tersebut yang menurut informan cukup menyalahi aturan dan syariah Islam, tetapi film ini sangat bagus menanamkan pendidikan moral dan nilai kemanusian yang
cukup tinggi yang mengajarkan toleransi antar umat beragama dan menumbuhkan semangat tolong-menolong diantara masyarakat dengan perbedaan-perbedaan
tersebut.
IV.2.2 Informan Kedua
Informan kedua adalah Rollas Nainggolan. Mahasiswa jurusan Ilmu Sosiologi adalah anak sulung dari empat bersaudara. Rollas adalah salah satu
lulusan SMU 1 Sidikalang yang juga menjadi salah satu staff pengajar di Bima Coorporation. Mahasiswa beragama Katolik ini juga hobi membaca dan
menonton. Selain turut dalam kegiatan “Muda-mudi Katolik” Batak Toba, Rollas juga aktif mengikuti perlombaan karya ilmiah yang diselenggarakan oleh DIKTI.
Walaupun ia belum pernah menjadi pemenang dalam perlombaan karya ilmiah yang diadakan oleh DIKTI, Rollas mengakui bahwa dirinya cukup bangga dan
sangat senang karena dapat mengembangkan kreatifitas dan menyalurkan pemikiran-pemikirannya sebagai mahasiswa yang konsen dalam ilmu sosiologi.
Menanggapi tentang film yang sangat fenomena dikalangan masyarakat ini, informan mengatakan film “My name is Khan” ini merupakan sebuah
cerminan bagi kita makhluk beragama dalam menyikapi isu terorisme yang mengatasnamakan agama. Berbicara mengenai isu keagaman adalah sesuatu yang
sangat sensitif dan berbahaya, karena dapat dengan mudah menyulut peperangan. Jika kita melihat film My name is Khan, kita seolah melihat suatu keadaan yang
terjadi dalam beberapa tahun yang lalu. Sedangkan jika kita melihat beberapa peristiwa terorisme maka kita akan selalu dihadapkan terhadap Islam, yaitu agama
Universitas Sumatera Utara
yang dijadikan tameng dalam melancarkan setiap tindakan terorisme. Terorisme sendiri jika diartikan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh sekelompok
orang tertentu yang dapat merusak perdamaian, tindakan tersebut cenderung menyimpang dibalik paham-paham yang mereka anut. Jadi, bisa dikatakan bahwa
orang-orang yang melakukan kejahatan terorisme ini adalah orang-orang yang memeliki pemikiran sempit dalam menilai ajaran atau paham-paham yang mereka
anut. Jika ditelusur, informan mengatakan bahwasanya tindakan terorisme adalah tindakan front melawan negara-negara barat, khususnya negara Amerika yang
notabane masyarakatnya adalah non-muslim. Dan biasanya orang-orang yang melakukan tindakan terorisme ini adalah orang-orang yang fanatik terhadap
agama, atau radikal. Informan mengaku bahwa dirinya cukup khawatir dengan pemikiran atau paham-paham yang dianut oleh orang-orang tersebut karena hal
tersebut tentu saja dapat merusak toleransi dan pluralisme. Informan mengakui bahwa semula dirinya menonton film My name is
Khan ini karena ikut-ikutan. Penasaran dengan topik yang selalu dibicarakan oleh teman-temannya, mengundang ketertarikan informan untuk menonton film
tersebut. Informan mengatakan bahwa film My name is Khan adalah film yang sangat bagus dan sangat unik, karena cerita yang diangkat dalam film ini sangat
menggugah hati dan perasaan informan. Lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa pada dasarnya informan tidak pernah menjudge sebuah agama tertentu atas
tindakan terorisme tersebut, hanya orang-orang yang salah dalam mengartikan ajaran agamanya yang pantas jika memang harus dipersalahkan.
Stigma terorisme yang diarahkan kepada Islam menurut informan disebabkan oleh konstruksi bahasa-bahasa yang diungkapkan diberbagai media,
Universitas Sumatera Utara
penyamarataan atau berusaha menggeneralisasikan setiap terorisme sebenarnya dipusatkan dalam media-media barat yang memang diketahui kontra terhadap
negara-negara Islam. Informan menegaskan bahwa apa yang digambarkan di dalam film tersebut adalah sebuah gambaran dari realitas yang terjadi, sebagian
masyarakat yang menjadi korban dalam tragedi 11 September 2001 juga akan bertindak sama terhadap warga muslim yang ada disekitarnya, tidak bisa
dipungkiri rasa cinta terhadap orang-orang yang disayangi yang menjadi korban dalam tragedi tersebut bisa mencuatkan rasa amarah bahkan dendam.
Keberhasilan Sharukkhan memerankan karakternya menjadi salah satu faktor terpenting dalam menyampaikan pesan. Banyak hal inspiratif di dalam film
My name is Khan yang bisa ditangkap oleh informan salah satunya adalah semangat pantang menyerah, jika dilihat perjalanan hidup tokoh Khan dalam film
tersebut semua orang pasti akan berpikir bahwa kesuksesan yang diraih oleh Khan mulai dari ia kecil hingga dewasa, bahkan sampai pada pertemuannya dengan
presiden Amerika untuk mengungkapkan bahwa Islam bukanlah teroris adalah sesuatu yang tidak mungkin karena ia merupakan autis, namun semangat pantang
menyerahnya tersebut menjadikan sesuatu hal yang wajar, relevan, dan inspiratif. Begitu juga dengan sutradara dalam film ini dinilai informan sangat berani dan
cukup pintar, keberhasilan sutradara film itu didukung oleh durasi film-film India pada umumnya yang diketahui cukup lama, sutaradara film itu cukup pintar dalam
menyampaikan pendapatnya. Informan berpendapat bahwasanya film My name is Khan ini dibuat sebagai sebuah cara alternatif seseorang untuk mengemukakan
pendapatnya mengenai isu-isu kegamaan yang terjadi baik itu di India sendiri, juga di negara-negara lain. Pada akhirnya, informan mengungkapkan sedikit
Universitas Sumatera Utara
pandangannya secara individual mengenai stigma terorisme terhadap Islam. Ia mengungkapkan tidak ada satu ajaran agama dimuka bumi ini yang mengajarkan
kekerasan apalagi terorisme, apa pun agama, suku, bangsa dan negaranya adalah sama. Menciptakan perdamaian akan lebih baik daripada melakukan peperangan.
IV.2.3 Informan Ketiga