Objek Dakwah Sekolah Lembaga Dakwah Sekolah LDS

Fenomena merebaknya gank yang sering terlibat dalam tawuran di kalangan pelajar menjadi bukti adanya pengaruh itu. Oleh karena itu, keberhasilan dakwah sekolah pun sangat ditunjang oleh lingkungan yang kondusif sebagai tempat hidup yang nyaman bagi objek dakwah siswa tersebut. Motivasi membangun lingkungan itu dapat diberikan kepada siswa sehingga mereka memiliki kemauan untuk mengubah iklim yang tidak potensial untuk pembinaan menjadi iklim yang baik itu.

C. Mentoring

1. Pengertian Mentoring

Secara bahasa, mentoring berasal dari bahasa Inggris “mentor” yang artinya penasehat. Mentor adalah seorang yang penuh kebijaksanaan, pandai mengajar, mendidik, membimbing, membina, melatih, dan menangani orang lain, maka perkataan mentor hingga kini digunakan dalam konteks pendidikan, bimbingan, pembinaan, dan latihan. 29 Adapun dalam kalangan pelajar sekolah mentoring itu sendiri berarti lebih mendalam merujuk kepada pembinaan akhlak yang dilakoni oleh beberapa orang yang telah berkompeten dibidangnya dan telah mendapatkan izin resmi dari pihak sekolah dengan harapan adanya perbaikan-perbaikan yang dapat diciptakan dari pihak mentor ataupun siswa yang dibimbing. Saat-saat ini mentoring memegang peranan yang sangat penting, baik dalam pembinaan akhlak yang berkaitan dengan sosialnya bagi kalangan siswa yang melakoninya, dirasakan adanya perubahan tahap demi tahap menuju 29 Nugroho Widiyantoro, “Mentoring Sarana Membangun Akhlak dan Intelektual,” artikel diakses pada 2 Oktober 2014 dari http:mentoringblog.wordpress.com pribadi yang lebih baik, sehingga mentoring diartikan sebagai indikator dalam ia bertingkah laku.

2. Sejarah Perkembangan Mentoring

Mentoring merupakan kegiatan yang ditujukan untuk pelajar atau sekolah yang ingin menempa diri atau siswa menjadi generasi yang sholeh dan unggul. Kegiatan ini tidak menggantikan pelajaran agama di sekolah, tetapi merupakan pendamping pelajaran agama yang berlangsung secara periodik dengan bimbingan seorang mentor. Mentoring menggunakan metode pengajaran yang memperhatikan aspek kognitif, afektif, psikomotorik. Mentoring hadir dikalangan pelajar sebenarnya merupakan penetralisir berbagai penyimpangan yang terjadi dalam lingkungan sosial saat ini, dimana kita lihat sudah sangat banyak ketidak sesuaian perilaku dengan ajaran-ajaran atau pendidikan yang telah diberikan kepada pelajar khususnya. Adapun penyimpangan tersebut merupakan suatu masalah sosial, masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada, hal ini tentunya tidak sesuai dengan nilai- nilai yang ada pada pancasila, hadirnya mentoring ini diharapkan dapat mengatasi masalah sosial tersebut. Pola pendekatan friendship serta prinsip 3F Fun, Fresh and Focus yang diterapkan menjadikan program ini lebih menarik, efektif serta memiliki keunggulan tersendiri. Pola pendekatan dan prinsip tersebut digunakan untuk menyampaikan materi yang terdiri dari tutorial agama, bimbingan mempelajari al- Qur’an, diskusi, games serta outbond. Hal ini memudahkan peserta mentoring dalam mendapatkan banyak pengetahuan tentang Islam serta kemampuan untuk mengembangkan kepribadian. Selain itu, pendekatan serta kemasan tersebut dapat memudahkan mentor dalam melakukan transformasi nilai serta pengetahuan kepada peserta mentoring. Untuk mengoptimalkan hasil mentoring, maka perlu diadakan sebuah upaya pembekalan mentor serta penugasan mentor secara tepat, sesuai dengan kapasitas mentor serta kondisi peserta mentoring. Oleh karena itu, mentor yang ditugaskan harus memenuhi Standar Kualifikasi Mentor sesuai kebutuhan tiap jenjang kelas dalam mentoring. Selain penempatan mentor pada kelas yang tepat, upaya untuk meminimalkan biaya transportasi serta waktu perjalanan mentor perlu dilakukan agar mentoring menjadi suatu kegiatan yang efektif, baik secara metode maupun efektif dana dan waktu, dalam usaha mencetak generasi pelajar unggul.

3. Peran Mentoring dalam Pendidikan

30 Selain peran-peran yang telah disebutkan sebelumnya, mentoring berfungsi dalam hal-hal sebagai berikut: a. Meningkatkan Tenggang Rasa Berikut dijelaskan peran pertama yaitu meningkatkan tenggang rasa, upaya peningkatan tenggang rasa dilakukan dalam serangkaian kegiatan seperti mengadakan outbond-outbond, kajian, tadabur alam yang kesemua itu didasarkan kepada syariat Islam dan tujuan dalam pancasila dalam membangun bangsa yang berkeadilan sosial melalui serangkain proses terutama apabila telah terciptanya tenggang rasa yang erat. 30 Fadjar, A. Malik, Visi Pembaruan Pendidikan Islam, h. 66. b. Meningkatkan Kualitas Kecerdasan Meningkatkan kualitas kecerdasan, pencapaian prihal tersebut dilakukan dalam kegiatan bimbingan belajar yang berdasarkan bimbingan belajar teman sebaya dengan harapan dapat terjalinnya komunikasi yang baik antar si penanya dan yang ditanya. Sehingga lebih cocok bila disebut dengan istilah diskusi bersama. c. Menambah Tingkat Solidaritas kepada Sesama Menambah tingkat solidaritas kepada sesama, dalam peran mentoring kali ini tidaklah berupa serangkaian kegiatan yang tersusun dalam program kerja mentoring, melainkan suatu hasil yang timbul secara murni dari kegiatan-kegiatan lainnya, dimana anak terdidik dapat mengambil pelajaran sendiri dari proses-proses yang telah dijalani. d. Mengembalikan Citra Anak Muda yang Sopan dan Santun Mengembalikan citra anak muda yang sopan dan santun, mentoring bertujuan membangun kembali tatakrama yang dulu telah tertanam dalam pribadi tiap pemuda bangsa ini. Namun kita ketahui bersama setelah terjadinya globalisasi dan umumnya peran orang tua yang kurang untuk mendidik anak-anak mereka, citra pemuda yang sopan dan santun tersebut mulai berkurang bahkan sampai dikatakan krisis oleh beberapa referensi yang ditulis berbagai media ataupun buku-buku. Adapun kegiatan yang dapat dilaksanakan yaitu mentoring rutin pekanan yang pelaksanaannya telah disusun dan berbasis kompetensi-kompetensi.