Tujuan dan Sasaran Dakwah Sekolah

perpustakaan, khutbah Jum’at, dan lain-lain. Program lain yang tidak kalah penting adalah dakwah fardiyah dan pesona akhlak. Banyak tokoh-tokoh kafir Mekkah yang masuk Islam karena dakwah fardiyah dan pesona akhlak Rasulullah Saw. Simpatisan ini pun bisa terbentuk dari kalangan non-muslim. Kisah yang paling fenomenal adalah pembelaan Abu Thalib terhadap dakwah keponakannya Muhammad Saw. Selama bertahun-tahun, Abu Thalib - yang juga tokoh yang sangat dihormati- menjadi pembela setia Nabi Muhammad Saw. karena beliau tahu betul ketinggian akhlak dan kejujuran Muhammad Saw. sejak kecil. Walaupun, ia sendiri tetap dalam kekafiran hingga wafatnya. 25 Hingga suatu ketika, Abu Thalib semakin kewalahan menahan kecaman dan tekanan kaum kafir Quraisy untuk segera melepaskan jaminan perlindungannya dan menyerahkan Rasulullah Saw. untuk dibunuhdiusir. Namun Rasulullah Saw. meyakinkan, “Wahai Paman, demi Allah, seandainya mereka itu meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku supaya aku menghentikan urusan ini dakwah, aku tidak akan berhenti sebelum Allah memenangkan agama- Nya atau aku binasa karenanya. ” Contoh lain adalah kisah Abu Bakar ra yang diberi diberi perlindungan oleh Ibnu Daghnah -seorang pemuka kaum kafir yang lain-. Apa komentar Ibnu Daghnah ketika membela Abu Bakar ra padahal ia orang kafir? “Sesungguhnya orang seperti Abu Bakar tidak pantas kalian 25 Jum’ah Amin Abdul Aziz, Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam, h. 63. keluarkan dan tidak pantas pula kalian usir dari Mekkah. Sesungguhnya kamu adalah orang yang suka mengusahakan yang tiada, menolong orang yang sengsara, menghormati tamu dan membela orang yang berdiri di atas kebenaran.” 3 Tumbuh Suburnya Potensi Kepemimpinan Dakwah sekolah juga menjadi ajang yang efektif untuk menumbuhkan bakat kepemimpinan sejak dini. Potensi kepemimpinan yang tumbuh dan berkembang sejak dini adalah berbanding lurus dengan kematangan pemahamannya tentang Islam dan tanggung jawab dakwah. Mulai dari berlatih pidato atau berbicara di depan umum public speaking, menjadi pembawa acara, memimpin kegiatan dan organisasi, dan sebagainya. Di sinilah mereka belajar menjadi pemimpin yang memiliki leadership skill keahlian memimpin dan managerial skill keahlian mengorganisasi. Dua kemampuan ini harus dimiliki oleh seorang pemimpin. 26 Melalui berbagai sarana dan aktivitas dakwahnya, mereka menemukan wahana yang tepat untuk mengasah potensinya itu. Demikianlah masyarakat dakwah pada zaman Nabi Muhammad Saw. Dari masyarakat yang tidak terstruktur itu lahirlah pemimpin-pemimpin besar: pemimpin negara seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib; atau pemimpin militer seperti Khalid bin Walid, Abu Ubaidah bin Al Jarrah, Al Mutsanna bin Haritsah, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan lainnya. 26 Sondang Siagian, Organisasi Kepemimpinan dan Organisasi, 5 th ed. Jakarta: CV Masagung, 1986, h. 19. 4 Tumbuh Suburnya Kualitas Ilmiah dan Keterampilan Dakwah sekolah juga berkepentingan untuk memadukan antara imtak dan iptek, berilmu dan mengasah ketrampilan dengan bingkai akhlak yang Islami. Para pelajar didorong untuk giat belajar, memiliki berbagai ketrampilan yang diperlukan seperti kemampuan bahasa asing Inggris bahasa Arab, komputer, keorganisasian, kepemimpinan, manajemen, dan berbagai keterampilan lainnya. 27 Dengan bekal-bekal ini mereka diharapkan memiliki dasar-dasar kemampuan berdaya saing global. Allah swt. berfirman, “Katakanlah hai Muhammad, samakah kedudukan orang yang berpengetahuan dengan orang yang tidak berpengetahuan?” QS. Az-Zumar: 9. Sebagaimana sukses dakwah Nabi Saw. yang telah mendorong berbagai potensi para sahabatnya. Dari masyarakat yang buta aksara, lahirlah pemikir dan ilmuwan besar seperti Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, Ibnu Umar, Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka’ab. Bahkan menurut catatan Ibnul Qayyim, jumlah ulama yang ditinggalkan oleh Rasulullah Saw. saat wafatnya adalah berkisar antara 100 – 110 orang. 28 Juga munculnya kelompok pengusaha ulung seperti Abu Bakar, Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, dan lain-lain. Bahkan 9 dari 10 sahabat yang dijamin masuk syurga adalah pedagang. Muncul pula kelompok profesional dalam berbagai bidang seperti hukum Ali bin Abi 27 Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah Jakarta: CV Ruhama, 1994, h. 79. 28 Jum’ah Amin Abdul Aziz, Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam, h. 93. Thalib dan Syuraih, administrasi Abu Ubaidah, intelijen Hudzaifah dan Al Abbas, bahasa Zaid bin Tsabit, dan lain-lain. 5 Terwujudnya Kebangkitan Islam Sebagai hasil lebih lanjut dari tumbuh suburnya kader dan simpatisan dakwah di atas dari berbagai kalangan, maka otomatis suasana kebangkitan Islam akan terasa di sekolah. Berdesak-desakannya pelajar menonton konser musik artis-artis jahiliyah di stadion atau gelanggang remaja akan berubah dengan membanjiri konser-konser berbagai kelompok nasyid semisal Raihan. Berlomba-lombanya para pelajar putri mengenakan pakaian seragam yang ketat, rok pendek, yang menonjolkan auratnya, akan berganti dengan maraknya jilbab atau pakaian yang sopan. Ucapan salam bertebaran di mana-mana setiap kali bertemu dan berkenalan. Shalat dhuha menjadi aktivitas favorit penghuni sekolah di pagi hari pada saat istirahat pelajaran. Kegiatan hura-hura berganti menjadi kegiatan belajar kelompok dan kursus keterampilan. Wisata pelajar lebih bernuansa tafakur alam ketimbang ngelaba pacaran. Sekolah menjadi bersih tidak ada sampah terbuang sembarangan. Para pelajar menjadi santun dan rajin belajar menyongsong masa depan. Tidak ada lagi perkelahian pelajar di jalanan. Siswa, guru, kepala sekolah, pegawai sekolah, satpam hingga petugas kantin menghormati dan melaksanakan akhlak dan prinsip-prinsip Islam dalam hidup keseharian, secara alami penuh kesadaran dan tanpa sedikitpun ada tekanan. Sungguh indah hidup di bawah naungan al- Qur’an. Subhanallah.

4. Objek Dakwah Sekolah

Objek Dakwah Sekolah ODS adalah para obyek dakwah yang terdapat di lingkungan sekolah dan sekitarnya baik yang beragama Islam maupun non Islam, seperti: para siswa, guru, kepala sekolah, pegawai sekolah, orang tua dan wali siswa, serta sesama pelajar di lingkungan sekitar sekolah. Berikut ini adalah jenis-jenis ODS: a. Siswa atau Pelajar Siswa merupakan objek dakwah sekolah yang utama. Oleh karena itu, ruang gerak dakwah sekolah lebih ditekankan pada proses pembinaan siswa ini. Sebagai objek dakwah sekolah yang utama, pendekatan terhadap siswa pun harus menjadi prioritas. Pengenalan terhadap medan dakwah yang berlabel siswa ini menentukan keberhasilan pendekatannya. b. Guru Guru memiliki peran besar dalam dakwah ini. Guru memiliki posisi sebagai pemimpin dalam aktivitas belajar mengajar. Ia adalah orang yang mendidik, mengajar, dan membimbing para siswanya karena ialah yang menguasai ilmu itu. Kedudukan guru dalam hal ini akan menjadikannya sebagai sosok yang memiliki nilai tambah di mata siswa, apalagi jika ia memiliki kelebihan-kelebihan dan teladan yang baik. Dengan demikian, arahan dari guru akan banyak didengar oleh siswa. Guru juga berpeluang menjadi Aktivis Dakwah Sekolah ADS Permanen, artinya bila ia terdakwahi dan menjadi kader dakwah, maka ia akan menjadi penggerak dakwah sekolah yang permanen; dimana ia tetap mengajar di sekolah selama belasan atau puluhan tahun. Hal ini sangat berbeda dengan siswa, dimana ia memiliki keterbatasan waktu kontribusi dakwah kepada sekolah karena ia akan menjadi alumni, kuliah, bekerja dan seterusnya. c. Kepala Sekolah Kepala sekolah adalah pemimpin dan penanggung jawab utama sekolah, pengatur hubungan internal sekolah serta antara sekolah dengan pihak lain atau luar sekolah. Kepala sekolah memiliki peran yang sangat besar dalam menentukan kebijakan sekolah. Kepala sekolah sangat berpengaruh bagi keseluruhan aktivitas dan budaya suatu sekolah. Dukungan dan respon positifnya menjadi kekuatan yang melicinkan program-program dakwah di sekolah. d. Pegawai Sekolah Pegawai sekolah adalah pegawai penunjang aktivitas sekolah antara lain pegawai tata usaha, koperasi, satpam, petugas kebersihan, petugas perlengkapan, dan sebagainya. Di antara para pegawai sekolah ini terlibat dalam urusan sarana sekolah yang juga menjadi bagian dari keberhasilan dakwah sekolah. Sarana sekolah dengan berbagai kelengkapan fasilitasnya ini akan menjadi penunjang pelaksanaan program dakwah sekolah ini: masjid atau mushola yang memadai menjadi tempat yang nyaman untuk aktitas dakwah, kelengkapan sound system, karpet atau tikar, auditorium atau aula, halaman yang nyaman, dan sebagainya. Selain sebagai bagian dari objek dakwah, mereka juga akan menjadi mitra yang mendukung kegiatan dakwah sekolah dengan baik. e. Orang Tua dan Wali Siswa Orang tua atau wali siswa pun menjadi bagian dari objek dakwah sekolah. Orang tua dan wali siswa adalah orang terdekat kita yang juga harus tersentuh dakwah. Allah Swt. berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api nereka, yang bahan bakarnya dari manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” At-Tahrim: 6. Aktivitas dakwah sekolah memiliki kepentingan dalam menggarap mereka, yaitu agar memperoleh dukungan sekaligus membantu mengontrol anak-anak mereka yang menjadi objek dakwah. Pengelolaan dakwah sekolah kepada orang tua atau wali siswa seringkali mengalami kendala, terutama komunikasi yang masih sulit ditempuh. f. Sesama Pelajar di Lingkungan Sekitar Pelajar di lingkungan sekolah adalah para pelajar dari sekolah lain yang berlokasi di sekitar sekolah dan sering berinteraksi dalam berbagai kesempatan dan kegiatan. Kehadiran mereka dalam aktivitas dakwah sekolah tidak bisa dipungkiri karena mereka pun menjadi bagian dari pergaulan para objek dakwah yang dapat memberikan pengaruh meskipun interaksi hanya dilakukan di luar sekolah. Fenomena merebaknya gank yang sering terlibat dalam tawuran di kalangan pelajar menjadi bukti adanya pengaruh itu. Oleh karena itu, keberhasilan dakwah sekolah pun sangat ditunjang oleh lingkungan yang kondusif sebagai tempat hidup yang nyaman bagi objek dakwah siswa tersebut. Motivasi membangun lingkungan itu dapat diberikan kepada siswa sehingga mereka memiliki kemauan untuk mengubah iklim yang tidak potensial untuk pembinaan menjadi iklim yang baik itu.

C. Mentoring

1. Pengertian Mentoring

Secara bahasa, mentoring berasal dari bahasa Inggris “mentor” yang artinya penasehat. Mentor adalah seorang yang penuh kebijaksanaan, pandai mengajar, mendidik, membimbing, membina, melatih, dan menangani orang lain, maka perkataan mentor hingga kini digunakan dalam konteks pendidikan, bimbingan, pembinaan, dan latihan. 29 Adapun dalam kalangan pelajar sekolah mentoring itu sendiri berarti lebih mendalam merujuk kepada pembinaan akhlak yang dilakoni oleh beberapa orang yang telah berkompeten dibidangnya dan telah mendapatkan izin resmi dari pihak sekolah dengan harapan adanya perbaikan-perbaikan yang dapat diciptakan dari pihak mentor ataupun siswa yang dibimbing. Saat-saat ini mentoring memegang peranan yang sangat penting, baik dalam pembinaan akhlak yang berkaitan dengan sosialnya bagi kalangan siswa yang melakoninya, dirasakan adanya perubahan tahap demi tahap menuju 29 Nugroho Widiyantoro, “Mentoring Sarana Membangun Akhlak dan Intelektual,” artikel diakses pada 2 Oktober 2014 dari http:mentoringblog.wordpress.com