BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental true experimental designs
dengan rancangan post test only control group design, menggunakan kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, dengan randomisasi sederhana. Hewan
percobaan yang digunakan adalah tikus jantan Wistar yang dibagi secara acak menjadi 6 kelompok.
3.2 Lokasi dan Waktu 3.2.1 Lokasi Penelitian
Pemeliharaan dan perlakuan pada hewan percobaan dilakukan di Laboratorium Farmasi Universitas Sumatera Utara USU, Medan. Pemeriksaan KGD dengan
Spektrofotometer dilakukan di Laboratorium Terpadu Fakultas Kedokteran USU. Sedangkan pembuatan sediaan HE dan imunohistokimia dengan antibodi anti-
insulin pada jaringan pankreas dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor IPB.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama 12 minggu, dari bulan November 2013 sampai dengan Januari 2014.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah tikus Wistar jantan Rattus novergicus dengan berat badan 150 – 250 g.
Universitas Sumatera Utara
3.3.2 Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Penentuan besar sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Federer 1963.
Rumus Federer : n-1 x t-1 15 Keterangan:
n = jumlah sampel tiap kelompok t = banyaknya kelompok
= n – 1 x 6 – 1 15 = n – 1 x 5 15
= 5n – 5 15 = 5n 20
= n 4, dengan demikian, setiap kelompok terdapat minimal 4 ekor tikus Wistar jantan. Untuk mencegah kekurangan sampel akibat kematian, peneliti memilih
menggunakan 6 ekor tikus Wistar jantan tiap kelompok dengan jumlah kelompok sebanyak 6 kelompok sehingga jumlah seluruh subjek penelitian sebanyak 36
ekor. Sampel jaringan untuk pengukuran morfologi sel pankreas akan diambil secara acak sebanyak 4 ekor setiap kelompoknya. Begitu juga dengan sampel
darah untuk pemeriksaan KGD.
3.4 Variabel Penelitian 3.4.1 Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah : a. Ekstrak etanol jamur tiram Putih Pleurotus ostreatus 200 mgkgBB dan 250
mgkgBB b. Streptozotocin 30 mgkgBB
Universitas Sumatera Utara
c. Pakan tinggi lemak high fat diet berupa kuning telur bebek 1 cctikushari
3.4.2 Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kadar gula darah KGD dan gambaran sel pankreas secara imunohistokimia.
3.4.3 Variabel Kendali
Variable kendali adalah variabel luar yang dapat dikendalikan melalui homogenisasi, yaitu:
a. Umur : Tikus berusia 2 - 3 bulan.
b. Variasi genetik : Tikus Wistar Rattus novergicus c. Jenis kelamin
: Semua tikus yang digunakan dalam penelitian ini berjenis kelamin jantan.
d. Suhu lingkungan : Tikus ditempatkan dalam ruangan dengan suhu 28–30 °C. e. Jenis makanan
: Tikus mendapatkan makanan berupa pakan standar, diberikan pada tikus dua kali sehari, setiap pagi dan sore hari berupa pellet
dengan dosis 20 gekorhari. f. Kondisi psikologis : Pengaruh ini dapat dikurangi dengan adanya waktu
adaptasi sebelum percobaan dan pemisahan subyek penelitian dalam kandang yang terpisah.
3.5 Definisi Operasional
Ada beberapa uraian yang dianggap penting dalam penelitian ini, yaitu : No
Variabel Definisi Operasional
Skala 1.
Ekstrak etanol
jamur tiram putih Pleurotus
ostreatus Ekstrak
yang didapat
dengan menggunakan
metode maserasi
dengan pelarut etanol.
Nominal
2. Pakan tinggi
lemak high fat Pakan tinggi lemak HFD adalah
kuning telur bebek sebanyak 1 Nominal
Universitas Sumatera Utara
diet cctikushari.
3. Streptozotocin
dosis rendah STZ dosis rendah adalah STZ
sebanyak 30 mgkgBB Bas et al., 2012; Parveen et al., 2011 yang
diberikan kepada kelompok P
1
, P
2
dan P
3
dengan jalan
injeksi
intraperitoneal. Nominal
4. KGD
Kadar Gula Darah KGD adalah kadar glukosa di dalam serum darah.
Pengambilan darah dilakukan dengan memotong ujung ekor sebanyak ± 1
mm, lalu darah diambil dengan cara diteteskan pada stik pemeriksaan
glukosa darah. Numerik
5. Sel pankreas
Sel pankreas adalah sel yang
memproduksi hormon insulin untuk mempertahankan KGD tetap dalam
batas normal yang dihitung pada sediaan imunohistokimia dengan cara
mengambil 5 pulau Langerhans, lalu dihitung jumlah total dari area sel ,
lalu dibagi 5. Numerik
3.6 Etika Penggunaan Hewan
Penggunaan dan penanganan hewan di laboratorium penelitian dilakukan sesuai dengan aturan etika penelitian hewan coba yang diatur dalam Deklarasi Helsinki
untuk memperoleh Ethical clearance dari komite etik dan komite ilmiah penelitian FMIPA Biologi USU Medan.
3.7 Alat dan Bahan 3.7.1 Alat
Alat- alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: a. Timbangan digital Kern dengan kapasitas 600 gram dengan skala terkecil
0,000 untuk menimbang berat badan tikus. b. Timbangan digital dengan kapasitas 10 gram dengan skala terkecil 0,0000
untuk menimbang Streptozotocin.
Universitas Sumatera Utara
c. Kandang tikus ukuran 50 x 30 x 20 cm
3
yang diberi kawat penutup, lengkap dengan tempat pakan dan minum sebanyak 8 buah sebagai tempat
pemeliharaan tikus. d. Spuit 1 cc.
e. Gelas ukur untuk mengukur jamur tiram putih. f. Seperangkat alat ekstraksi untuk mengekstrak jamur tiram putih, antara lain:
oven, alat penggiling, toples maserasi, corong pisah, rotary evaporator, dan freeze dryer
. g. Jarum sonde untuk memasukkan ekstrak jamur tiram putih melalui oral ke
tikus percobaan. h. Cawan petri sebagai tempat pengeringan ekstrak.
i. Alat-alat untuk bedah tikus terdiri atas papan wax, jarum, pinset anatomis, pinset chirurgis, gunting, scalpel, dan penyemprot alkohol.
3.7.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Konsentrat pakan yang diperoleh dari PT. Charoen Pokphan, Tanjung
Morawa, Medan, dengan komposisi hasil analisis yang terinci sebagai berikut: kadar air 14, protein kasar 18-20, lemak kasar 4-7, serat kasar
4-7, abu 5-7, kalsium 0,70-1, fosfor 0,6. b. Streptozotocin, produk Nacalai Tesque, Jepang.
c. Buffer citrate dengan pH 4,5 sebagai pelarut Streptozotocin untuk injeksi intraperitoneal.
d. Pakan tinggi lemak, berupa kuning telur bebek.
Universitas Sumatera Utara
e. Ekstrak etanol jamur tiram putih, diberikan sesuai dengan dosis yang telah ditentukan. Jamur tiram putih yang diperoleh dari pusat budidaya jamur tiram
Khalisa Agro Mushroom, beralamat di Jl. Tampok Tanjung Selamat Gg. Seni no.2, Sunggal Sumatera Utara
f. Etanol 96. g. Aquadest.
3.8 Prosedur Penelitian 3.8.1 Persiapan Hewan Percobaan
Tikus diaklimatisasi selama satu minggu dan ditempatkan di dalam kandang yang terbuat dari bahan plastik ukuran 50 x 30 x 20 cm
3
yang ditutup dengan kawat kasa. Setiap kandang diisi paling banyak 5 ekor tikus. Tikus yang sakit saat
aklimatisasi segera di ganti dengan tikus lain dengan kriteria yang sama yang diambil secara acak. Dasar kandang dilapisi dengan sekam padi setebal 0,5 – 1 cm
dan diganti setiap tiga hari. Cahaya ruangan dikontrol persis 12 jam terang pukul 06.00 sampai dengan pukul 18.00 dan 12 jam gelap pukul 18.00 sampai dengan
pukul 06.00, sedangkan suhu dan kelembaban ruangan dibiarkan berada pada kisaran alamiah. Diberikan makanan standard yang sama untuk tiap kelompok,
sedangkan pemberian minuman diberikan secara ad libitum. Pemberian makanan dan minuman disuplai setiap hari.
Penelitian diawali dengan mempersiapkan tikus Wistar jantan usia 2 – 3 bulan sejumlah 36 ekor yang diadaptasi selama 7 hari dengan pemberian pakan standar.
Berat badan tikus ditimbang sebagai data dasar. Tikus kemudian dikelompokkan secara acak menjadi 6 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 6 ekor.
Universitas Sumatera Utara
3.8.2 Ransum Pakan Standar
Ransum pakan standar adalah makanan bagi semua tikus selama penelitian dengan dosis 20 gekorhari. Ransum pakan dibuat berdasarkan diet murni dari
PT. Charoen Pokphan, Tanjung Morawa, Medan.
3.8.3 Pemberian Air Minum
Air minum untuk semua tikus adalah aquadest. Air minum diberikan ad libitum.
3.8.4 Pembagian Kelompok dan Pemberian Perlakuan
Pembagian kelompok dan pemberian perlakuan pada penelitian ini adalah: a. Tikus sebanyak 36 ekor dibagi dalam enam kelompok secara random
sehingga dalam satu kelompok terdiri atas enam ekor tikus. Pembagian kelompoknya adalah :
i. Kelompok P
= terdiri dari 6 ekor tikus jantan dewasa yang diberi minum aquadest, pakan biasa selama 56 hari, dan suntikan citrate
buffer pada hari ke 15 dan 22.
ii. Kelompok P
1
= terdiri dari 6 ekor tikus jantan dewasa yang diberi perlakuan diet tinggi lemak selama 14 hari, lalu diberikan suntikan STZ
dosis rendah 30 mgkgBB pada hari ke 15 22. iii.
Kelompok P
2
= terdiri dari 6 ekor tikus jantan dewasa yang diberi perlakuan diet tinggi lemak bersamaan dengan ekstrak etanol jamur
tiram putih 200 mgkgBB selama 2 minggu, yang kemudian diberikan suntikan STZ dosis rendah 30 mgkgBB pada hari ke 15 dan 22, lalu
pemberian ekstrak etanol jamur tiram putih terus dilanjutkan sampai 1 minggu setelahnya.
Universitas Sumatera Utara
iv. Kelompok P
3
= terdiri dari 6 ekor tikus jantan dewasa yang diberi
perlakuan diet tinggi lemak bersamaan dengan ekstrak etanol jamur tiram putih 250 mgkgBB selama 2 minggu, yang kemudian diberikan
suntikan STZ dosis rendah 30 mgkgBB pada hari ke 15 dan 22, lalu pemberian ekstrak etanol jamur tiram putih terus dilanjutkan sampai 1
minggu setelahnya. v.
Kelompok P
4
= terdiri dari 6 ekor tikus jantan dewasa yang diberi perlakuan diet tinggi lemak selama 14 hari, lalu diberikan suntikan STZ
dosis rendah 30 mgkgBB pada hari ke 15 dan 22, lalu diberikan ekstrak etanol jamur tiram putih sebanyak 200 mgkgBB selama 28 hari.
vi. Kelompok P
5
= terdiri dari 6 ekor tikus jantan dewasa yang diberi
perlakuan diet tinggi lemak selama 14 hari, lalu diberikan suntikan STZ dosis rendah 30 mgkgBB pada hari ke 15 dan 22, lalu diberikan ekstrak
etanol jamur tiram putih sebanyak 250 mgkgBB selama 28 hari. b. Pemberian pakan tinggi lemak kuning telur bebek dilakukan dengan cara
pencekokan dan dilakukan setiap hari pada pukul 09.00 WIB. c. Pemberian ekstrak etanol jamur tiram putih dilakukan dengan cara
pencekokan dan dilakukan setiap hari pada pukul 14.00 WIB. d. Penyuntikan STZ dosis rendah 30 mgkgBB dilakukan dengan sebelumnya
tikus dipuasakan semalaman, lalu pagi pada pukul 09.00 WIB sebelum pemberian pakan tinggi lemak dilakukan penyuntikan STZ intraperitoneal.
e. Selama 7 hari tikus diadaptasikan dengan lingkungan tempat penelitian dan diberi makanan standar untuk tikus.
f. Berat badan awal tikus ditimbang.
Universitas Sumatera Utara
g. Setelah 58 hari perlakuan, dilakukan dislokasi leher tikus. Abdomen dibuka dengan insisi mid-line, dilakukan pemisahan pankreas, lalu pankreas
direndam didalam formalin buffer untuk selanjutnya dilakukan pembuatan sediaan histologi.
h. Dilakukan analisis dari data-data KGD dan gambaran imunohistokimia area sel beta pankreas.
3.8.5 Pembuatan Ekstrak Etanol Jamur Tiram Putih Pleurotus ostreatus 3.8.5.1.Proses pengambilan bahan
Bahan yang digunakan adalah jamur Pleurotus ostreatus yang masih segar dan baru dipanen. Pengambilan bahan dilakukan dengan cara purposif tanpa
membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Bahan diperoleh dari pusat budidaya jamur tiram Khalisa Agro Mushroom, beralamat di Jl.
Tampok Tanjung Selamat Gg. Seni no.2, Sunggal Sumatera Utara.
3.8.5.2.Proses pembuatan ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai.
Kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan. Ekstrak cair adalah sediaan cair simplisia nabati, yang mengandung etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet atau sebagai pelarut dan pengawet.
Ekstrak cair yang cenderung membentuk endapan dapat didiamkan dan disaring atau bagian yang bening dienaptuangkan. Beningan yang diperoleh memenuhi
persyaratan farmakope. Ekstrak cair dapat dibuat dari ekstrak yang sesuai. Depkes, 1995
Universitas Sumatera Utara
Berikut prosedur pembuatan ekstrak etanol jamur tiram putih hingga dalam bentuk suspensi yang siap diberikan kepada tikus :
1. Sebanyak 25 kg jamur tiram putih pasca panen, keseluruhan bagian jamur dipotong-potong tipis lalu dikeringkan. Pengeringan menggunakan oven pada
suhu 38 – 40 C sampai potongan buah benar-benar kering rapuh. Lamanya
waktu yang dibutuhkan untuk pengeringan sekitar 4-5 hari. Berat jamur setelah dikeringkan sekitar 2874 g.
2. Jamur yang telah benar-benar kering ini dihaluskan dengan menggunakan alat penggiling. Hasil penggilingan diperoleh serbuk simplisia sekitar 1421,5 g.
Simplisia ini kemudian diekstrak dengan menggunakan metode maserasi. 3. Maserasi dilakukan dengan cara sebagai berikut: sebanyak 1000 g simplisia
direndam di dalam 4 liter larutan etanol 96 yang sebelumnya telah didestilasi. Perendaman dilakukan selama 3 hari 3 malam sambil sesekali diaduk. Setelah 3
hari, campuran simplisia dan pelarut kemudian disaring kedalam penyaring. Residu yang dihasilkan dari penyaringan tersebut direndam kembali dengan
pelarut yang sama sebanyak 4 liter selama 3 hari 3 malam, kemudian disaring kembali. Siklus ini diulang sekali lagi dengan cara yang sama. Filtrat yang
diperoleh dari hasil penyaringan, diuapkan menggunakan rotary evaporator pada kisaran temperatur 40 – 60
C, dan diperolehlah ekstrak kental jamur PO sebanyak 540,2 g.
4. Selanjutnya ekstrak kental ini dikeringkan dengan menggunakan freeze dryer untuk menguapkan pelarut yang masih tersisa, hingga diperoleh ekstrak kering
jamur PO sebanyak 254,3 g. Selanjutnya ekstrak kering akan dijadikan suspensi dengan pelarut Na-CMC 1.
Universitas Sumatera Utara
5. Pembuatan larutan Na-CMC 1. Na-CMC ditimbang seberat 20 g dan dilarutkan dalam 400 mL aquadest. Na-CMC dibiarkan mengambang diatas
aquadest selama kurang lebih 15 menit sambil diaduk. Setelah terbentuk massa yang homogen merata ditambahkan air ke dalam massa tersebut hingga
diperoleh volume 2000 mL sambil terus diaduk. 6. Pembuatan suspensi ekstrak etanol jamur PO Suspensi 4 . Pembuatan
suspensi ekstrak etanol jamur dilakukan setiap hari. Ekstrak kering jamur PO ditimbang sebanyak 0,6 g dan dimasukkan ke dalam lumpang. Kemudian
ditambahkan 10 mL larutan Na-CMC 1 sedikit demi sedikit sambil dilakukan penggerusan supaya didapatkan larutan yang homogen. Larutan yang sudah
homogen selanjutnya dipindahkan ke dalam gelas ukur dan ditambahkan lagi Na- CMC hingga volume akhir 15 ml. Suspensi ini kemudian diberikan secara oral ke
tikus dengan dosis 200 mgkgBB dan 250 mgkgBB tikus.
3.8.6 Penentuan Dosis
1. Perhitungan dosis ekstrak etanol jamur tiram puti Dosis ektrak jamur tiram putih yang digunakan untuk berbagai kondisi
patologis adalah antara 200-250 mgkg BB tikus Isai et al. 2009. Dosis ekstrak jamur tiram putih yang digunakan pada penelitian ini adalah sebesar
200 mgkg BB dan 250 mgkgBB. Tikus ditimbang berat badannya setiap minggu, dan larutan ekstrak etanol jamur tiram putih akan diberikan sesuai
dengan berat badan masing-masing tikus. Perhitungan dosis mingguan dilakukan dengan mempertimbangkan besar kadar air pada ekstrak jamur PO
yang digunakan pada penelitian ini yaitu sekitar 8. 2. Perhitungan dosis kuning telur bebek
Universitas Sumatera Utara
Kuning telur bebek diberikan sebanyak 1 cctikushari dengan melihat kapasitas lambung tikus yang bisa menampung 3-5 cc. Pada penelitian
sebelumnya dengan dosis 1 cc bisa meningkatkan kadar kolesterol dan berat badan tikus dalam waktu 2 minggu.
3. Perhitungan dosis STZ Dosis STZ yang diberikan adalah dosis rendah multipel sebanyak 30 mgkgBB
yang dilarutkan dalam citrate buffer pH 4,5. Jika seminggu setelah penyuntikan pertama tidak terjadi kenaikan KGD diatas 140 mgdL maka dilakukan
penyuntikan ke-2 Srinivasan et al., 2005.
Universitas Sumatera Utara
3.8.7 Alur Penelitian Secara skematis, alur alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3.1.
Tikus jantan galur wistar, 36 ekor, 2-3 bulan, BB 150-250 gram Adaptasi selama 7 hari
Tikus dibagi menjadi 6 kelompok
Kelompok kontrol P Kelompok P
1
Kelompok P
2
Kelompok P
3
Akuades 0,5ml selama 56 hari
+ Pakan biasa selama 56
hari +
Suntikan citrate buffer IP hari ke 15 22
Akuades 0,5ml selama 56 hari
+ HFD 1 cchari
selama 14 hari dilanjut dengan pakan
biasa hingga hari ke 56 +
STZ 30 mgkgBB IP hari ke 15 22
Akuades 0,5ml + HFD 1 cchari
selama 14 hari dilanjut dengan pakan
biasa hingga hari ke 56 +
STZ 30 mgkgBB IP hari ke 15 22
+ Ekstrak PO 200 mgkg
BB Sampai hari ke 28
Akuades 0,5ml + HFD 1 cchari
selama 14 hari dilanjut dengan pakan
biasa hingga hari ke 56 +
STZ 30 mgkgBB IP hari ke 15 22
+ Ekstrak PO 250
mgkgBB Sampai hari ke 28
Pengukuran KGD + pemeriksaan histologi pankreas data post test Analisis data
Kelompok P
4
Akuades 0,5ml + HFD 1 cchari
selama 14 hari dilanjut dengan pakan
biasa hingga hari ke 56 +
STZ 30 mgkgBB IP hari ke 15 22
+ Ekstrak PO 200
mgkgBB Hari ke 29 - hari ke 56
Kelompok P
5
Akuades 0,5ml + HFD 1 cchari
selama 14 hari dilanjut dengan pakan
biasa hingga hari ke 56 +
STZ 30 mgkgBB IP hari ke 15 22
+ Ekstrak PO 250
mgkgBB Hari ke 29 - hari ke 56
Gambar 3.1 Alur Penelitian
Universitas Sumatera Utara
3.9. Prosedur Pemeriksaan 3.9.1. Prosedur pembuatan preparat imunohistokimia
Pemeriksaan sel pankreas dengan membuat preparat imunohistokimia
dengan menggunakan metode paraffin. Tahap-tahap pembuatan preparat adalah sebagai berikut:
1 Fiksasi
Pankreas yang sudah diambil melalui pembedahan difiksasi dalam larutan buffer formalin
10
2 Dehidrasi
Proses dehidrasi dilakukan secara bertahap. Pertama dilakukan dehidrasi dalam larutan alkohol 50, 70, 80, 95, 100 dengan lama waktu yang
sama untuk setiap kadar alkohol yaitu 90 menit sebanyak 2 kali
3 Clearing
Pankreas dimasukkan kedalam larutan yang berisi xylol selama 90 menit
4 Infiltrasi
Proses infiltrasi dilakukan dengan memasukkan pankreas kedalam larutan parafin 90 menit dan dilakukan sebanyak 2 kali. Infiltrasi dilakukan di dalam
oven dengan suhu 60 °C
5 Embedding
Pankreas dan larutan paraffin dimasukkan kedalam cetakan blok paraffin dan dibiarkan selama ± 3 jam atau sampai paraffin membeku
6 Sectioning
Blok paraffin yang sudah terbentuk dilakukan pemotongan dengan rotary microtom
. Jaringan dipotong dengan ketebalan 3 – 4 µm dan diletakkan diatas
Universitas Sumatera Utara
object glass poly-L-lysine, kemudian dibiarkan di inkubator selama semalam
pada suhu 40 °C
7 Deparafinisasi
Preparat secara berurutan dimasukkan kedalam larutan xylol, alkohol 100, alkohol 95, alkohol 80, alkohol 70, alkohol 50, selama masing-
masing 90 menit sebanyak 2 kali
8 Peroxidase blocking dengan 0.3 H
2
O
2
dalam methanol selama 20 menit
9 Preparat dicuci dengan Phosphat Buffer Saline PBS 10 sebanyak 3 x 5
menit.
10 Kemudian dilakukan non-specific blocking dengan 10 serum normal
selama 30 menit.
11 Kemudian diinkubasi dengan antibody primer anti insulin di suhu 4°C
selama 18 – 22 jam
12 Kemudian preparat dicuci dengan Phosphat Buffer Saline PBS 10
sebanyak 3 x 5 menit.
13 Kemudian ditetesi dengan antibodi sekunder universal antibody selama 30
menit
14 Kemudian preparat dicuci dengan Phosphat Buffer Saline PBS 10
sebanyak 3 x 5 menit.
15 Kemudian ditetesi dengan Chromogen 3,3 diaminobenzedine selama 5 – 10
detik.
16 Kemudian dicuci dengan aquadest
17 Diberi counterstain dengan Hematoxylin Mayer 5 – 10 detik dilanjutkan cuci
dengan air kran mengalir 10 – 15 menit
Universitas Sumatera Utara
18 Dehidrasi dengan dimasukkan ke dalam alkohol 80, alkohol 95, alkohol
absolut xylol 2 kali
19 Mounting dengan menggunakan E. Z mount.
3.9.2. Prosedur Analisa Preparat Imunohistokimia
Pembacaan preparat imunohistokimia dilakukan dengan modifikasi metode Rato dkk, menggunakan mikroskop cahaya dengan kamera otomatis Matsuoka
Nissei, Japan pada pembesaran 400x. Area yang terwarnai antibodi anti-insulin
area sel beta berwarna cokelat. Analisa data menggunakan software imageJ yang dikembangkan oleh National Institutes of Health NIH Amerika Serikat. Analisa
menggunakan perbandingan antara regions of interest ROI pada masing-masing gambar. Caranya adalah sebagai berikut:
- definisi manual dari ROI-1 – yaitu pulau Langerhans. - pengukuran area ROI-1
- definisi area sel beta pankreas – ROI-2 - pengukuran ROI-2
Dari hasil tersebut didapatlah persentase sel beta pankreas yang ada dalam sebuah pulau Langerhans Rato et. al., 2013. Hasilnya didapatkan dengan
membandingkan antara satu area sel beta pankreas dengan rata-rata keseluruhan area pulau Langerhans. Persentase pada satu sampel didapatkan dari hasil rata-rata
5 pulau Langerhans pada setiap sampelnya.
3.9.3 Prosedur Pemeriksaan KGD
Pemeriksaan KGD dilakukan dengan menggunakan kit Diasys dan spektrofotometer. Sebanyak 10 µl serum direaksikan dengan 1000 µl reagen,
dicampur dengan bantuan vortex selama 1 menit. Pembacaan aktivitas KGD
Universitas Sumatera Utara
dilakukan pada panjang gelombang 500 nm, pada suhu 20 – 25 °C. Kadar Gula Darah dalam satuan mgdL dapat diukur dengan alat spektrofotometer dengan
menggunakan metode GOD-PAP. Glukosa ditentukan setelah oksidasi enzimatis dengan adanya glukosa oksidase, hidrogen peroksida yang terbentuk akan
bereaksi dengan adanya peroksidase dengan phenol serta 4-aminophenazone menjadi warna quinoneimine yang berwarna merah violet Kurniasari, 2004.
Hasil pembacaan dari alat spektrofotometer dicatat, kemudian KGD dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini :
Perhitungan: Glucose mgdL = [A sampleA StdCal] x Conc.StdCal [mgdl]
3.10 Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini berdasarkan data KGD dan jumlah sel pankreas yang mengalami degenerasi pada seluruh kelompok percobaan. Data
dipresentasikan dalam bentuk rata-rata ± simpangan baku rata-rata ± SD. Terlebih dahulu dilakukan analisis normalitas data dengan uji normalitas Shapiro-
Wilk karena jumlah sampel 50 dan uji varians dengan uji Levene. Jika data
berdistribusi normal dan homogen maka dilakukan uji One Way Anova. Bila pada uji ANOVA diperoleh hasil p 0,05, maka dilanjutkan dengan melakukan
analisis uji Post Hoc Bonferroni untuk melihat perbedaan antara kelompok perlakuan.
Jika distribusi data tidak normal dan atau tidak homogen, barulah dilakukan uji Kruskal Wallis. Untuk melihat perbedaan antara kelompok perlakuan
mengunakan uji Mann Whitney. Semua analisis data dilakukan dengan
Universitas Sumatera Utara
menggunakan SPSS. Dalam penelitian ini, hanya perbedaan rata-rata pada 0,05 yang dianggap nyata bermaknasignifikan Dahlan, 2009
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Identifikasi dan Skrining Jamur Tiram Putih
Hasil pemeriksaan dan identifikasi jamur tiram putih Pleurotus ostreatus adalah sebagai barikut lampiran 1:
Tabel 4.1 Hasil Identifikasi dan Klasifikasi Jamur Tiram
Identifikasi: • Tubuh buah putih-krem
• Pilleus berbentuk setengah lingkaran seperti cakram
• Tangkai buah tumbuh menyamping
• Diameter pilleus 5 – 20 cm • Miselia berwarna putih
Klasifikasi: • Kingdom : Fungi
• Phylum : Basidiomycota • Class : Agaricomycetes
• Order : Agaricales • Family : Pleurotaceae
• Genus : Pleurotus • Spesies : Pleurotus ostreatus
Hasil skrining fitokimia adalah sebagai berikut lampiran 2 dan 3: Tabel 4.2 Hasil Skrining Fitokimia untuk Simplisia dan Ekstrak
Simplisia Ekstrak
• Alkaloida : + • Saponin : +
• Flavonoida : + • Triterpen : +
• Glikosida : + • Kadar air : 9,96
• Alkaloida : - • Saponin : +
• Flavonoida : + • Triterpen : +
• Glikosida : + • Kadar air : 8
Universitas Sumatera Utara