perusahaan, instansi pemerintah,
22
Biro Pusat Statistik BPS, National Study Center Jakarta: BPS, 2010, h. 24.
birokrasi, perguruan tinggi, LSM, wiraswasta, dan tentu saja di masyarakatnya sendiri, baik sebagai pemimpin-pemimpin hingga level
grass root basis massa. Mereka
akan menjadi
agen-agen perubahan
skala sistem;
membersihkan seluruh sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara dari kuman-kuman korupsi, kolusi dan nepotisme yang sudah akut.
Mereka adalah darah baru yang akan membawa bangsa dan ummat Islam kepada zaman baru; era baru yang lebih cemerlang, maju, adil, sejahtera
dan –tentu saja- berakhlak.
c. Kerja Besar untuk Perubahan Besar
Maka, tidak berlebihan kalau kita katakan dakwah sekolah memiliki pengaruh amat besar bagi perubahan besar di negeri ini. Ini adalah kerja
besar yang harus didukung seluruh pihak, baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah. Para pelajar aktivis Rohis tentu menjadi garda
terdepan proyek besar ini. Alumni memberikan pembinaan, transfer pengalaman dan bahkan dana. Guru-guru memberikan suri tauladan dan
dukungan. Kepala sekolah menggunakan otoritasnya mempermudah kegiatan-kegiatan keislaman. Orang tua siswa memberikan dorongan,
bantuan dana dan fasilitas lainnya bila memungkinkan. Para ulama dan asatidz berbobot meluangkan waktunya untuk turut
memberikan pengajaran dan bimbingannya yang dibutuhkan pelajar. Bahkan, pejabat pemerintah dan anggota legislatif di DPRD tingkat I, II
maupun Pusat menggunakan otoritasnya untuk membuat program, produk
perundang-undangan dan menganggarkan dana yang besar untuk pembinaan moral generasi muda.
3. Tujuan dan Sasaran Dakwah Sekolah
Sebagaimana lazimnya suatu kerja besar, maka dakwah sekolah juga memiliki tujuan yang menjadi muara pencapaian segenap program-
programnya. Seringkali, program dakwah berjalan tanpa arah yang tegas, tidak fokus dan bahkan cenderung sporadis. Tetapi pemahaman yang jelas tentang
tujuan, membuat kita kreatif dalam membuat program yang efektif, walaupun ditengah banyak keterbatasan dana, sarana dan sumber daya manusia.
a. Tujuan
Tujuan dakwah sekolah dapat didefinisikan sebagai berikut: “Terwujudnya barisan remaja-pelajar yang mendukung dan mempelopori
tegaknya nilai-nilai kebenaran, mampu menghadapi tantangan masa depan dan menjadi batu bata yang baik dalam bangunan masyarakat
Islami.”
23
Ada 5 kata penting dalam definisi di atas yang mencerminkan kriteria output dakwah sekolah.
“Barisan”; Menunjukkan a sejumlah banyak orang, b memiliki kesamaan visi dan idealisme, c soliditas yang tinggi. Artinya,
dakwah sekolah harus menghasilkan output sejumlah besar pelajar yang memiliki visi dan idealisme yang tinggi, dan siap menjadi arus baru
perubahan. “Mendukung”; Menunjukkan partisipasi pasif yang dapat
diberikan bagi dakwah, baik dukungan dalam moral maupun material
23
M. Mansyur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral Jakarta: Al- Amin Press, 1997, h.48.
simpatisan. “Mempelopori”; Menunjukkan partisipasi aktif membela
kebenaran. “Mampu menghadapi tantangan masa depan”; Adalah dasar-
dasar kemampuan akademis, ketrampilan dan kemampuan profesi yang kompetitif di era globalisasi.
“Batu bata yang baik”; Potensi dan kompetensinya berguna dan bermanfaat bagi masyarakat luas.
b. Sasaran Dakwah Sekolah
Sasaran dakwah sekolah merupakan perincian dari tujuan dakwah sekolah di atas. Dengan tujuan tersebut maka sasaran dari dakwah sekolah
itu antara lain agar tumbuh suburnya kader, simpatisan, potensi kepemimpinan, kualitas ilmiah dan keterampilan, serta diharapkan
terwujudnya kebangkitan Islam.
1 Tumbuh Suburnya Kader
Pembentukan kader aktivis dakwah sekolah ADS adalah target yang paling khas, sebagai sasaran pertama dakwah pada umumnya. Para kader
ini adalah penggerak utama dakwah di sekolah. Merekalah yang akan merencanakan dan menjalankan program dakwah sekolah, baik secara
kolektif, terorganisir maupun secara individual fardiyah. Demikianlah Rasulullah Saw. membentuk kader-kader dakwah terlebih
dahulu, sebagai generasi yang kelak menjadi pendukung utama dakwah beliau, menyebarkan dakwah dan meluaskan seruannya ke negeri-negeri.
Maka Rasulullah Saw. mulai berdakwah kepada istrinya Khadijah r.a, Zaid bin Haritsah, Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar, Utsman bin Affan,
Ja’far bin Abi Thalib, Zubair bin Awwam, hingga sekitar 60 sahabat generasi pertama berasal dari semua lapisan masyarakat Mekkah.
24
Pola program yang sangat khas dalam pembentukan kader ini adalah dakwah khashshah, yakni program tarbiyah Islamiyah atau mentoring
agama Islam, pengkaderan dan pengajaran Islam dalam jumlah yang lebih terbatas limited group. Jumlah kelompok mentoring yang terbatas
ini lebih mengefektifkan proses tarbiyah, pengawasan dan penglibatan yang spesifik. Demikianlah Rasulullah Saw. mentarbiyah para sahabat di
rumah Arqam bin Abil Arqam di Mekah yang banyak menekankan masalah aqidah dan pembangunan ruhiyah yang tinggi.
2 Tumbuh Suburnya Simpatisan
Dakwah sekolah juga berorientasi pada terbentuknya simpatisan dan pendukung nilai-nilai kebenaran dalam jumlah yang banyak; dari
kalangan siswa, guru, kepala sekolah, dan sebagainya. Merekalah yang akan menjadi pembela-pembela dakwah ketika ditekan dan dihalangi,
dan pendukung-pendukung utama program kebaikan. Dakwah menyentuh mereka dengan berbagai program
dakwah „ammahsyi’ar yang lebih umum, terbuka dan massal, mendorong mereka kepada
keimanan, kebaikan dan keutamaan-keutamaan. Berbagai program dakwah „ammah yang khas adalah seperti tabligh,
ceramah umum, pengajian guru, pengajian kelas, bulletin dakwah, majalah dinding, penyebaran majalah dan buku-buku Islam, kaset-kaset
ceramah, bazaar buku, pameran, VCD Islami, dakwah fardiyah,
24
Jum’ah Amin Abdul Aziz, Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam, h. 50.
perpustakaan, khutbah Jum’at, dan lain-lain. Program lain yang tidak kalah penting adalah dakwah fardiyah dan pesona akhlak. Banyak
tokoh-tokoh kafir Mekkah yang masuk Islam karena dakwah fardiyah dan pesona akhlak Rasulullah Saw.
Simpatisan ini pun bisa terbentuk dari kalangan non-muslim. Kisah yang paling fenomenal adalah pembelaan Abu Thalib terhadap dakwah
keponakannya Muhammad Saw. Selama bertahun-tahun, Abu Thalib - yang juga tokoh yang sangat dihormati- menjadi pembela setia Nabi
Muhammad Saw. karena beliau tahu betul ketinggian akhlak dan kejujuran Muhammad Saw. sejak kecil. Walaupun, ia sendiri tetap dalam
kekafiran hingga wafatnya.
25
Hingga suatu ketika, Abu Thalib semakin kewalahan menahan kecaman dan tekanan kaum kafir Quraisy untuk segera melepaskan
jaminan perlindungannya dan menyerahkan Rasulullah Saw. untuk dibunuhdiusir. Namun Rasulullah Saw. meyakinkan,
“Wahai Paman, demi Allah, seandainya mereka itu meletakkan matahari di tangan
kananku dan bulan di tangan kiriku supaya aku menghentikan urusan ini dakwah, aku tidak akan berhenti sebelum Allah memenangkan agama-
Nya atau aku binasa karenanya. ”
Contoh lain adalah kisah Abu Bakar ra yang diberi diberi perlindungan oleh Ibnu Daghnah -seorang pemuka kaum kafir yang lain-. Apa
komentar Ibnu Daghnah ketika membela Abu Bakar ra padahal ia orang kafir?
“Sesungguhnya orang seperti Abu Bakar tidak pantas kalian
25
Jum’ah Amin Abdul Aziz, Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam, h. 63.