II.3 Film Sebagai Media Komunikasi Massa
Film atau motion pictures merupakan hasil pengembangan prinsip-prinsip fotografi dan proyektor. Filmlebih dahulu menjadi media hiburan dibandingkan
dengan radio dan televisi. Pada tahun 1920-an menonton film ke bioskop telah menajdi aktivitas yang sangat popular dikalangan orang Amerika. Padahal di
tahun 1903, Amerika memperkenalkan kepada publik sebuah film karya Edwin S. Porter dengan judul The Great Train Robbery yang berdurasi 11 menit. Di
Amerika sendiri tahun 1906-1916 merupakan periode penting dalam sejarah perfilman, karena pada decade inilah lahir film feature, dan tidak hanya itu pada
masa ini pulalah bintang film serta pusat perfilman yang saat ini dikenal dengan Hollywood.
Di Indonesia sendiri sejarah perfilman dimulai dengan film bisu berjudul Lady Van Java yang diproduseri oleh David pada tahun 1926, sedangkan film
bicara dimulai pada tahun 1941 dengan judul Terang Bulan. Semasa itu pulalah terjadi perang Asia Timur Raya membuat perusahaan perfilman yang diusahakan
oleh Belanda dan China tersebut beralih ke tangan Jepang yang lebih mengacu pada produksi film feature dan film dokumenter. Jepang pun tidak melewati
kesempatan untuk memanfaatkan film sebagai media informasi dan propaganda. Namun, tatkala bangsa Indonesia telah memproklamirkan kemerdekaannya, maka
pada 6 Oktober 1945 diserahkan kepada Indonesia. Pada hari itu pulalah lahir Berita Film Indonesia atau BFI. BFI kemudian bergabung dengan perusahaan film
negara yang berganti nama menjadi Perusahaan Film Nasional Ardianto, 2004:134-135.
Universitas Sumatera Utara
Film adalah karya seni yang lahir dari kreativitas orang-orang yang terlibat dalam proses penciptaan film. Orang-orang atau unsur-unsur yang terlibat dalam
produksi film meliputi ; produser, produser yang bertanggung jawab terhadap berbagai hal yang diperlukan dalam proses pembuatan film. Sementara itu
sutradara bertugas mengarahkan seluruh alur dan proses pemindahan suatu cerita atau informasi dari naskah skenario ke dalam aktivitas produksi. Unsur
selanjutnya adalah penulis skenario film, yaitu seseorang yang menulis naskah cerita yang akan di filmkan. Skenario film adalah naskah cerita film yang ditulis
dengan berpegang pada standar atau aturan-aturan tertentu. Skenario atau naskah cerita film itu ditulis dengan tekanannya lebih mengutamakan visualisasi dari
sebuah situasi atau peristiwa melalui adegan demi adegan yang jelas pengungkapannya. Dan yang membintangi film yang diproduksi dengan
memerankan tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita film tersebut adalah aktorakris atau bintang film.
Seorang penata kamera atau Camera men dituntut untuk mampu menghadirkan cerita yang menarik, mempesona dan menyentuh emosi penonton
melalui gambar demi gambar yang direkamnya di dalam kamera. Penata Artistik art director adalah seseorang yang bertugas untuk menampilkan cita rasa artistik
pada sebuah film yang diproduksi. Tugas seorang penata artistik diantaranya menyediakan sejumlah sarana seperti lingkungan kejadian, tata rias, tata pakaian,
perlengkapan-perlengkapan yang akan digunakan para pelaku pemeran film dan lainnya. Unsur yang mendukung selanjutnya adalah Penata musik film dan musik
yang merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Tidak jarang, film menjadi populer atau terkenal karena illustrasinya musiknya yang menarik. Setelah sebuah
Universitas Sumatera Utara
film yang diproduksi akhirnya akan ditentukan pula oleh seorang editor yang bertugas mengedit gambar demi gambar dalam film tersebut. Jadi, editor adalah
seseorang yang bertugas atau bertanggungjawab dalam proses pengeditan gambar httpwww.vaynatic.wordpress.com200912...unsur-unsur-dalam-film.
Dalam perspektif komunikasi massa film dimaknai sebagai pesan-pesan yang disampaikan dalam komunikasi films yang memahami hakikat, fungsi dan
efeknya. Perspekstif ini memerlukan pendekatan yang terfokus pada film sebagai proses komunikasi Irawanto, 1999:11.
Selain itu, film dapat dikelompokkan menjadi film cerita story film, film berita newsreel, film documenter documentary film dan film kartun cartoon
film. Tujuan khalayak menonton film terutama adalah ingin memperoleh hiburan. Akan tetapi dalam film dapat terkandung fungsi informatif, edukatif, bahkan
persuasif Arianto, 2004:136.
II.4 Stigma Islam Sebagai Teroris