Program Kerja Kepengurusan LDS SALAM 5

59

BAB IV POLA KOMUNIKASI PENGURUS LDS

DALAM KEGIATAN MENTORING

A. Pola Komunikasi Pengurus LDS dalam Kegiatan Mentoring di SMA Negeri 5

Depok Pola komunikasi merupakan salah satu unsur yang sangat menentukan dalam kegiatan mentoring pelajar. Dan ini didukung oleh seorang pementor yang mempunyai syarat-syarat sebagai komunikator, yaitu memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikasinya, memiliki keterampilan berkomunikasi, mempunyai pengetahuan yang luas, memiliki sikap yang baik terhadap komunikan peserta mentor dan memiliki daya tarik dalam artian komunikator memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan sikap atau penambahan pengetahuan bagi atau pada diri komunikan. 1 Jika seorang pementor komunikator telah memahami syarat- syarat tersebut, maka pola komunikasi yang dilakukan akan dapat diterima dengan baik oleh komunikannya peserta mentor. Dari hasil wawancara dan pengamatan yang telah dilakukan, di dapat bahwa pola komunikasi yang digunakan pementor pengurus LDS dalam kegiatan mentoring di SMA Negeri 5 Depok adalah pola roda dan pola bintang dan menggunakan bentuk komunikasi antarpribadi. Menurut Wayne Pace dan Don Faules, komunikasi dalam kaitannya terhadap pola roda dan pola bintang, membagi 1 H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, 2 nd ed. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000, h. 93-94. komunikasi atas tiga tipe, yakni komunikasi dengan diri sendiri, komunikasi antar pribadi serta komunikasi khalayak komunikasi kelompok, komunikasi publik, dan komunikasi massa 2 . Selama proses kegiatan mentoring berlangsung, pola roda dan pola bintang sangat dominan terjadi. Dalam observasi penulis, proses kegiatan mentoring memiliki keterkaitan terhadap kedua pola tersebut. Terlihat dari rangkaian kegiatannya, antara lain pertama kali dimulai dari seorang komunikator saat membuka sesi mentoring, memberikan pengarahan lalu menanyakan kabar satu persatu kepada peserta mentor pola roda. Kedua, menanyakan kepada komunikan peserta mentor terhadap kabar-kabar tentang informasi akademis berkaitan tentang kegiatan sekolah, saat itu maka komunikan akan saling menanggapi pola bintang. Ketiga, saat pembacaan ayat suci al- Qur’an, maka komunikan membacanya satu persatu dan pementor komunikator membenarkan bacaan jika dalam membacanya terdapat kesalahan pola roda. Keempat, masuk ke sesi inti dari kegiatan mentoring, yakni pembahasan isi materi kemudian peserta saling bertanya dan berdiskusi membahas materi tersebut secara bersama-sama pola bintang. Pada sesi penyampain materi dan diskusi, memakan waktu paling lama dibanding sesi yang lain, yaitu kurang lebih selama 60 menit. Kelima, yaitu pembacaan kesimpulan hasil diskusi dari materi yang dibahas 2 A. Goldberg dan E. Larson, Komunikasi Organisasi dan Kelompok Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia UI-Press, 1985, h. 27-33. saat mentoring pola roda. Keenam, penutup dari pementor komunikator kepada komunikan berupa pembacaan doa penutup majelis pola roda. 3

1. Pola Roda

Pola roda adalah pola yang mengarahkan seluruh informasi kepada individu yang menduduki posisi sentral. Atau seseorang berkomunikasi pada banyak orang. 4 . Pola roda bersifat dua arah, di mana komunikator memberikan stimulus dan komunikan memberikan respon atau tanggapan. Ini menyebabkan komunikasi antara komunikator pementor dan komunikan peserta mentor lebih didominasi oleh komunikator, sehingga komunikan bersifat sebagai pendengar dengan adanya umpan balik. Begitupun yang diucapkan oleh Yoga julian, “Terkadang di awal mentoring pola komunikasinya terjadi dua arah dengan memberikan materi berbentuk silabus dan pengarahan dari kita kepada mereka peserta mentor. Jadi biasanya dari mereka sih, saat saya menyampaikan itu pasti ada respon atau umpan baliknya. ” 5 Pada pola roda ini, berdasarkan teori dari Wayne Pace dan Don Faules, menurut sifatnya komunikasi antarpribadi bisa dibedakan menjadi dua macam yaitu komunikasi diadik dan komunikasi kelompok kecil. Komunikasi diadik adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka, contohnya yaitu dengan cara percakapan, dialog, dan wawancara. Percakapan berlangsung dalam suasana yang bersahabat dan informal. Dialog 3 Observasi Penulis Selama Sebulan, Pertengahan Oktober Sampai dengan Pertengahan November 2014 4 A. Goldberg dan E. Larson, Komunikasi Organisasi dan Kelompok, h. 102-103. 5 Wawancara Pribadi dengan Yoga Julian Ketua Lembaga Dakwah Sekolah SALAM 5, Depok, 20 November 2014. berlangsung dalam situasi yang lebih intim, lebih dalam, dan lebih personal, sedangkan wawancara sifatnya lebih serius, yakni adanya pihak yang dominan pada posisi bertanya dan yang lainnya pada posisi menjawab. Lalu berdasarkan sifat dari komunikasi antarpribadi berikutnya, yaitu adalah komunikasi kelompok kecil. Tetapi berdasarkan observasi penulis 6 , komunikasi kelompok kecil bukan termasuk bagian dari pola roda. Pertama, walaupun anggota-anggotanya terlibat dalam suatu proses komunikasi yang berlangsung secara tatap muka yang merupakan ciri dari pola roda, tetapi alasan kedua, pembicaraan tersebut berlangsung secara terpotong-potong dimana semua peserta bisa berbicara dalam kedudukan yang sama. Dengan kata lain, tidak ada pembicara tunggal yang mendominasi situasi. Hal ini berarti menggugurkan ciri dari pola roda itu sendiri dimana komunikator haruslah menduduki posisi sentral atau terpusat. Alasan berikutnya sumber dan penerima sulit di identifikasi, karena dalam situasi seperti ini, semua anggota bisa berperan sebagai sumber dan juga pembicara. Pola komunikasi roda yang dilakukan oleh para pementor yang pertama diterapkan yaitu menggunakan sikap seolah-olah pementor adalah kakak untuk mereka. Seperti diawali dengan mencoba untuk meyakinkan bahwa mentoring adalah sesi yang bukan hanya sekedar belajar agama, tapi lebih dari itu. Dalam mentoring juga belajar untuk tahu kapan mulai berbicara dan yang lain berusaha untuk mendengarkan. Dengan menerapkan hal itu, lama kelamaan peserta 6 Observasi Penulis Selama Sebulan, Pertengahan Oktober Sampai dengan Pertengahan November 2014