Informan Keenam Penyajian dan Analisis Data

IV.2.6 Informan Keenam

Informan keenam bernama Christina Anggraini. Wanita berusia 22 tahun ini adalah salah satu mahasiswi tingkat akhir jurusan Ilmu Komunikasi. Titin begitu ia disapa ini adalah suku Tionghoa. Wanita kelahiran 10 Mei ini beragama Budha. Selain hobi membaca buku-buku fiksi ilmiah, dan non ilmiah, ia juga memiliki hobi nonton dan travelling. Mahasiswa yang mengakui bahwa dirinya kurang suka berorganisasi ini juga merupakan karyawan separuh waktu di PT. Agasam. Informan ketika dimintai menganalisis film My name is Khan ini mengungkapkan bahwasanya film ini adalah film yang cukup bagus, dapat menyentuh perasaan dan mengharukan, karena akting para aktoraktris sangat natural, benar-benar menjalani peran dan ekspresi yang diberikan sangat mendukung jalan cerita yang telah di buat. Saat romantis, senang, bahagia bahkan saat sedih semua dapat diperankan dengan baik. Ketika film-film lain yang mengangkat isu terorisme lebih mengedepankan tekhnikal dengan pertunjukkan action maupun perang senjata. Film My name is Khan menjadi sebuah pilihan yang pantas untuk ditonton, karena apa yang dikemukakan dalam film My name is Khan menurut informan lebih rasional, di dalam film ini penikmatnya diundang untuk menyerap pesan yang atas polemik yang tengah terjadi, yaitu antara terorisme dan keterkaitan Islam. Permasalah terorisme yang selama ini terjadi menurut informan tidak masuk akal, isu keagamaan dicampuradukkan dengan terorisme adalah kesalahan. Setelah menyaksikan film yang telah membeberkan bagaimana muslim di Universitas Sumatera Utara Amerika serikat yang diintimidasi, dan diskriminasi pasca tragedi 11 September ini informan jadi lebih mengetahui bagaimana Islam itu. Tanpa ingin banyak mengomentari bagaimana realita yang harus dihadapi muslim pasca peristiwa tersebut dapat memicu kemarahan dan kebencian warga non muslim, informan berujar di dalam menyikapi hal tersebut harus membuka mata lebar-lebar. Stigma terorisme yang ditunjukkan terhadap simbol-simbol keagamaan seperti yang diketahui informan yang diantaranya adalah cadar, jubah, jilbab yang memang identik dengan muslim tidak dapat diputuskan bahwa hal tersebut merupakan karakteristik terorisme, karena orang-orang yang dengan ciri seperti itu juga menunjukkan karakteristik suatu daerah. Menyikapi jaringan organisasi terorisme yang mengatasnamakan agama informan mengatakan kurang setuju dengan adanya jaringan-jaringan teroris ini. Film yang cukup jelas dan kuat pesannya ditangkap informan, sebagai sebuah bentuk penunjuk kepada seluruh masyarakat dunia non-muslim untuk berpikir terbuka, dan tidak ikut-ikutan dalam menjudge suatu agama melalui bagian-bagian yang identik dengan Islam tersebut. Selain nilai positif yang begitu banyak disampaikan di dalam film My name is Khan ini, informan merasa cemas bagaimana orang muslim melihat tindakan yang dilakukan oleh orang-orang non muslim. Di satu sisi ini bisa menimbulkan perspektif yang berbeda. Terorisme adalah masalah kita bersama, setiap orang berasal dari golongan, agama, suku, dan ras mana pun tidak membiarkan kejahatan terorisme ini mengakar dan bertahan lama. Karena pemikiran terorisme yang mengatasnamakan agama ini tidak benar. Secara pribadi informan menganggap bahwa agama dimanfaatkan untuk memperoleh dukungan dan agama dijadikan alasan untuk melakukan Universitas Sumatera Utara penyerangan. Setiap agama itu adalah benar tergantung pada pribadi masing- masing bagaimana untuk menggunakan agama, hati dan pikirannya. Selain itu, kita tidak bisa menentukan seseorang itu teroris berdasarkan agamanya. ujar informan.

IV.2.7 Informan Ketujuh