untuk melaksanakan pendaftran tanah. Kemudian jumlah pengeluaran tersebut belum ditambah dengan biaya pelaksanaan pengumuman selama 60 enam puluh hari.
Disamping biaya resmi yang dikeluarkan pemohon, ternyata masih ada biaya lain yang harus dibayar oleh pemohon, seperti pemohon minta surat keterangan
penguasaan fisik tanah tanpa alas hak dari kepala desa setempat, yang kadang kepala desa tersebut tidak malu-malu lagi untuk mematok batas minimalnya, seperti
terungkap dari wawancara dengan Mawardi Hutasuhut: “ Dalam proses pengurusan sertifikat ke Kantor Pertanahan apabila pemohon membutuhkan surat keterangan dari
Kepala Desa, maka biasanya biayanya minimal Rp. 300.000,- tiga ratus ribu rupiah dimana tergantung dari luas tanah yang akan disertifikatkan.”
1
3. Faktor Anggapan Diperlukan Waktu Yang Lama Dalam Pengurusan Sertifikat
Adanya anggapan masyarakat mengurus sertifikat hak atas tanah sangat masuk
akal, sebagaiman terungkap dari responden yang telah mendaftarkan tanahnya secara sporadik individual, seperti pendapat salah seorang responden yaitu: “ Pada waktu
pelaksanaan pendaftran tanah waktu yang diperlukan mulai dari memasukkan permohoan, proses pendaftaran sampai saat sertifikat diserahkan kepada kami,
jangka waktunya 11 bulan.”
2
Sementara itu di Kantor Pertanahan Kabupaten Tapanuli Selatan mengatakan bahwa lamanya waktu dalam pengurusan sertifikat adalah sebagai mana wawancara
1
Sumber Wawancara dengan Mawardi Hutasuhut, Kepala Desa Lobulayan Sigordang, tanggal 19 April 2008.
2
Hasil Wawancara dengan Muhammad Rirai Hutasuhut, Anggota Masyarakat Desa Lobulayan Sigordang, tanggal 19 April 2008.
Edy Anwar Ritonga : Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Secara Sporadik Pada Areal Perkebunan Salak Milik..., 2008 USU e-Repository © 2008
dengan Bapak SM Darda Rambe, sebagai berikut, “ Lambatnya proses penerbitan sertifikat hak atas tanah disebabkan oleh kekurangan tenaga pelaksana, terutama
petugas pengukuran dan pemetaan, khusus petugas pemetaan di Kantor kami hanya 1 orang untuk seluruh Kabupaten tapanuli Selatan, ditambah lagi 2 kabupaten yang
baru dimekarkan, selain itu penyebabnya adalah biasanya masyarakat yang memohonkan bersifat pasif, yang sering terjadi dalam pemberian tanda batas berupa
patok besi, jarang dilaksankan oleh masyarakat dan dokumen pendukung data yuridis yang tidak lengkap.”
1
Jadi lamanya proses penerbitan sertifikat selain disebakan oleh faktor kondisi internal dari Kantor Pertanahan itu sendiri, juga disebakan oleh faktor masyarakat
yang bersifat pasif dalam proses penerbitan sertifikat hak atas tanah.
4. Faktor Anggapan Alas Hak Atas Tanah Yang Dimiliki Sudah Sangat Kuat
Berdasarkan hasil penelitian, responden yang kurang mengetahui fungsi dan kegunaan sertifikat, sebagian besar beranggapan bahwa alat bukti yang dimiliki
selama ini seperti surat Keterangan Camat, LurahKepala Desa, atau tanpa alat bukti tertulis tetapi masyarakat sekitar tanah mengakuinya merupakan alat bukti hak yang
kuat, apalagi terhadap tanah yang diperoleh dari warisan umumnya anggota masyarakat mengetahui riwayat pemilik tanah tersebut, sehingga keyakinan tersebut
akan semakin kuat. Dari hasil wawancara dengan Bapak Panusunan Rambe bahwa: “ Sebagian besar tanah yang diperoleh karena warisan yang sudah dipisah bagi atas
1
Hasil Wawancara dengan Darda Rambe, Kepala Tata Usaha Kantor Pertanahan Kabupaten Tapanuli Selatan, tanggal 24 April 2008.
Edy Anwar Ritonga : Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Secara Sporadik Pada Areal Perkebunan Salak Milik..., 2008 USU e-Repository © 2008
kesepakatan pewaris, tetapi jarang anggota masyarakat mengurus surat Keterangan Hak Waris ke Kantor Kecamatan, karena mereka beranggapan pembagian warisan
sudah selesai apabila dilakukan atas kesepakatan antara para ahli waris.”
1
Sedangkan bidang tanah kebun salak yang diperoleh karena jual beli, hanya sebagian kecil peralihannya dilakukan dihadapan pejabat yang berwenang, seperti
terungkap dari hasilnwawancara dengan Bapak Panusunan Rambe yaitu, “ Hanya sebagian kecil peralihan hak atas tanah dilakukan dihadapan Kantor Kecamatan,
lebih-lebih pada jualbeli atas tanah yang berasal dari warisan yang hanya terjadi antara penjual dan pembeli dan disaksikan saksi-saksi yang berbatasan langsung
dengan bidang tanah yang dimaksud, hal ini terjadi karena penjual dan pembeli sudah saling mengenal dan mepercayai. Ini sangat menyulitkan, karena suatu saat nanti bila
tanah tersebut dialihkan lagi dan ingin didaftarkan, konsekuensinya jual beli yang dilaksnakan dulu sebelumnya harus dibuat ulang dan dihadapan pejabat yang
berwenang, dan baru dialihkan lagi ke pembeli baru.‘
2
Kemudian apabila dilihat perolehan hak atas tanah bidang kebun salak milik responden, ternyata sebagian besar responden yang mempunyai bidang tanah
diperoleh karena pewarisan dan jual beli, ternyata ada perolehannya bentuk lain, sebagai mana tergambar dalam tabel sebagai berikut:
1
Hasil Wawancara dengan Bapak Panusunan Rambe, Camat Angkola Barat pada 24 April 2008.
2
Hasil Wawancara dengan Bapak Panusunan Rambe, Camat Angkola Barat, pada 24 April 2008.
Edy Anwar Ritonga : Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Secara Sporadik Pada Areal Perkebunan Salak Milik..., 2008 USU e-Repository © 2008
Tabel 10. Perolehan Hak Atas Tanah Perkebunan Salak Milik Rakyat
n=50
Perolehan Hak No
DesaKelurahan Jual
Beli Warisan Pembukaan
Hutan Hibah
1 Sitinjak
2 5
2 1
2 Sigumuru
1 4
3 Sibangkua
1 4
4 Sisundung
1 3
1 5
Aek Nabara 1
3 1
6 Parsalakan
2 7
1 7
Sialogo 1
4 8
Lobulayan Sigordang 2 3
Jumlah 11 33
4 2
Sumber : Diolah Dari Data Primer Tahun 2008 Berdasarkan tabel 10 diatas, dapat dijelaskan bahwa sebagian besar responden
yang mempunyai tanah kebun salak perolehannya dari warisan yaitu sebanyak 33 responden. Umumnya responden yang perolehannya dari pewarisan mengaku bahwa
mereka sudah beberapa keturunan tinggal di desa tersebut dan bahkan ada yang mengatakan bahwa moyangnya yang termasuk membuka kampung tersebut yang
punya bonabulu, kemudian dari jual beli sebanyak 11 responden, sementara perorolehan dari pembukaan hutan 4 responden terjadi karena tidak ada harta yang
diwariskan, sehingga punya inisiatif membuka hutan untuk ditanami kebun salak, yang pada umumnya. Kemudian 2 responden dari hibah yang biasanya dari kerabat
terdekat yang ingin membantu kerabatnya.
Edy Anwar Ritonga : Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Secara Sporadik Pada Areal Perkebunan Salak Milik..., 2008 USU e-Repository © 2008
Bila dihubungkan bentuk perolehan hak atas tanah kebun salak dengan adanya keinginan masyarakat untuk mendaftarkan tanahnya, ternyata bentuk perolehan hak
atas tanah juga berpengaruh terhadap adanya keinginan untuk mendaftarkan tanahnya, walaupun sampai sekarang sebagian besar baru sebatas keinginan,
sebagaima terlihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 11. Hubungan Antara Perolehan Hak Atas Tanah Perkebunan Salak Dengan Keinginan Untuk Mendaftarkan Tanah
n = 50
Perolehan Hak Jual Beli
Warisan Pembukaan
Hutan Hibah
DesaKelurahan N
o
AdaTidak Ada
Tdk Ada
Tdk Ada
Tdk Ada
Tdk 1
Sitinjak 2 1 4 2 1
2 Sigumuru
1 4 3
Sibangkua 1 1 3
4 Sisundung
1 3 1 5
Aek Nabara 1 1 2 1
6 Parsalakan
2 1 6 1 7
Sialogo 1 1 3
8 Lobulayan
2 3 Jumlah
11 0 5 28 4 0 2 0 Sumber : Diolah dari Data Primer Tahun 2008
Keinginan masyarakat untuk mendaftarkan tanahnya ternyata juga dipengaruhi
oleh bentuk perolehan hak atas tanah. Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa tanah yang diperoleh karena pewarisan ternyata keinginan masyarakat untuk
Edy Anwar Ritonga : Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Secara Sporadik Pada Areal Perkebunan Salak Milik..., 2008 USU e-Repository © 2008
mendaftarkan tanahnya sangat kecil. Hal ini dilatar belakangi oleh hasil wawancara dengan Muhammad Yamin Batubara, “ Tanah yang diperoleh dari warisan umumnya
hampir seluruh anggota masyarakat mengetahui riwayat tanah yang diwariskan terutama yang berbatasan langsung dengan objek warisan tersebut karena
penguasaannya yang sudah lama dan turun temurun. Umumnya sesama anggota masyarakat pemegang hak atas tanah kebun salak dalam suatu desa masih ada
hubungan kekerabatan dengan penduduk desa tersebut, walaupun pemegang hak atas tanah berdomisili di luar desa tersebut.”
1
Jadi dapat dijelaskan bahwa tanah yang diperoleh dari pewarisan, masyarakat beranggapan sudah merupakan perolehan hak
yang kuat walaupun tidak mempunyai alat bukti tertulis, dan diakui oleh masyarakat. Sementara perolehan hak atas tanah kebun salak karena jual beli, hibah atau
membuka hutan, ternyata keinginan masyarakat untuk mendaftarkan tanahnya lebih besar bila dibandingkan perolehan dengan warisan. Hal ini disebabkan keinginan
masyarakat untuk mendapatkan alat bukti tertulis atas perolehan atas bidang tanah tersebut, karena tanah tersebut diperoleh bukan dari pewarisan. Tetapi masalahnya
perolehan dari jual beli tidak dilakukan dihadapan pejabat yang berwenang dan kadang hanya dilakukan antara penjual dan pembeli dengan dihadiri oleh saksi-saksi.
biasanya adalah pihak-pihak yang mempunyai tanah yang berbatasan dengan objek tanah tersebut, bukti jual beli dibuat dalam kertas tulis tangan yang dibubuhi materai,
tetapi ada juga tanpa dibuhi materai, dengan alasan mereka sudah saling percaya.
1
Hasil wawancara dengan Muhammmad Yamin Batu Bara, Lurah Kelurahan Sitinjak, tanggal 24 April 2008.
Edy Anwar Ritonga : Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Secara Sporadik Pada Areal Perkebunan Salak Milik..., 2008 USU e-Repository © 2008
Biasanya masyarakat yang ingin menjual kebun salak pembelinya diutamakan yang ada hubungan kekerabatan atau anggota masyarakat yang dikenal sehingga anggapan
alat bukti hak atas tanah sudah kuat karena riwayat tanah, riwayat pembeli dan penjual sudah saling mengetahui.
Kemudian adanya pengaruh perolehan hak atas tanah dengan niat untuk mendaftarkan tanahnya dapat dilihat dari alas hak atas tanah, dari 50 responden.
ternyata alas hak terbanyak adalah pengakuan tanpa alat bukti tertulis yang diperoleh dari warisan, seperti terlihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 12. Alas Hak Atas Tanah Perkebunan Salak Milik Rakyat
n =50 Alas Hak
No DesaKelurahan
Sertifikat SK. Camat Pengakuan
Masyarakat Jumlah
1 Sitinjak 1
1 8
10 2 Sigumuru
1 4
5 3 Sibangkua
2 3
5 4 Sisundung
2 3
5 5 Aek
Nabara 2
3 5
6 Parsalakan 1
2 7
10 7
Sialogo 2 1 2 5
8 Lobulayan
Sigordang 1 1 3 5
Jumlah 5
12 33
50 Persentase
10 24
66 100
Sumber : Diolah dari Data Primer Tahun 2008 Berdasarkan tabel 12 dapat dijelaskan, terdapat 5 bidang tanah dengan alat bukti
sertifikat hak milik, yaitu 3 responden pendaftarannya melalui Prona yaitu 2 responden di Desa Sialogo dan 1 responden di Desa Parsalakan, dan 2 responden
Edy Anwar Ritonga : Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Secara Sporadik Pada Areal Perkebunan Salak Milik..., 2008 USU e-Repository © 2008
mendaftarkan atas inisiatif sendiri yaitu 1 responden di Kelurahan Sitinjak dan 1 responden di Desa Lobulayan Sigordang. Bidang tanah yang bersertifikat tersebut
diperoleh dari jual beli. Sedangkan alas hak berupa SK Camat atau Surat keterangan LurahKepala Desa juga sebagian besar perolehannya dari jual beli, karena responden
tersebut menginginkan ada bukti tertulis tentang adanya peralihan hak atas suatu bidang tanah. Sedangkan responden dengan Alas hak berupa pengakuan dari
masyarakat tanpa ada alat bukti perolehan atas bidang tanah karena pewarisan.
D. Hambatan Dari Tanah Yang Masuk Dalam Kawasan Hutan Atau