Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
“Oleh karena itu, sejak dulu hingga sekarang pemuda merupakan pilar kebangkitan. Dalam setiap kebangkitan, pemuda adalah rahasia kekuatannya.
Dalam setiap fikrah, pemuda adalah pengibar panji-panjinya. ”
6
Membangun kepeloporan pemuda tentu tidak dapat dilakukan dengan sekejap mata. Apalagi ketika mereka sedang mengalami sakit yang semakin
parah karena tidak kunjung diobati. Bagaikan virus SARS, penyebaran virus- virus demoralisasi yang mematikan hati, fisik dan akal ini amat mudah
menyebar di mana-mana.Masa depan sebagai bangsa sangat terancam oleh kualitas dan moralitas generasi muda yang sangat mengkhawatirkan. Dan ini
tentu saja menjadi tanggung jawab semua pihak. Para ulama, tokoh masyarakat, sesama pelajar, alumni, guru, kepala sekolah, dan tentu saja, pemerintah.
Oleh karena itu, semua pihak tersebut patut peduli dan mengambil tanggung jawab secara kolektif tanpa terkecuali. Para guru, pembina agama, pemerintah,
alumni, orang tua, sesama siswa dan masyarakat luas harus bahu-membahu memberikan kontribusi pembinaan remaja, salah satunya melalui kegiatan
mentoring di sekolah. Salah satu kegiatan dakwah bagi pemuda yang merupakan aset bangsa kelak di masa depan, yang bertujuan untuk mencetak
kepribadian dan karakter yang kuat sejak dini.
7
Kewajiban dalam melaksanakan dakwah kepada mereka adalah tanggung jawab yang kelak akan Allah tanyakan
langsung di akhirat. Ada tiga alasan utama yang menjelaskan urgensi kegiatan mentoring yang
dijalankan Lembaga Dakwah Sekolah yakni: Efektif, Masif, dan Strategis.
8
Alasan-alasan ini sangat khas dan membedakannya dengan segmen organisasi
6
Nugroho Widiyantoro, Panduan Dakwah Sekolah: Kerja Besar untuk Perubahan Besar, h. 15.
7
Ibid., h. 3.
8
Ibid., h. 20.
dakwah yang lain. Alasan ini juga yang membuat kegiatan mentoring menjadi hal yang istimewa untuk dilaksanakan di sekolah.
Ulasan pertama yaitu efektif. Tidak diragukan lagi bahwa menanamkan akidah dan moralitas berdakwah melalui kegiatan mentoring kepada remaja
dan pemuda adalah jauh lebih efektif daripada berdakwah kepada golongan tua yang telah sarat dengan kontaminasi kepentingan pragmatis dan ideologis. Usia
muda adalah periode emas untuk belajar, menanamkan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai keagamaan. Sebuah pepatah Arab mengatakan
“belajar di waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu, sedangkan belajar di masa tua bagaikan
menulis di atas air. ”
Di Indonesia, peluang dakwah dan proses tarbiyah yang efektif banyak berawal dari dakwah sekolah, baik di SMP maupun SMA. Penggerak dakwah
kampus di berbagai perguruan tinggi besar seperti Universitas Indonesia UI, Institut Teknologi Bandung ITB, Institut Pertanian Bogor IPB, dan
sebagainya sebagian besar berasal dari aktivis lembaga dakwah sekolah. Ulasan selanjutnya yaitu masif. Objek dari mentoring adalah pelajar di
sekolah, d isebut “masif” atau massal karena jumlah populasi pelajar sangat
banyak dan tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Populasi pelajar ini juga jauh melebihi populasi mahasiswa yang hanya berada di kota-kota besar. Dari 74 juta
populasi pemuda Indonesia berusia 15 –35 tahun di tahun 2010, 91,5 tamat
SMP, dan 73,02 tamat SMA. Bandingkan dengan 8,86 yang hanya berhasil menamatkan pendidikan sarjana muda dan sarjananya.
9
Obyek dakwah yang masif tentu saja sangat vital. Bila pengaruh dakwah sedemikian besar kepada
9
Biro Pusat Statistik BPS, National Study Center Jakarta: BPS, 2010, h. 24.
segmen pelajar, maka perbaikan moralitas dan fikroh masyarakat akan tumbuh secara masif pula.
Lalu ulasan terakhir yaitu strategis. Disebut strategis karena kegiatan
mentoring yang dijalankan LDS dalam jangka panjang akan mensuplai sumber daya manusia SDM shalih di berbagai lapisan masyarakat sekaligus, baik
buruh dan pekerja, wiraswastawan dan kaum profesional, serta calon pemimpin di masa depan. Mengingat perannya yang amat strategis ini, maka tidak heran
lahan dalam lembaga dakwah sekolah ini menjadi rebutan berbagai ideologi. Maka bayangkanlah apa yang terjadi apabila lembaga dakwah sekolah maju dan
berkembang. Tatkala berhasil menumbuhsuburkan kader-kader muslim yang banyak dan berkualitas juga simpatisan-simpatisan dakwah yang massal.
Mereka akan mengisi dan mewarnai lembaga-lembaga profesi di masa depan: perusahaan-perusahaan, instansi pemerintah, birokrasi, perguruan tinggi,
LSM, wiraswasta, dan tentu saja di masyarakatnya sendiri, baik sebagai pemimpin-pemimpin hingga level grass root basis massa. Mereka akan
menjadi agen-agen perubahan skala sistem; membersihkan seluruh sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara dari kuman-kuman korupsi, kolusi dan
nepotisme yang sudah akut. Mereka adalah darah baru yang akan membawa bangsa dan umat Islam kepada zaman baru; era baru yang lebih cemerlang,
maju, adil, sejahtera dan tentu saja berakhlak. Tidak mudah dalam menjalankan kegiatan mentoring di sekolah.
Permasalahannya, walaupun kegiatan mentoring memiliki cita-cita, tujuan serta fungsi luar biasa yang diemban oleh LDS, tetapi hal itu tidak diiringi dengan
jumlah pengurus yang terlibat dalam menjalankan kegiatan mentoring. Sehingga
berakibat terhadap pola komunikasi yang tidak maksimal antara pengurus LDS selaku pementor dengan siswa selaku peserta mentor. Berdasarkan sumber data
yang didapatkan penulis
10
bahwa jumlah pengurus lembaga dakwah sekolah khususnya dalam menjalankan kegiatan mentoring mengalami penurunan tiap
tahunnya. Melihat latar belakang di atas tidak diragukan lagi bahwasanya pola
komunikasi menjadi penting dalam kaitannya terhadap kegiatan mentoring. Penulis tertarik untuk mengupas lebih jauh kiprah pengurus LDS dalam
menjalankan kegiatan mentoring di SMA Negeri 5 Depok dalam sebuah skripsi. Penulis mengambil subjek penelitian di SMA Negeri 5 Depok karena di sekolah
tersebut melaksanakan kegiatan mentoring. Selaras dengan uraian dan latar belakang di atas, hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengangkat
sebuah judul skripsi:
“Pola Komunikasi Pengurus Lembaga Dakwah Sekolah LDS dalam Kegiatan Mentoring di SMA Negeri 5 Depok.
” B.
Pembatasan dan Perumusan Masalah
Agar penelitian ini lebih fokus dan terarah, maka penulis membatasi dan merumuskan masalah. Penelitian ini dibatasi hanya akan meneliti tentang
kegiatan mentoring yang dijalankan oleh Lembaga Dakwah Sekolah LDS di SMA Negeri 5 Depok dengan menggunakan teori pola komunikasi roda dan
pola komunikasi bintang. Secara menyeluruh penulis akan berusaha menjawab dari rumusan masalah penelitian. Adapun permasalahan yang hendak dijawab
adalah:
10
Refleksi 20 Tahun Pembaharuan Tarbiyah di Indonesia: Tarbiyah Menjawab Tantangan, h. 68.
1. Bagaimana pola komunikasi pengurus LDS dalam kegiatan mentoring di
SMA Negeri 5 Depok? 2.
Apa faktor pendukung dan penghambat pengurus LDS dalam kegiatan mentoring di SMA Negeri 5 Depok?