Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
Dalam pasal tersebut ditegaskan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Pada ayat ketiga ditegaskan pula bahwa pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang bertujuan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Dalam perjalanannya aktifitas pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah dengan dasar amanat UUD 1945 selalu berkembang mengikuti perkembangan zaman yang dipicu oleh kemajuan IPTEK. Hal ini tercermin dari
adanya perubahan kurikulum dimulai dari kurikulum tahun 1975 hingga sekarang yaitu kurikulum tingkat satuan pelajaran KTSP tahun 2006. Lahirnya KTSP
merupakan upaya pemerintah untuk mengurangi kelemahan-kelemahan dalam sistem pendidikan pada masa lalu sekaligus sebagai antisipasi untuk menjawab
tantangan kemajuan IPTEK yang sangat pesat dewasa ini. Kegiatan belajar mengajar bertujuan mengembangkan potensi siswa secara
optimal, yang memungkinkan siswa dapat mencapai tujuan yang diharapkan dan memiliki tanggung jawab sebagai pribadi dan anggota masyarakat. Dalam
mencapai tujuan tersebut banyak faktor yang harus dipenuhi dan diperhatikan oleh guru. Salah satunya adalah interaksi antara guru dan muridnya sehingga mampu
mendorong, membangkitkan dan menumbuhkan motivasi dan minat belajar siswa serta memberikan pengaruh yang baik pada prestasi belajarnya.
Banyak faktor yang mempengaruhi dan perlu dipertimbangkan dalam melakukan kegiatan belajar mengajar sebagaimana diungkapkan Sardiman NK
dkk, yaitu sebagai berikut : 1. Tujuan yang ingin dicapai
2. Materi yang akan diajarkan 3. Sumber-sumber belajar
4. Keadaan siswa 5. Keadaan guru
6. Keadaan kelas, jumlah siswa dan waktu yang tersedia 7. Biaya, ketatausahaan dan manajemen.
Salah satu yang paling menentukan dan dominan dari ke tujuh faktor di atas adalah keadaan guru karena proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa
sebagian besar ditentukan peranan dan kompetensi guru. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih
mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal.
UU Nomor 14 tahun 2003 pasal 10 menjelaskan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian dan
kompetensi professional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
melatih, membimbing, mengarahkan, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan
pendidikan menengah.
2
Guru itu harus mempunyai kemampuan dalam belajar, sebagaimana yang dikatakan oleh Nana Sudjana bahwa:
”Salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki guru adalah kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar. Kemampuan ini
membekali guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengajar. Belajar dan mengajar terjadi pada saat berlangsung interaksi antara guru
dengan siswa untuk mencapai tujuan pengajaran. Sebagai proses, belajar dan mengajar memerlukan perencanaan yang seksama, yakni mengkoordinasikan
unsur-unsur tujuan, bahan pengajaran, kegiatan belajar mengajar, metode dan alat bantu mengajar serta penilaian evaluasi”.
3
Melihat kutipan di atas, jelas bahwa proses belajar mengajar akan mencapai hasil jika didukung oleh keseimbangan antara guru dan siswa. Artinya bahwa
guru harus memiliki kemampuan dasar dalam merencanakan dan melaksanakan program tersebut dan sebaliknya bagi siswa harus dapat memanfaatkan situasi
belajarnya dengan sebaik-baiknya.
2
UUSPN No. 14 tahun 2005 Pasal 1 ayat 1
3
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung; Sinar Baru, 1989, h. 42
Selaras dengan kutipan di atas dikatakan pula bahwa “salah satu lingkungan belajar
yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah ialah kualitas pengajaran”.
4
Dalam hal ini seorang guru dituntut menjadikan proses belajar mengajar yang efektif dalam mengajar tujuan pengajaran yang telah
ditetapkan. Untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang efektif ini, menurut Muh. Uzer Usman ada lima jenis variabel yang menentukan keberhasilan belajar
siswa yakni “Melibatkan siswa secara aktif, menarik minat, dan perhatian siswa, membangkitkan
motivasi siswa, prinsip individualitas, dan peragaan dalam
pengajaran”.
5
Di dalam KTSP dikemukakan setiap jenjang pendidikan formal memiliki beban pelajaran yang berbeda baik dalam jam pelajaran maupun dalam mata
pelajaran seperti jam pelajaran di tingkat SD juga materi pelajaran berbeda dengan di tingkat SMP. Dengan kondisi seperti ini maka setiap guru harus menguasai
kemampuan pengajaran yang spesifik sesuai dengan tingkat pengajarannya di kelas, misalnya keahlian yang dimiliki guru SD dengan SMP tidak dapat
disamakan walaupun mengajar pada mata pelajaran yang sejenis. Standar lainnya dalam KTSP yaitu standar kelulusan yaitu program kegiatan
untuk siswa. Pemerintah mengharapkan setelah proses belajar berakhir siswa memilki kompetensi-kompetensi yang dapat membekali dirinya untuk kehidupan
berikutnya. Sejauh ini pemerintah sudah berupaya pula untuk memberikan dukungan terhadap siswa melalui berbagai program bantuan operasional sekolah
BOS, beasiswa miskin, sekolah gratis, dan sebagainya. Apakah program tersebut sudah mencapai tujuan, tentu juga masih merupakan harapan.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan profesionalisme guru melalui berbagai cara seperti program sertifikasi, pelatihan-
pelatihan, seminar dan sebagainya. Apakah program tersebut dapat menunjukan hasil, tentunya juga merupakan hal yang diharapkan.
Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa pemerintah sudah berupaya meningkatkan profesionalisme guru juga dukungan sarana dan prasarana bagi
4
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses ..., h. 40
5
Muh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung; Remaja Rosda Karya, 1990, h. 16-26
siswa. Walaupun upaya tersebut sudah dilaksanakan namun nampaknya masalah pendidikan masih cukup banyak seperti halnya tingkat kelulusan sekolah masih
belum memuaskan, hasil belajar siswa rendah, motivasi belajar rendah, banyak siswa yang drop out, kenakalan remaja meningkat dan sebagainya.
Kecenderungan-kecenderungan seperti ini tentunya menarik untuk selalu diteliti. Mengingat masalah yang berkembang cukup banyak penulis tertarik untuk
meneliti satu bagian masalah, yaitu masalah yang berhubungan dengan keprofesionalan guru dan prestasi belajar siswa. Jelas ini menjadi pertanyaan bagi
penulis mengingat pada satu sisi pemerintah sudah melakukan upaya meningkatkan profesionalisme guru namun pada sisi lainnya prestasi belajar siswa
belum terdengar kabar yang menggembirakan. Keadaan ini masih menjadi pertanyaan, apakah berlaku umum misalnya
semua sekolah menghadapi kondisi seperti itu atau hanya sebagian sekolah tertentu. Untuk itu penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh kondisi
profesionalisme guru kaitannya dengan pestasi belajar siswa di Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut dalam mata pelajaran Qur’an Hadits. Madrasah Aliyah Negeri 1
Garut menjadi pilihan dengan alasan Madrasah Aliyah ini merupakan salah satu lembaga pendidikan dilingkungan kementrian agama tidak tertutup dari
kemungkinan-kemungkinan adanya masalah pendidikan. Berdasarkan observasi awal hasil wawancara dengan lingkungan Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut
prestasi belajar siswa pada umumnya belum memuaskan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk menggali lebih jauh, mengenai prestasi belajar siswa khususnya
dalam mata pelajaran Qur’an Hadits dan kaitannya dengan kualitas pengajaran dari tenaga pendidik mata pelajaran tersebut. Untuk itu penulis bermaksud
mengadakan penelitian ilmiah yang akan dituangkan dalam skripsi yang berjudul :
“PENGARUH KUALITAS PENGAJARAN GURU PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA BIDANG STUDI QUR’AN HADITS Studi Kasus Di Madrasah Aliyah Negeri 1
Garut”.