BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Penelitian  ini  adalah  penelitian  eksperimental  true  experimental  designs
dengan  rancangan  post  test  only  control  group  design,  menggunakan  kelompok kontrol  dan  kelompok  perlakuan,  dengan  randomisasi  sederhana.  Hewan
percobaan  yang  digunakan  adalah  tikus  jantan  Wistar  yang  dibagi  secara  acak menjadi 6 kelompok.
3.2 Lokasi dan Waktu 3.2.1 Lokasi Penelitian
Pemeliharaan  dan  perlakuan  pada  hewan  percobaan  dilakukan  di  Laboratorium Farmasi  Universitas  Sumatera  Utara  USU,  Medan.  Pemeriksaan  KGD  dengan
Spektrofotometer dilakukan di Laboratorium Terpadu Fakultas Kedokteran USU. Sedangkan  pembuatan  sediaan  HE  dan  imunohistokimia  dengan  antibodi  anti-
insulin  pada  jaringan  pankreas  dilakukan  di  Laboratorium  Patologi  Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor IPB.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama 12 minggu, dari bulan November 2013 sampai dengan Januari 2014.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi
Populasi  penelitian  ini  adalah  tikus  Wistar  jantan  Rattus  novergicus  dengan berat badan 150 – 250 g.
Universitas Sumatera Utara
3.3.2 Sampel
Pengambilan  sampel  dilakukan  secara  purposive  sampling.  Penentuan  besar sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Federer 1963.
Rumus Federer : n-1 x t-1  15 Keterangan:
n = jumlah sampel tiap kelompok t = banyaknya kelompok
= n – 1 x 6 – 1  15 = n – 1 x 5  15
= 5n – 5  15 = 5n  20
= n  4, dengan demikian, setiap kelompok terdapat minimal 4 ekor tikus Wistar jantan.  Untuk  mencegah  kekurangan  sampel  akibat  kematian,  peneliti  memilih
menggunakan 6 ekor tikus Wistar jantan tiap kelompok dengan jumlah kelompok sebanyak  6  kelompok  sehingga  jumlah  seluruh  subjek  penelitian  sebanyak  36
ekor.  Sampel  jaringan  untuk  pengukuran  morfologi  sel    pankreas  akan  diambil secara  acak  sebanyak  4  ekor  setiap  kelompoknya.  Begitu  juga  dengan  sampel
darah untuk pemeriksaan KGD.
3.4 Variabel Penelitian 3.4.1 Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah : a. Ekstrak  etanol jamur tiram Putih Pleurotus ostreatus 200 mgkgBB dan 250
mgkgBB b. Streptozotocin 30 mgkgBB
Universitas Sumatera Utara
c. Pakan tinggi lemak high fat diet berupa kuning telur bebek 1 cctikushari
3.4.2 Variabel Terikat
Variabel  terikat  dalam  penelitian  ini  adalah  kadar  gula  darah  KGD  dan gambaran sel   pankreas secara imunohistokimia.
3.4.3 Variabel Kendali
Variable  kendali  adalah  variabel  luar  yang  dapat  dikendalikan  melalui homogenisasi, yaitu:
a.  Umur : Tikus berusia 2 - 3 bulan.
b.  Variasi genetik  : Tikus Wistar Rattus novergicus c.  Jenis kelamin
: Semua tikus yang digunakan dalam penelitian ini berjenis kelamin jantan.
d.  Suhu lingkungan  : Tikus ditempatkan dalam ruangan dengan suhu 28–30 °C. e.  Jenis makanan
:  Tikus  mendapatkan  makanan  berupa  pakan  standar, diberikan  pada  tikus  dua  kali  sehari,  setiap  pagi  dan  sore  hari  berupa  pellet
dengan dosis 20 gekorhari. f.  Kondisi  psikologis  :  Pengaruh  ini  dapat  dikurangi  dengan  adanya  waktu
adaptasi sebelum percobaan dan pemisahan subyek penelitian dalam kandang yang terpisah.
3.5 Definisi Operasional
Ada beberapa uraian yang dianggap penting dalam penelitian ini, yaitu : No
Variabel Definisi Operasional
Skala 1.
Ekstrak etanol
jamur  tiram  putih Pleurotus
ostreatus Ekstrak
yang didapat
dengan menggunakan
metode maserasi
dengan pelarut etanol.
Nominal
2. Pakan tinggi
lemak high fat Pakan  tinggi  lemak  HFD  adalah
kuning  telur  bebek  sebanyak  1 Nominal
Universitas Sumatera Utara
diet cctikushari.
3. Streptozotocin
dosis rendah STZ  dosis  rendah  adalah  STZ
sebanyak  30  mgkgBB  Bas  et  al., 2012;  Parveen  et  al.,  2011  yang
diberikan kepada kelompok P
1
, P
2
dan P
3
dengan jalan
injeksi
intraperitoneal. Nominal
4. KGD
Kadar  Gula  Darah  KGD  adalah kadar  glukosa  di  dalam  serum  darah.
Pengambilan  darah  dilakukan  dengan memotong  ujung  ekor  sebanyak  ±  1
mm,  lalu  darah  diambil  dengan  cara diteteskan  pada  stik  pemeriksaan
glukosa darah. Numerik
5. Sel   pankreas
Sel pankreas  adalah  sel  yang
memproduksi  hormon  insulin  untuk mempertahankan  KGD  tetap  dalam
batas  normal  yang  dihitung  pada sediaan  imunohistokimia  dengan  cara
mengambil  5  pulau  Langerhans,  lalu dihitung  jumlah  total  dari  area  sel  ,
lalu dibagi 5. Numerik
3.6 Etika Penggunaan Hewan
Penggunaan  dan  penanganan  hewan  di  laboratorium  penelitian  dilakukan  sesuai dengan aturan etika penelitian hewan coba  yang diatur dalam Deklarasi  Helsinki
untuk  memperoleh  Ethical  clearance  dari  komite  etik  dan  komite  ilmiah penelitian FMIPA Biologi USU Medan.
3.7 Alat dan Bahan 3.7.1 Alat
Alat- alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: a.  Timbangan  digital  Kern  dengan  kapasitas  600  gram  dengan  skala  terkecil
0,000 untuk menimbang berat badan tikus. b.  Timbangan  digital  dengan  kapasitas  10  gram  dengan  skala  terkecil  0,0000
untuk menimbang Streptozotocin.
Universitas Sumatera Utara
c.  Kandang tikus ukuran 50 x 30 x 20 cm
3
yang diberi kawat penutup, lengkap dengan  tempat  pakan  dan  minum  sebanyak  8  buah  sebagai  tempat
pemeliharaan tikus. d.  Spuit 1 cc.
e.  Gelas ukur untuk mengukur jamur tiram putih. f.  Seperangkat alat ekstraksi untuk mengekstrak jamur tiram putih, antara lain:
oven,  alat  penggiling,  toples  maserasi,  corong  pisah,  rotary  evaporator,  dan freeze dryer
. g.  Jarum  sonde  untuk  memasukkan  ekstrak  jamur  tiram  putih  melalui  oral  ke
tikus percobaan. h.  Cawan petri sebagai tempat pengeringan ekstrak.
i.  Alat-alat  untuk  bedah  tikus  terdiri  atas  papan  wax,  jarum,  pinset  anatomis, pinset chirurgis, gunting, scalpel, dan penyemprot alkohol.
3.7.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a.  Konsentrat  pakan  yang  diperoleh  dari  PT.  Charoen  Pokphan,  Tanjung
Morawa,  Medan,  dengan  komposisi  hasil  analisis  yang  terinci  sebagai berikut: kadar air 14, protein kasar 18-20, lemak kasar 4-7, serat kasar
4-7, abu 5-7, kalsium 0,70-1, fosfor 0,6. b.  Streptozotocin, produk Nacalai Tesque, Jepang.
c.  Buffer  citrate  dengan  pH  4,5  sebagai  pelarut  Streptozotocin  untuk  injeksi intraperitoneal.
d.  Pakan tinggi lemak, berupa kuning telur bebek.
Universitas Sumatera Utara
e.  Ekstrak  etanol  jamur  tiram  putih,  diberikan  sesuai  dengan  dosis  yang  telah ditentukan. Jamur tiram putih yang diperoleh dari pusat budidaya jamur tiram
Khalisa Agro Mushroom, beralamat di Jl. Tampok Tanjung Selamat Gg. Seni no.2, Sunggal Sumatera Utara
f.  Etanol 96. g.  Aquadest.
3.8 Prosedur Penelitian 3.8.1 Persiapan Hewan Percobaan
Tikus  diaklimatisasi  selama  satu  minggu  dan  ditempatkan  di  dalam  kandang yang  terbuat  dari  bahan  plastik  ukuran  50  x  30  x  20  cm
3
yang  ditutup  dengan kawat kasa. Setiap kandang diisi paling banyak 5 ekor tikus. Tikus yang sakit saat
aklimatisasi  segera  di  ganti  dengan  tikus  lain  dengan  kriteria  yang  sama  yang diambil secara acak. Dasar kandang dilapisi dengan sekam padi setebal 0,5 – 1 cm
dan diganti setiap tiga hari. Cahaya ruangan dikontrol persis 12 jam terang pukul 06.00 sampai dengan pukul 18.00 dan 12 jam gelap pukul 18.00 sampai dengan
pukul  06.00,  sedangkan  suhu  dan  kelembaban  ruangan  dibiarkan  berada  pada kisaran  alamiah.  Diberikan  makanan  standard  yang  sama  untuk  tiap  kelompok,
sedangkan pemberian minuman diberikan secara  ad libitum. Pemberian makanan dan minuman disuplai setiap hari.
Penelitian diawali dengan mempersiapkan tikus Wistar jantan usia 2 – 3 bulan sejumlah 36 ekor yang diadaptasi selama 7 hari dengan pemberian pakan standar.
Berat badan tikus ditimbang sebagai data dasar. Tikus kemudian dikelompokkan secara acak menjadi 6 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 6 ekor.
Universitas Sumatera Utara
3.8.2 Ransum Pakan Standar
Ransum  pakan  standar  adalah  makanan  bagi  semua  tikus  selama  penelitian dengan  dosis  20  gekorhari.  Ransum  pakan  dibuat  berdasarkan  diet  murni  dari
PT. Charoen Pokphan, Tanjung Morawa, Medan.
3.8.3 Pemberian Air Minum
Air minum untuk semua tikus adalah aquadest. Air minum diberikan  ad libitum.
3.8.4 Pembagian Kelompok dan Pemberian Perlakuan
Pembagian kelompok dan pemberian perlakuan pada penelitian ini adalah: a.  Tikus  sebanyak  36  ekor  dibagi  dalam  enam  kelompok  secara  random
sehingga  dalam  satu  kelompok  terdiri  atas  enam  ekor  tikus.  Pembagian kelompoknya adalah :
i. Kelompok  P
=  terdiri  dari  6  ekor  tikus  jantan  dewasa  yang  diberi minum  aquadest,  pakan  biasa  selama  56  hari,  dan  suntikan  citrate
buffer pada hari ke 15 dan 22.
ii. Kelompok  P
1
=  terdiri  dari  6  ekor  tikus  jantan  dewasa  yang  diberi perlakuan diet tinggi lemak selama 14 hari, lalu diberikan suntikan STZ
dosis rendah 30 mgkgBB pada hari ke 15  22. iii.
Kelompok  P
2
=  terdiri  dari  6  ekor  tikus  jantan  dewasa  yang  diberi perlakuan  diet  tinggi  lemak  bersamaan  dengan  ekstrak  etanol  jamur
tiram  putih  200  mgkgBB  selama  2  minggu,  yang  kemudian  diberikan suntikan  STZ  dosis  rendah  30  mgkgBB  pada  hari  ke  15  dan  22,  lalu
pemberian  ekstrak  etanol  jamur  tiram  putih  terus  dilanjutkan  sampai  1 minggu setelahnya.
Universitas Sumatera Utara
iv. Kelompok  P
3
=  terdiri  dari  6  ekor  tikus  jantan  dewasa  yang  diberi
perlakuan  diet  tinggi  lemak  bersamaan  dengan  ekstrak  etanol  jamur tiram  putih  250  mgkgBB  selama  2  minggu,  yang  kemudian  diberikan
suntikan  STZ  dosis  rendah  30  mgkgBB  pada  hari  ke  15  dan  22,  lalu pemberian  ekstrak  etanol  jamur  tiram  putih  terus  dilanjutkan  sampai  1
minggu setelahnya. v.
Kelompok  P
4
=  terdiri  dari  6  ekor  tikus  jantan  dewasa  yang  diberi perlakuan diet tinggi lemak selama 14 hari, lalu diberikan suntikan STZ
dosis rendah 30 mgkgBB pada hari ke 15 dan 22, lalu diberikan ekstrak etanol jamur tiram putih sebanyak 200 mgkgBB selama 28 hari.
vi. Kelompok  P
5
=  terdiri  dari  6  ekor  tikus  jantan  dewasa  yang  diberi
perlakuan diet tinggi lemak selama 14 hari, lalu diberikan suntikan STZ dosis rendah 30 mgkgBB pada hari ke 15 dan 22, lalu diberikan ekstrak
etanol jamur tiram putih sebanyak 250 mgkgBB selama 28 hari. b.  Pemberian  pakan  tinggi  lemak  kuning  telur  bebek  dilakukan  dengan  cara
pencekokan dan dilakukan setiap hari pada pukul 09.00 WIB. c.  Pemberian  ekstrak  etanol  jamur  tiram  putih  dilakukan  dengan  cara
pencekokan dan dilakukan setiap hari pada pukul 14.00 WIB. d.  Penyuntikan STZ dosis rendah 30 mgkgBB dilakukan dengan sebelumnya
tikus  dipuasakan  semalaman,  lalu  pagi  pada  pukul  09.00  WIB  sebelum pemberian pakan tinggi lemak dilakukan penyuntikan STZ intraperitoneal.
e.  Selama  7  hari  tikus  diadaptasikan  dengan  lingkungan  tempat  penelitian  dan diberi makanan standar untuk tikus.
f.  Berat badan awal tikus ditimbang.
Universitas Sumatera Utara
g.  Setelah  58  hari  perlakuan,  dilakukan  dislokasi  leher  tikus.  Abdomen  dibuka dengan  insisi  mid-line,  dilakukan  pemisahan  pankreas,  lalu  pankreas
direndam  didalam  formalin  buffer  untuk  selanjutnya  dilakukan  pembuatan sediaan histologi.
h.  Dilakukan  analisis  dari  data-data  KGD  dan  gambaran  imunohistokimia  area sel beta pankreas.
3.8.5 Pembuatan Ekstrak Etanol Jamur Tiram Putih Pleurotus ostreatus 3.8.5.1.Proses pengambilan bahan
Bahan yang digunakan adalah jamur Pleurotus ostreatus yang masih segar dan baru  dipanen.  Pengambilan  bahan  dilakukan  dengan  cara  purposif  tanpa
membandingkan  dengan  tumbuhan  yang  sama  dari  daerah  lain.  Bahan  diperoleh dari  pusat  budidaya  jamur  tiram  Khalisa  Agro  Mushroom,  beralamat  di  Jl.
Tampok Tanjung Selamat Gg. Seni no.2, Sunggal Sumatera Utara.
3.8.5.2.Proses pembuatan ekstrak
Ekstrak  adalah  sediaan  pekat  yang  diperoleh  dengan  mengekstraksi  zat  aktif dari  simplisia  nabati  atau  simplisia  hewani  menggunakan  pelarut  yang  sesuai.
Kemudian  semua  atau  hampir  semua  pelarut  diuapkan  dan  massa  atau  serbuk yang  tersisa  diperlakukan  sedemikian  hingga  memenuhi  baku  yang  telah
ditetapkan.  Ekstrak  cair  adalah  sediaan  cair  simplisia  nabati,  yang  mengandung etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet  atau sebagai pelarut dan pengawet.
Ekstrak  cair  yang  cenderung  membentuk  endapan  dapat  didiamkan  dan  disaring atau  bagian  yang  bening  dienaptuangkan.  Beningan  yang  diperoleh  memenuhi
persyaratan  farmakope.  Ekstrak  cair  dapat  dibuat  dari  ekstrak  yang  sesuai. Depkes, 1995
Universitas Sumatera Utara
Berikut  prosedur  pembuatan  ekstrak  etanol  jamur  tiram  putih  hingga  dalam bentuk suspensi yang siap diberikan kepada tikus :
1.  Sebanyak  25  kg  jamur  tiram  putih  pasca  panen,  keseluruhan  bagian  jamur dipotong-potong  tipis  lalu  dikeringkan.  Pengeringan  menggunakan  oven  pada
suhu  38  –  40 C  sampai  potongan  buah  benar-benar  kering  rapuh.  Lamanya
waktu  yang  dibutuhkan  untuk  pengeringan  sekitar  4-5  hari.  Berat  jamur  setelah dikeringkan sekitar 2874 g.
2. Jamur yang telah benar-benar kering ini dihaluskan dengan menggunakan alat penggiling.  Hasil  penggilingan  diperoleh  serbuk  simplisia  sekitar  1421,5  g.
Simplisia ini kemudian diekstrak dengan menggunakan metode maserasi. 3.  Maserasi  dilakukan  dengan  cara  sebagai  berikut:  sebanyak  1000  g  simplisia
direndam  di  dalam  4  liter  larutan  etanol  96  yang  sebelumnya  telah  didestilasi. Perendaman  dilakukan  selama  3  hari  3  malam  sambil  sesekali  diaduk.  Setelah  3
hari,  campuran  simplisia  dan  pelarut  kemudian  disaring  kedalam  penyaring. Residu  yang  dihasilkan  dari  penyaringan  tersebut  direndam  kembali  dengan
pelarut  yang  sama  sebanyak  4  liter  selama  3  hari  3  malam,  kemudian  disaring kembali.  Siklus  ini  diulang  sekali  lagi  dengan  cara  yang  sama.  Filtrat  yang
diperoleh dari hasil penyaringan, diuapkan menggunakan rotary evaporator pada kisaran  temperatur  40  –  60
C,  dan  diperolehlah  ekstrak  kental  jamur  PO sebanyak 540,2 g.
4.  Selanjutnya  ekstrak  kental  ini  dikeringkan  dengan  menggunakan  freeze  dryer untuk  menguapkan  pelarut  yang  masih  tersisa,  hingga  diperoleh  ekstrak  kering
jamur  PO  sebanyak  254,3  g.  Selanjutnya  ekstrak  kering  akan  dijadikan  suspensi dengan pelarut Na-CMC 1.
Universitas Sumatera Utara
5.  Pembuatan  larutan  Na-CMC  1.  Na-CMC  ditimbang  seberat  20  g  dan dilarutkan  dalam  400  mL  aquadest.  Na-CMC  dibiarkan  mengambang  diatas
aquadest  selama  kurang  lebih  15  menit  sambil  diaduk.  Setelah  terbentuk  massa yang  homogen  merata  ditambahkan  air  ke  dalam  massa  tersebut  hingga
diperoleh volume 2000 mL sambil terus diaduk. 6.  Pembuatan  suspensi  ekstrak  etanol  jamur  PO  Suspensi  4  .  Pembuatan
suspensi  ekstrak  etanol  jamur  dilakukan  setiap  hari.  Ekstrak  kering  jamur  PO ditimbang  sebanyak  0,6  g  dan  dimasukkan  ke  dalam  lumpang.  Kemudian
ditambahkan  10  mL  larutan  Na-CMC  1  sedikit  demi  sedikit  sambil  dilakukan penggerusan  supaya  didapatkan  larutan  yang  homogen.  Larutan  yang  sudah
homogen selanjutnya dipindahkan ke dalam gelas ukur dan ditambahkan lagi Na- CMC hingga volume akhir 15 ml. Suspensi ini kemudian diberikan secara oral ke
tikus dengan dosis 200 mgkgBB dan 250 mgkgBB tikus.
3.8.6 Penentuan Dosis
1. Perhitungan dosis ekstrak etanol jamur tiram puti Dosis  ektrak  jamur  tiram  putih  yang  digunakan  untuk  berbagai  kondisi
patologis  adalah  antara  200-250  mgkg  BB  tikus  Isai  et  al.  2009.  Dosis ekstrak  jamur  tiram  putih  yang  digunakan  pada  penelitian  ini  adalah  sebesar
200  mgkg  BB  dan  250  mgkgBB.  Tikus  ditimbang  berat  badannya  setiap minggu,  dan  larutan  ekstrak  etanol  jamur  tiram  putih  akan  diberikan  sesuai
dengan  berat  badan  masing-masing  tikus.  Perhitungan  dosis  mingguan dilakukan  dengan  mempertimbangkan  besar  kadar  air  pada  ekstrak  jamur  PO
yang digunakan pada penelitian ini yaitu sekitar 8. 2. Perhitungan dosis kuning telur bebek
Universitas Sumatera Utara
Kuning  telur  bebek  diberikan  sebanyak  1  cctikushari  dengan  melihat kapasitas  lambung  tikus  yang  bisa  menampung  3-5  cc.  Pada  penelitian
sebelumnya  dengan  dosis  1  cc  bisa  meningkatkan  kadar  kolesterol  dan  berat badan tikus dalam waktu 2 minggu.
3. Perhitungan dosis STZ Dosis STZ yang diberikan adalah dosis rendah multipel sebanyak 30 mgkgBB
yang dilarutkan dalam citrate buffer pH 4,5. Jika seminggu setelah penyuntikan pertama  tidak  terjadi  kenaikan  KGD  diatas  140  mgdL  maka  dilakukan
penyuntikan ke-2 Srinivasan et al., 2005.
Universitas Sumatera Utara
3.8.7 Alur Penelitian Secara skematis, alur alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3.1.
Tikus jantan galur wistar, 36 ekor, 2-3 bulan, BB 150-250 gram Adaptasi selama 7 hari
Tikus dibagi menjadi 6 kelompok
Kelompok kontrol P Kelompok P
1
Kelompok P
2
Kelompok P
3
Akuades 0,5ml selama 56 hari
+ Pakan biasa selama 56
hari +
Suntikan citrate buffer IP hari ke 15  22
Akuades 0,5ml selama 56 hari
+ HFD 1 cchari
selama 14 hari dilanjut dengan pakan
biasa hingga hari ke 56 +
STZ 30 mgkgBB IP hari ke 15  22
Akuades 0,5ml + HFD 1 cchari
selama 14 hari dilanjut dengan pakan
biasa hingga hari ke 56 +
STZ 30 mgkgBB IP hari ke 15  22
+ Ekstrak PO 200 mgkg
BB Sampai hari ke 28
Akuades 0,5ml + HFD 1 cchari
selama 14 hari dilanjut dengan pakan
biasa hingga hari ke 56 +
STZ 30 mgkgBB IP hari ke 15  22
+ Ekstrak PO 250
mgkgBB Sampai hari ke 28
Pengukuran KGD + pemeriksaan histologi pankreas data post test Analisis data
Kelompok P
4
Akuades 0,5ml + HFD 1 cchari
selama 14 hari dilanjut dengan pakan
biasa hingga hari ke 56 +
STZ 30 mgkgBB IP hari ke 15  22
+ Ekstrak PO 200
mgkgBB Hari ke 29 -  hari ke 56
Kelompok P
5
Akuades 0,5ml + HFD 1 cchari
selama 14 hari dilanjut dengan pakan
biasa hingga hari ke 56 +
STZ 30 mgkgBB IP hari ke 15  22
+ Ekstrak PO 250
mgkgBB Hari ke 29 -  hari ke 56
Gambar 3.1 Alur Penelitian
Universitas Sumatera Utara
3.9. Prosedur Pemeriksaan 3.9.1. Prosedur pembuatan preparat imunohistokimia
Pemeriksaan  sel pankreas  dengan  membuat  preparat  imunohistokimia
dengan  menggunakan  metode  paraffin.  Tahap-tahap  pembuatan  preparat  adalah sebagai berikut:
1 Fiksasi
Pankreas  yang  sudah  diambil  melalui  pembedahan  difiksasi  dalam  larutan buffer formalin
10
2 Dehidrasi
Proses  dehidrasi  dilakukan  secara  bertahap.  Pertama  dilakukan  dehidrasi dalam larutan alkohol 50, 70, 80, 95, 100 dengan lama waktu yang
sama untuk setiap kadar alkohol yaitu 90 menit sebanyak 2 kali
3 Clearing
Pankreas dimasukkan kedalam larutan yang berisi xylol selama 90 menit
4 Infiltrasi
Proses  infiltrasi  dilakukan  dengan  memasukkan  pankreas  kedalam  larutan parafin 90 menit dan dilakukan sebanyak 2 kali. Infiltrasi dilakukan di dalam
oven dengan suhu 60 °C
5 Embedding
Pankreas dan larutan paraffin dimasukkan kedalam cetakan blok paraffin dan dibiarkan selama ± 3 jam atau sampai paraffin membeku
6 Sectioning
Blok  paraffin  yang  sudah  terbentuk  dilakukan  pemotongan  dengan  rotary microtom
. Jaringan dipotong dengan ketebalan 3 – 4 µm dan diletakkan diatas
Universitas Sumatera Utara
object glass poly-L-lysine, kemudian dibiarkan di inkubator selama semalam
pada suhu 40 °C
7 Deparafinisasi
Preparat  secara  berurutan  dimasukkan  kedalam  larutan  xylol,  alkohol  100, alkohol  95,  alkohol  80,  alkohol  70,  alkohol  50,  selama  masing-
masing 90 menit sebanyak 2 kali
8 Peroxidase blocking dengan 0.3 H
2
O
2
dalam methanol selama 20 menit
9 Preparat  dicuci  dengan  Phosphat  Buffer  Saline  PBS  10  sebanyak  3  x  5
menit.
10 Kemudian  dilakukan  non-specific  blocking  dengan  10    serum  normal
selama 30 menit.
11 Kemudian  diinkubasi  dengan  antibody  primer  anti  insulin  di  suhu  4°C
selama 18 – 22 jam
12 Kemudian  preparat  dicuci  dengan  Phosphat  Buffer  Saline  PBS  10
sebanyak 3 x 5 menit.
13 Kemudian  ditetesi  dengan  antibodi  sekunder  universal  antibody  selama  30
menit
14 Kemudian  preparat  dicuci  dengan  Phosphat  Buffer  Saline  PBS  10
sebanyak 3 x 5 menit.
15 Kemudian  ditetesi  dengan  Chromogen  3,3  diaminobenzedine  selama  5  –  10
detik.
16 Kemudian dicuci dengan aquadest
17 Diberi counterstain dengan Hematoxylin Mayer 5 – 10 detik dilanjutkan cuci
dengan air kran mengalir 10 – 15 menit
Universitas Sumatera Utara
18 Dehidrasi  dengan  dimasukkan  ke  dalam  alkohol  80,  alkohol  95,  alkohol
absolut xylol 2 kali
19 Mounting dengan menggunakan E. Z mount.
3.9.2. Prosedur Analisa Preparat Imunohistokimia
Pembacaan  preparat  imunohistokimia  dilakukan  dengan  modifikasi  metode Rato  dkk,  menggunakan  mikroskop  cahaya  dengan  kamera  otomatis  Matsuoka
Nissei,  Japan pada  pembesaran  400x.  Area  yang  terwarnai  antibodi  anti-insulin
area sel beta berwarna cokelat. Analisa data menggunakan software imageJ yang dikembangkan oleh National Institutes of Health NIH Amerika Serikat. Analisa
menggunakan perbandingan antara regions of interest ROI pada masing-masing gambar. Caranya adalah sebagai berikut:
- definisi manual dari ROI-1 – yaitu pulau Langerhans. - pengukuran area ROI-1
- definisi area sel beta pankreas – ROI-2 - pengukuran ROI-2
Dari hasil tersebut didapatlah persentase sel beta pankreas yang ada dalam sebuah pulau  Langerhans  Rato  et.  al.,  2013.  Hasilnya  didapatkan  dengan
membandingkan  antara  satu  area  sel  beta  pankreas  dengan  rata-rata  keseluruhan area pulau Langerhans. Persentase pada satu sampel didapatkan dari hasil rata-rata
5 pulau Langerhans pada setiap sampelnya.
3.9.3 Prosedur Pemeriksaan KGD
Pemeriksaan  KGD  dilakukan  dengan  menggunakan  kit  Diasys  dan spektrofotometer.  Sebanyak  10  µl  serum  direaksikan  dengan  1000  µl  reagen,
dicampur  dengan  bantuan  vortex  selama  1  menit.  Pembacaan  aktivitas  KGD
Universitas Sumatera Utara
dilakukan  pada  panjang  gelombang  500  nm,  pada  suhu  20  –  25  °C.  Kadar  Gula Darah  dalam  satuan  mgdL  dapat  diukur  dengan  alat  spektrofotometer  dengan
menggunakan  metode  GOD-PAP.  Glukosa  ditentukan  setelah  oksidasi  enzimatis dengan  adanya  glukosa  oksidase,  hidrogen  peroksida  yang  terbentuk  akan
bereaksi  dengan  adanya  peroksidase  dengan  phenol  serta  4-aminophenazone menjadi  warna  quinoneimine  yang  berwarna  merah  violet  Kurniasari,  2004.
Hasil  pembacaan  dari  alat  spektrofotometer  dicatat,  kemudian  KGD  dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini :
Perhitungan: Glucose mgdL = [A sampleA StdCal] x Conc.StdCal [mgdl]
3.10 Analisis Data
Analisis  data  pada  penelitian  ini  berdasarkan  data  KGD  dan  jumlah  sel pankreas  yang  mengalami  degenerasi  pada  seluruh  kelompok  percobaan.  Data
dipresentasikan  dalam  bentuk  rata-rata  ±  simpangan  baku  rata-rata  ±  SD. Terlebih dahulu dilakukan analisis normalitas data dengan uji normalitas Shapiro-
Wilk karena  jumlah  sampel    50  dan  uji  varians  dengan  uji  Levene.  Jika  data
berdistribusi normal dan homogen maka dilakukan uji One Way Anova. Bila pada uji  ANOVA  diperoleh  hasil  p    0,05,  maka  dilanjutkan  dengan  melakukan
analisis  uji  Post  Hoc  Bonferroni  untuk  melihat  perbedaan  antara  kelompok perlakuan.
Jika  distribusi  data  tidak  normal  dan  atau  tidak  homogen,  barulah  dilakukan uji  Kruskal  Wallis.  Untuk  melihat  perbedaan  antara  kelompok  perlakuan
mengunakan  uji  Mann  Whitney.  Semua  analisis  data  dilakukan  dengan
Universitas Sumatera Utara
menggunakan  SPSS.  Dalam  penelitian  ini,  hanya  perbedaan  rata-rata  pada 0,05 yang dianggap nyata bermaknasignifikan Dahlan, 2009
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Identifikasi dan Skrining Jamur Tiram Putih
Hasil  pemeriksaan  dan  identifikasi  jamur  tiram  putih  Pleurotus  ostreatus adalah sebagai barikut lampiran 1:
Tabel 4.1 Hasil Identifikasi dan Klasifikasi Jamur Tiram
Identifikasi: •  Tubuh buah putih-krem
•  Pilleus berbentuk setengah lingkaran seperti cakram
•  Tangkai buah tumbuh menyamping
•  Diameter pilleus 5 – 20 cm •  Miselia berwarna putih
Klasifikasi: •  Kingdom : Fungi
•  Phylum : Basidiomycota •  Class : Agaricomycetes
•  Order : Agaricales •  Family : Pleurotaceae
•  Genus : Pleurotus •  Spesies : Pleurotus ostreatus
Hasil skrining fitokimia adalah sebagai berikut lampiran 2 dan 3: Tabel 4.2 Hasil Skrining Fitokimia untuk Simplisia dan Ekstrak
Simplisia Ekstrak
•  Alkaloida : + •  Saponin : +
•  Flavonoida : + •  Triterpen : +
•  Glikosida : + •  Kadar air : 9,96
•  Alkaloida : - •  Saponin : +
•  Flavonoida : + •  Triterpen : +
•  Glikosida : + •  Kadar air : 8
Universitas Sumatera Utara