Perbedaan Pengaruh Input Terhadap Output Antara Usahatani

Tabel 5.10. Uji Mann Whitney Terhadap Jumlah Tanggungan Petani Cabai merah dan Cabai rawit Jumlah Tanggungan Mann-Whitney U 246.000 Wilcoxon W 711.000 Z -3.129 Asymp. Sig. 2- tailed .002 Sumber : Analisis Data Primer Lampiran Cabai Merah 1 dan Cabai Rawit 1 Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa signifikansi yang diperoleh adalah 0,002. Nilai yang diperoleh lebih kecil daripada probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H 1 diterima, artinya ada perbedaan antara jumlah tanggungan petani cabai merah dan cabai rawit.

5.2. Perbedaan Pengaruh Input Terhadap Output Antara Usahatani

Cabai merah dan Cabai rawit 5.2.1 Perbedaan Pengaruh Input Bibit, Pestisida dan Pupuk Terhadap Output Usahatani Cabai merah. Sebelum melakukan analisis regresi, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik yang harus dipenuhi, yaitu: Uji Normalitas Uji normalitas dapat dilihat dari grafik scatterplot hasil pengolahan dengan SPSS seperti berikut: Universitas Sumatera Utara Gambar 5.1 Grafik Normal Plot Jumlah Produksi Cabai Merah Berdasarkan tampilan grafik normal plot diatas terlihat bahwa titik menyebar dekat di sekitar garis diagonal serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Ini menunjukkan bahwa model persamaan layak dipakai karena telah memenuhi asumsi normalitas. Uji Multikolinearitas Uji multikolineraritas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan VIF masing-masing variabel seperti berikut ini: Tabel 5.11. Nilai Tolerance dan VIF Produksi Cabai Merah Variabel Tolerance VIF Bibit 0.475 2.105 Pupuk 0.445 2.246 Pestisida 0.496 2.016 Sumber: Analisis data primer dari lampiran Cabai Merah 24 Universitas Sumatera Utara Gejala multikolinearitas tidak terjadi jika nilai VIF 10 dan nilai Tolerance ˃ 0,1. Berdasarkan tabel 5.11 diatas, dapat dilihat variabel bibit, pupuk, dan pestisida masing- masing nilai VIF-nya sebesar 2.105; 2.246; 2.016 10. Sedangkan masing-masing nilai Tolerance-nya sebesar 0.475; 0.445; 0.496 0,1. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas di dalam model persamaan ini. Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas dapat dilihat dari grafik scatterplot hasil pengolahan dengan SPSS berikut ini: Gambar 5.2 Scatterplot Uji Heterokedastisitas Jumlah Produksi Cabai Merah Universitas Sumatera Utara Dari grafik scatterplot diatas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heterokedastisitas dikarenakan pada grafik terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Dengan menggunakan persamaan linear berganda, dibentuk fungsi persamaan produksi cabai petani cabai merah. Variabel-variabel yang dianggap berpengaruh terhadap produksi cabai petani cabai merah adalah : bibit, pestisida dan pupuk. Tabel 5.12. Pengaruh Input Terhadap Output Dalam Usahatani Cabai Merah Variabel Koefisien t Hitung Signifikan Konstanta 347.236 2.135 0.040 BibitX 1 0.011 0.157 0.876 Pupuk X 2 -0.352 -1.441 0.159 PestisidaX 3 146.203 15.401 0.000 R 2 = 0.976 F Hitung = 445.180 T tabel = 2,026 Signifikansi Uji F = 0.000 F Tabel = 2,86 Sumber :Analisis Data Primer Lampiran Cabai merah 24 Dari tabel 5.12 diatas diperoleh persamaan sebagai berikut: Y = 347.236 + 0.011X 1 - 0,352X 2 + 146.203X 3 Keterangan : Y = Produksi Cabai Merah Kg X 1 = Bibit batang X 2 = Pupuk Kg X 3 = Pestisida ml Koefisien Determinasi R 2 Dari tabel 5.12 diperoleh nilai R 2 sebesar 0.976 yang berarti bahwa 97,6 produksi cabai petani Cabai Merah dipengaruhi oleh faktor bibit, pupuk, dan pestisida yang digunakan Universitas Sumatera Utara dalam usahataninya. Sedangkan 2,4 sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model. Uji F Uji Serempak Dari hasil analisis regresi linier berganda diperoleh bahwa nilai F hitung sebesar 455.180 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000. Sedangkan nilai F tabel sebesar 2.86 pada tingkat signifikansi sebesar 0,5 . Dengan demikian F hitung ≥ F tabel dan sig. F 0.000 ≤ 0,05, maka Ho ditolak dan H 1 diterima yang artinya faktor bibit, pupuk, dan pestisida secara serempak berpengaruh nyata terhadap produksi cabai petani cabai merah di Desa Hinalang. Uji t Uji Parsial Dari tabel 5.14 dapat diinterpretasikan pengaruh variabel jumlah bibit, pupuk, dan pestisida terhadap produksi cabai petani cabai merah sebagai berikut: a. Bibit X 1 Bibit cabai yang digunakan petani cabai merah di daerah penelitian umumnya diproduksi sendiri dengan cara membibitkan cabai merah yang unggul ditempat persemaian selama kurang lebih dari 2 minggu, setelah itu baru dipindahkan ke lahan yang sesungguhnya. Koefisien regresi bibit sebesar 0.011dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang berbanding lurus positif antara jumlah bibit dengan produksi cabai petani cabai merah. Jika jumlah bibit ditambah sebesar 1 batang, maka produksi cabai petani cabai merah naik sebesar 0.011 Kg per musim tanam. Universitas Sumatera Utara Nilai t hitung variabel bibit yang diperoleh adalah 0.135 dan nilai t tabel sebesar 2.026 maka t hitung t tabel dan tingkat signifikansi t hitung sebesar 0,04 maka sig. t 0,876 0,05, sehingga dapat disimpulkan H diterima dan H 1 ditolak yang artinya jumlah bibit secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap produksi cabai petani cabai merah di Desa Hinalang b. Pupuk X 2 Pada umumnya pemberian pupuk sangat tergantung kepada jumlah bibit yang ditanam oleh petani. Selama 1 kali masa tanam, petani cabai merah di daerah penelitian melakukan pemupukan dasar sebanyak 1 kali dan pemupukan susulan setidaknya minimal sebanyak 2 kali dengan komposisi yang sama setiap kali pemupukannya. Koefisien regresi pupuk sebesar -0.352 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang berbanding terbalik negatif antara jumlah pupuk dengan produksi cabai petani cabai merah. Jika jumlah pupuk ditambah sebesar 1 Kg, maka produksi cabai petani cabai merah menurun sebesar 0.352 Kg per tahun. Nilai t hitung variabel pupuk yang diperoleh adalah -1.441 dan nilai t tabel sebesar 2.026 maka t hitung t tabel dan tingkat signifikansi t hitung sebesar 0 maka sig. t 0.159 0,05, sehingga dapat disimpulkan H diterima dan H 1 yang artinya jumlah pupuk secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap produksi cabai petani cabai merah di Desa Hinalang. c. Pestisida X 3 Pemakaian pestisida dalam usahatani cabai merah sangatlah penting. Dari awal penanaman cabai merah harus disemprot dengan pestisida sebanyak 1 kali seminggu, kemudian Universitas Sumatera Utara disemprot lagi setiap kali habis dipanen. Penyemprotan pestisida berguna untuk menjaga kualitas produksi dan juga meningkatkan jumlah produksi. Koefisien regresi pestisida sebesar 146.203 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang berbanding lurus positif antara jumlah tenaga kerja dengan produksi cabai petani cabai merah.Jika jumlah pestisida ditambah sebesar 1 ml, maka produksi cabai petani cabai merah meningkat sebesar 146.203Kg per tahun. Nilai t hitung variabel pestisida yang diperoleh adalah 15.401 dan nilai T tabel sebesar 2.026 maka t hitung T tabel dan tingkat signifikansi T hitung sebesar maka sig. t 0,000 0,05, sehingga dapat disimpulkan H 1 diterima dan H ditolak yang artinya jumlah pestisida secara parsial berpengaruh nyata terhadap produksi cabai petani cabai merah di Desa Hinalang. 5.2.1 Perbedaan Pengaruh Input Bibit, Pestisida dan Pupuk Terhadap Output Usahatani Cabai Rawit. Sebelum melakukan analisis regresi, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik yang harus dipenuhi, yaitu: Uji Normalitas Uji normalitas dapat dilihat dari grafik scatterplot hasil pengolahan dengan SPSS seperti berikut: Universitas Sumatera Utara Gambar 5.3. Grafik Normal Plot Jumlah Produksi Cabai Rawit Berdasarkan tampilan grafik normal plot diatas terlihat bahwa titik menyebar dekat di sekitar garis diagonal serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Ini menunjukkan bahwa model persamaan layak dipakai karena telah memenuhi asumsi normalitas. Uji Multikolinearitas Uji multikolineraritas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan VIF masing-masing variabel seperti berikut ini: Tabel 5.13. Nilai Tolerance dan VIF Produksi Cabai Rawit Variabel Tolerance VIF Bibit 0.116 8.609 Pupuk 0.300 3.334 Pestisida 0.109 9.180 Sumber: Analisis data primer dari lampiran 19 Gejala multikolinearitas tidak terjadi jika nilai VIF 10 dan nilai Tolerance ˃ 0,1. Berdasarkan tabel 5.13 diatas, dapat dilihat variabel bibit, pupuk, dan pestisida masing- Universitas Sumatera Utara masing nilai VIF-nya sebesar 8.609; 3.334; 9.180 10. Sedangkan masing-masing nilai Tolerance-nya sebesar 0.116; 0.300; 0.109 0,1. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas di dalam model persamaan ini. Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas dapat dilihat dari grafik scatterplot hasil pengolahan dengan SPSS berikut ini: Gambar 5.4. Scatterplot Uji Heterokedastisitas Jumlah Produksi Cabai Rawit Dari grafik scatterplot diatas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heterokedastisitas dikarenakan pada grafik terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Universitas Sumatera Utara Dengan menggunakan persamaan linear berganda, dibentuk fungsi persamaan produksi cabai petani cabai rawit. Variabel-variabel yang dianggap berpengaruh terhadap produksi cabai petani cabai rawit adalah : bibit, pestisida dan pupuk. Tabel5.14Pengaruh Input Terhadap Output Dalam Usahatani Cabai Rawit Variabel Koefisien t Hitung Signifikan Konstanta 55.727 0.326 0.747 BibitX 1 -1.895 -0.199 0.844 Pupuk X 2 0.377 1.342 0.190 PestisidaX 3 0.910 5.674 0.000 R 2 = 0.924 F Hitung = 116.851 Signifikansi Uji F = 0.000 F Tabel = 2.89 T tabel = 2.035 Sumber :Analisis Data Primer Lampiran Dari tabel 5.14 diatas diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = 55.727 – 1.895X 1 + 0.377X 2 + 0.910X 3 Keterangan: Y = Jumlah produksi Cabai Rawit Kg X 1 = Jumlah bibit batang X 2 = Jumlah Pupuk Kg X 3 = Jumlah Pestisida ml Koefisien Determinasi R 2 Dari tabel 5.14 diperoleh nilai R 2 sebesar 0.924 yang berarti bahwa produksi cabai petani cabai rawit 92.4 dipengaruhi oleh faktor bibit, pupuk, dan pestisida yang digunakan dalam usahataninya. Sedangkan 7.6 sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model. Universitas Sumatera Utara Uji F Uji Serempak Dari hasil analisis regresi linier berganda diperoleh bahwa nilai F hitung sebesar 116.851 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000. Sedangkan nilai F tabel sebesar 2.89 pada t ingkat signifikansi sebesar 5 . Dengan demikian F hitung ≥ F tabel dan sig. F 0.000 ≤ 0.05 , maka Ho ditolak dan H 1 diterima yang artinya faktor bibit, pupuk, dan pestisida secara serempak berpengaruh nyata terhadap produksi cabai petani cabai rawit di D esa Hinalang. Uji t Uji Parsial Dari tabel 5.16 dapat diinterpretasikan pengaruh variabel luas lahan, jumlah bibit, jumlah pupuk, jumlah tenaga kerja dan jumlah pestisida terhadap produksi cabai petani cabai rawit sebagai berikut: a. Bibit X 1 Bibit cabai yang digunakan petani cabai rawit di daerah penelitian diproduksi secara tradisional oleh petani, yaitu dengan memanfaatkan cabai rawit yang sudah merah matang kemudian direndam sehingga bijinya terpisah dari kulitnya, setelah itu biji tersebut dijemur untuk disemai apabila biji cabai rawit tersebut sudah kering. Setelah layak dari segi umur dan kondisi fisik barulah dipindahkan ke lahan. Rata- rata penggunaan bibit cabai oleh petani cabai rawit di daerah penelitian adalah ±1000 batangrante. Koefisien regresi bibit sebesar -1.895 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang berbanding tebalik negatif antara jumlah bibit dengan produksi cabai petani cabai merah. Jika jumlah bibit ditambah sebesar 1 batang, maka produksi cabai petani cabai merah menurun sebesar 1.895 Kg per tahun. Universitas Sumatera Utara Nilai t hitung variabel bibit yang diperoleh adalah -0.199 dan nilai t tabel sebesar 2.035 maka t hitung t tabel dan tingkat signifikansi t hitung sebesar 0.844 maka sig. t 0.844 0.05 , sehingga dapat disimpulkan H o diterima dan H 1 ditolak yang artinya jumlah bibit secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap produksi cabai petani cabai rawit di Desa Hinalang. b. Pupuk X 2 Pada umumnya pemberian pupuk sangat tergantung kepada jumlah bibit yang ditanam oleh petani. Selama 1 kali masa tanam, petani cabai rawit di daerah penelitian melakukan pemupukan dasar sebanyak 1 kali dan pemupuan susulan sebanyak 2 kali dengan komposisi sebagai berikut : pemupukan 1 dan 2 jumlah pupuknya seimbang, sedangkan pemupukan yang ketiga jumlah pupuknya setengah dari jumlah pupuk pada pemupukan ke 3. Pemupukan pada cabai rawit juga memanfaatkan pupuk kandang, tidak hanya pupuk kimia. Koefisien regresi pupuk sebesar 0.377 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang berbanding lurus positif antara jumlah pupuk dengan produksi cabai petani cabai rawit. Jika jumlah pupuk ditambah sebesar 1 Kg, maka produksi cabai petani cabai rawit meningkat sebesar 0,377 Kg per tahun. Nilai t hitung variabel pupuk yang diperoleh adalah 1.342 dan nilai t tabel 2.89 sebesar maka t hitung t tabel dan tingkat signifikansi t hitung sebesar 0,190 maka sig. t 0,190 0,05, sehingga dapat disimpulkan H diterima dan H 1 ditolak yang artinya jumlah pupuk secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap produksi cabai petani cabai rawit di Desa Hinalang. c. PestisidaX 3 Universitas Sumatera Utara Pemakaian pestisida dalam usahatani cabai rawit sangatlah penting. Dari awal penanaman hingga masa panen cabai rawit harus disemprot dengan pestisida sebanyak 1 kali seminggu, kemudian disemprot lagi setiap kali habis dipanenyaitu 1 kali 2 minggu. Penyemprotan pestisida berguna untuk menjaga kualitas produksi dan juga meningkatkan jumlah produksi. Koefisien regresi pestisida sebesar 0.910 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang berbanding lurus positif antara jumlah pestisida dengan produksi cabai petani cabai rawit. Jika jumlah pestisida ditambah sebesar 1 ml, maka produksi cabai petani cabai rawit meningkat sebesar 0.91 Kg per tahun. Nilai t hitung variabel pestisida yang diperoleh adalah 5.674 dan nilai ttabel sebesar 2,035 maka t hitung ttabel dan tingkat signifikansi t hitung sebesar 0,000 maka sig. t 0,000 0,05, sehingga dapat disimpulkan H 1 diterima dan H ditolak yang artinya jumlah pestisida secara parsial berpengaruh nyata terhadap produksi cabai petani cabai rawit di Desa Hinalang. Output usahatani cabai merah sebanyak 97.6 dipengaruhi oleh faktor input bibit, pupuk dan pestisida sedangkan 2.4 sisanya dipengaruhi oleh faktor lain diluar model. Output usahatani cabai rawit sebanyak 92.4 dipengaruhi oleh faktor input bibit, pupuk dan pestisida sedangkan 7.6 sisanya dipengaruhi oleh faktor lain diluar model. Dengan demikian ada perbedaan pengaruh input bibit, pupuk dan pestisida terhadap produksi cabai merah dan cabai rawit, dimana Pengaruh input bibit, pupuk dan pestisida terhadap output usahatani cabai merah lebih besar dibanding dengan pengaruh input bibit, pupuk dan pestisida terhadap output usahatani cabai rawit di daerah penelitian. Universitas Sumatera Utara

5.3. Perkembangan Produktivitas Cabai di Desa Hinalang

Dokumen yang terkait

Pengaruh Sistem Pengelolaan Usahatani Cabai Merah (Capsicum Annum L.) terhadap Jumlah Produksi dan Tingkat Pendapatan (Studi Kasus: Desa Ajijulu, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)

7 79 91

Respon Pertumbuhan Tiga Varietas Cabai Rawit (Capsicum frutescens L. ) Pada Beberapa Tingkat Salinitas

8 72 64

Efektifitas Ekstrak Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L) Terhadap Kematian Larva Nyamuk Aedes Spp.Pada Ovitrap

10 100 96

Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Usahatani Cabai Merah (Capsicum Annum l.) ( Studi Kasus : Desa Sukanalu, Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo)

10 71 134

Analisis Perbandingan Kelayakan Usahatani Cabai Merah (Capsiccum Annum L.) dengan Cabai Rawit (Capsiccum Frutescens L.) (Studi Kasus : Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

0 0 14

Analisis Perbandingan Kelayakan Usahatani Cabai Merah (Capsiccum Annum L.) dengan Cabai Rawit (Capsiccum Frutescens L.) (Studi Kasus : Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

0 0 1

Analisis Perbandingan Kelayakan Usahatani Cabai Merah (Capsiccum Annum L.) dengan Cabai Rawit (Capsiccum Frutescens L.) (Studi Kasus : Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

0 0 6

Analisis Perbandingan Kelayakan Usahatani Cabai Merah (Capsiccum Annum L.) dengan Cabai Rawit (Capsiccum Frutescens L.) (Studi Kasus : Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

0 0 14

Analisis Perbandingan Kelayakan Usahatani Cabai Merah (Capsiccum Annum L.) dengan Cabai Rawit (Capsiccum Frutescens L.) (Studi Kasus : Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

0 0 3

Analisis Perbandingan Kelayakan Usahatani Cabai Merah (Capsiccum Annum L.) dengan Cabai Rawit (Capsiccum Frutescens L.) (Studi Kasus : Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

0 4 49