Ilmu Usahatani Pendapatan Landasan Teori

lebih per masa tanam. Hama dan penyakit yang biasnya mengganggu tanaman cabai rawit antara lain : kutu daun, thrips, tungau merah, ulat, lalat buah, penyakit busuk buah, bercak daun, busuk daun, gugur daun, dan penyakit antrak. Pemberantasan hama dan penyakit tanaman dapat menggunakan pestisida. Untuk lahan seluas 100 m 2 dibutuhkan sebanyak 20 ml pestisida. Panen dapat dilakukan setelah cabai rawit berumur 4 bulan, pemanenan cabai rawit bisa mencapai 24 kali per masa tanam dengan jangka waktu pemanenan 1 kali 2 minggu selama hampir 2 tahun umur tanaman. Selama satu musim tanam dapat dihasilkan cabai rawit hingga 120 kg untuk luasan lahan 100 m 2 Setyaningrum dan Cahyo, 2014. Usahatani cabai yang berhasil memang menjanjikan keuntungan yang menarik. Akan tetapi, untuk menguasahakan cabai juga diperlukan keterampilan dan modal yang cukup memadai. Selain itu, tidak jarang pengusaha cabai menemui kegagalan dan kerugian yang berarti. Untuk mengantisipasi kemungkinan tersebut, diperlukan keterampilan dalam penerapan pegetahuandan teknik budidaya cabai yang benar sesuai dengan daya dukung agroekosistemnya. Berbagai aspek agronomis antara lain pemilihan bibit yang baik, pemilihan lahan yang cocok, ketersediaan air, dan penguasaan teknik budi daya termasuk mengantisipasi kemungkinan serangan hama serta penyakit menjadi kunci penting keberhasilan usahatani cabai di Indonesia Santika, 1999.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Ilmu Usahatani

Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi Universitas Sumatera Utara pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki sebaik-baiknya, dan dapat dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut mengeluarkan output yang melebihi input Soekartawi, 1995. Yang termasuk faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agara tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Diberbagai literatur, faktor produksi ini dikenal pula dengan istilah sarana produksi, input, production factor, dan korbanan produksi. Faktor produksi sangat menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh. Dalam berbagai pengalaman menunjukkan bahwa faktor produksi lahan, bibit, tenaga kerja, pupuk dan pestisida adalah faktor produksi yang terpenting Soekartawi, 1994.

2.2.2 Pendapatan

Menurut Sukirno 1996, pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode, baik harian, mingguan, bulanan, ataupun tahunan. Beberapa klasifikasi pendapatan, antara lain: 1. Pendapatan pribadi, yaitu semua jenis pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan suatu kegiatan ataupun yang diterima penduduk suatu negara. 2. Pendapatan disposible, yaitu pendapatan pribadi dikurangi pajak yang harus dibayarkan oleh para penerima pendapatan, sisa pendapatan yang siap dibelanjakan inilah yang dinamakan pendapatan disposible. 3. Pendapatan nasional, yaitu nilai seluruh barang-barang jadi dan jasa-jasa yang diproduksi oleh suatu negara dalam satu tahun. Universitas Sumatera Utara Setelah produsen menghasilkan output dari setiap kegiatan produksi yang dilakukan maka output tersebut akan dijual kepada konsumen. Dengan demikian, produsen akan memperoleh pendapatan dari setiap output yang dijual. Pendapatan yang diterima oleh produsen sebagian untuk membayar biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Membahas masalah penerimaan atau revenue ada beberapa konsep penting yang perlu diperhatikan menurut Pracoyo dan Rubenfeld 2008: 1. Pendapatan total atau total revenue TR : pendapatan yang diterima oleh produsen dari setiap penjualan outputnya. Total revenue merupakan hasil kali antara harga dengan output. TR = P . Q 2. Pendapatan rata-rata atau average revenue AR : pendapatan produsen per unit output yang dijual. AR = TRQ = P. Dengan demikian, AR merupakan harga jual output per unit. 3. Pendapatan marjinal atau marginal revenue MR : perubahan pendapatan yang disebabkan oleh tambahan penjualan satu unit output. �� = � . Untuk memperoleh tingkat pendapatan yang diinginkan, maka seharusnya mempertimbangkan harga jual dari produksinya, melakukan perhitungan terhadap semua unsur biaya selanjutnya menentukan harga pokok hasil usahataninya Fadholi, 1990. Menurut Soekartawi 1999 biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap fixed cost dan biaya tidak tetap variable cost.Biaya tetap FC adalah biaya yang relatif jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya variabel VC adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, contohnya biaya tenaga kerja. Universitas Sumatera Utara Harga pasar suatu komoditi dan jumlah yang diperjualbelikan ditentukan oleh permintaan dan penawaran dari komoditi tersebut.Dengan harga pasar dimaksudkan harga yang disepakati oleh penjual dan pembeli Sugiarto, 2000.

2.2.3 Analisis Kelayakan Usahatani

Dokumen yang terkait

Pengaruh Sistem Pengelolaan Usahatani Cabai Merah (Capsicum Annum L.) terhadap Jumlah Produksi dan Tingkat Pendapatan (Studi Kasus: Desa Ajijulu, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)

7 79 91

Respon Pertumbuhan Tiga Varietas Cabai Rawit (Capsicum frutescens L. ) Pada Beberapa Tingkat Salinitas

8 72 64

Efektifitas Ekstrak Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L) Terhadap Kematian Larva Nyamuk Aedes Spp.Pada Ovitrap

10 100 96

Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Usahatani Cabai Merah (Capsicum Annum l.) ( Studi Kasus : Desa Sukanalu, Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo)

10 71 134

Analisis Perbandingan Kelayakan Usahatani Cabai Merah (Capsiccum Annum L.) dengan Cabai Rawit (Capsiccum Frutescens L.) (Studi Kasus : Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

0 0 14

Analisis Perbandingan Kelayakan Usahatani Cabai Merah (Capsiccum Annum L.) dengan Cabai Rawit (Capsiccum Frutescens L.) (Studi Kasus : Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

0 0 1

Analisis Perbandingan Kelayakan Usahatani Cabai Merah (Capsiccum Annum L.) dengan Cabai Rawit (Capsiccum Frutescens L.) (Studi Kasus : Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

0 0 6

Analisis Perbandingan Kelayakan Usahatani Cabai Merah (Capsiccum Annum L.) dengan Cabai Rawit (Capsiccum Frutescens L.) (Studi Kasus : Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

0 0 14

Analisis Perbandingan Kelayakan Usahatani Cabai Merah (Capsiccum Annum L.) dengan Cabai Rawit (Capsiccum Frutescens L.) (Studi Kasus : Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

0 0 3

Analisis Perbandingan Kelayakan Usahatani Cabai Merah (Capsiccum Annum L.) dengan Cabai Rawit (Capsiccum Frutescens L.) (Studi Kasus : Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

0 4 49