Prosedur Analisis Pembiayaan Kualitas Pembiayaan

36 bagi hasil yang belum melampaui Sembilan puluh hari; atau b. Kadang-kadang terjadi cerukan; atau c. Mutasi rekening relatif aktif; atau d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan; atau e. Didukung oleh pinjaman baru. 3 Kurang Lancar a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan bagi hasil; atau b. Sering terjadi cerukan; atau c. Frekuensi mutasi rekening relatif rendah d. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang e. diperjanjikan lebih dari Sembilan puluh hari; atau f. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur; atau g. Dokumentasi pinjaman yang lemah. 4 Diragukan a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan bagi hasil; atau b. Terdapat cerukan yang bersifat permanen; atau 37 c. Terdapat wanprestasi lebih dari 180 hari; atau d. Terdapat kapitalisasi bunga; atau e. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian pembiayaan maupun pengikatan jaminan. 5 Macet a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan bagi hasil; atau b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; atau c. Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar. Pembiayaan yang merupakan salah satu bentuk aktiva yang produktif bank syari‟ah yang memiliki kegagalan tidak tertagihnya kembali pembiayaan yang telah disalurkan. Risiko pembiayaan muncul jika bank tidak bisa memperoleh kembali cicilan pokok dan atau bunga dari pinjaman yang diberikan atau investasi yang sedang dilakukannya. Penyebab utama terjadinya risiko pembiayaan adalah terlalu mudahnya bank memberikan pinjaman atau melakukan investasi karena terlalu 38 dituntut untuk memanfaatkan kelebihan likuiditas. Akibatnya penilaian pembiayaan kurang cermat mengantisipasi berbagai kemungkinan risiko usaha yang dibiayainya. Aktiva produktif dalam hal ini pembiayaan merupakan salah satu indikator penilaian kinerja dan kesehatan bank syari‟ah. Komponen penilaian aktiva produktif sebagai indikator penilaian kinerja dan kesehatan bank syari‟ah terdiri dari total pembiayaan bermasalah dan total pembiayaan yang diberikan. Demikian juga Bank Indonesia menginstruksi Non Performing Financing dalam laporan tahunan perbankan nasional sesuai SE BI No. 924Dpbs Tanggal 30 Oktober 2007 tentang sistem penilaian keseh atan bank berdasarkan prinsip syari‟ah yang dirumuskan sebagai berikut: NPF = x 100 Rasio tersebut ditujukan untuk mengukur tingkat permasalahan pembiayaan yang dihadapi bank syariah. Dimana semakin tinggi rasio ini menunjukkan kualitas pemb iayaan bank syari‟ah semakin buruk. Nilai rasio ini kemudian dibandingkan dengan kriteria kesehatan NPF bank syari‟ah yang ditetapkan oleh Bank Indonesia seperti yang tertera dalam tabel 2.2. Tabel 2.2 Rasio NPF No. Nilai NPF Predikat 1 NPF = 2 Sehat 2 2 NPF 5 Sehat 3 5 NPF 8 Cukup sehat 4 8 NPF 12 Kurang Sehat 39 5 NPF 12 Tidak Sehat Sumber: SE BI No 924Dpbs Tanggal 30 Oktober 2007 Dari penjelasan data diatas, dapat disimpulkan bahwa penilaian kualitas pembiayaan yang disalurkan dibagi menjadi 5 jenis berdasarkan kolektibilitas nasabah. Pertama, kolektibilitas 1 yaitu nasabah yang berada dalam kondisi lancar. Kedua, kolektibilitas 2 yaitu nasabah yang berada dalam kondisi dalam perhatian khusus. Ketiga, kolektibilitas 3 yaitu nasabah yang berada dalam kondisi kurang lancar. Keempat, kolektibiltas 4 yaitu nasabah yang berada dalam kondisi diragukan. Kelima, kolektibilitas 5 yaitu nasabah yang berada dalam keadaan macet.

4. Dampak Pembiayaan Bermasalah

Pembiayaan bermasalah dalam jumlah besar dapat mendatangkan dampak yang kurang menguntungkan baik bagi pemberian pembiayaan terhadap kegiatan ekonomi moneter Negara. Dampak yang diakibatkan oleh pembiayaan bermasalah, yaitu:

a. Dampak terhadap kelancaran operasi bank pemberi pembiayaan.

Bank yang didorong problem pembiayaan bermasalah dalam jumlah besar akan mengalami kesulitan operasional. Pembiayaan dengan kualitas buruk memerlukan cadangan penghapusan yang semakin besar sehingga menyebabkan biaya yang harus ditanggung untuk mengadakan cadangan tersebut semakin besar. Hal ini jelas mempengaruhi profitabilitas yang semakin menurun akan mengurangi modal 40 sendiri maka nilai kesehatan operasi akan menurun. Hal ini akan mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut.

b. Dampak terhadap dunia perbankan.

Pembiayaan bermasalah dalam jumlah besar akan menurunkan tingkat operasi bank tersebut. Apabila penurunan pembiayaan dan profitabilitas sudah sangat parah sehingga mempengaruhi likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas bank, maka kepercayaan para penitip dana bank akan menurun.

c. Dampak terhadap ekonomi dan moneter negara

Sistem perbankan yang terganggu karena pembiayaan bermasalah akan menghilangkan kesempatan bank untuk membiayai kegiatan operasinya dan perluasan debitur lain karena terhentinya perputaran dan yang akan dipinjamkan. Hal ini akan memperkecil kesempatan pengusaha lain untuk memanfaatkan peluang bisnis dan investasi yang ada. 31 Dari penjelasan diatas, secara garis besar dampak dari pembiayaan bermasalah dibagi menjadi 3. Pertama, dampak terhadap kelancaran operasional bank yang menyalurkan pembiayaan. Kedua, dampak terhadap dunia perbankan itu sendiri. Ketiga, dampak terhadap ekonomi dan moneter negara. Karena secara global bank merupakan lembaga intermediasi sebagai tempat arus perputaran uang. 31 O.P.Simorangkir, Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank, Bogor: Ghalia Indonesia, 2000, h. 154. 41

F. Manajemen Risiko 1. Pengertian

Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu metodologi dan sistematik dalam identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi, serta melakukan monitor dan pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap aktifitas atau proses. 32 Manajemen risiko juga didefinisikan sebagai sebuah proses terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur, memetakan, mengembangkan alternatif penanganan risiko, dan dalam memonitor dan mengendalikan implementasi penanganan risiko. 33 Dari beberapa istilah diatas, dapat disimpulkan bahwa manajemen risiko adalah proses sistematis meliputi identifikasi, kuantifikasi melalui brenchmarking, modelling dan forecasting untuk menentukan sikap, kebijakan, solusi serta evaluasi terhadap risiko ynag mungkin terjadi dalam segala aktifitas perusahaan. 2. Proses Manajemen Risiko 32 Ferry N. Idroes, “Manajemen Risiko Perbankan”, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011, cet. 2, h. 5 33 Braman tyo Djohanputro, MBA, Ph.D, “ Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi”, Jakarta : PPM, 2006, cet. 2, h. 27

Dokumen yang terkait

Strategi BRI syariah dalam menganalisis kelayakan pembiayaan mikro: studi kasus BRI syariah Cabang Cipulir

2 30 123

Penerapan bagi hasil pada tabungan haji BRI Syariah Jakarta

3 22 108

Strategi Pemasaran Produk Pembiayaan Wirausaha Ib Hasanah Pada Bank Bni Syariah Kc Jakarta Barat

0 19 84

STRATEGI PEMASARAN PRODUK KPR iB PADA BTN SYARIAH KC YOGYAKARTA

2 13 97

PENGARUH PEMBIAYAAN MUDHARABAH, MUSYARAKAH, MURABAHAH TERHADAP PROFITABILITAS PADA BRI SYARIAH DI Pengaruh Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah, Murabahah Terhadap Profitabilitas pada BRI Syariah Di Indonesia (Studi Empiris Pada BRI Syariah di Indonesia Tah

0 3 16

Analisis penentuan margin pembiayaan murabahah pada KPR BRI Syariah iB di BRI Syariah Cabang Sidoarjo.

0 0 96

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Perbankan Syariah - PENERAPANAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN KPR DI BANK BRI SYARIAH KC. S. PARMAN - Repository UIN Sumatera Utara

0 0 13

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Bank BRI Syariah - PENERAPANAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN KPR DI BANK BRI SYARIAH KC. S. PARMAN - Repository UIN Sumatera Utara

0 0 19

APLIKASI PRODUK TABUNGAN HAJI BRI SYARIAH iB DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG PEMBANTU (KCP) DEMAK Tugas Akhir - APLIKASI PRODUK TABUNGAN HAJI BRI SYARIAH iB DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG PEMBANTU (KCP) DEMAK - Test Repository

0 0 99

ANALISIS KELAYAKAN PEMBIAYAAN MIKRO iB DENGAN AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KCP SRAGEN TUGAS AKHIR - ANALISIS KELAYAKAN PEMBIAYAAN MIKRO iB DENGAN AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KCP SRAGEN - Test Repository

0 0 103