50
3.1.3. Solidaritas kekerabatan dalam slametan pertanian.
Solidaritas kekerabatan dalam akivitas pertanian sudah sejak dahulu mendarah daging dalam kehidupan masyarakat Jawa di kelurahan Sawit Seberang. Tolong
menolong dalam aktivitas pertanian ini terjadi karena dahulu daerah perladangan sangat luas, dan hal ini membutuhkan tenaga kerja yang banyak.
Para petani membutuhkan tenaga tambahan untuk menggarap tanah. Suatu cara pengerahan tambahan tenaga ialah dengan jalan bantu membantu atau kita kenal
dengan istilah gotong royong. Dahulu kegiatan gotong royong dalam aktivitas pertanian masih sering di
lakukan di kelurahan Sawit Seberang. Gotong royong tersebut terdapat pula dalam hal kematian, kecelakaan, mendirikan rumah atau memperbaiki bagian rumah,
memperbaiki jalan-jalan, jembatan dan lain sebagainya. Gotong royong dalam pertanian biasanya terdapat pada waktu orang mengerjakan sawah, misalnya
mencangkul, membajak, menggaru, menanam padi, memelihara tanaman menyiangi rumput dan memberi pupuk dan sebagainya.
Kegotong royongan ini biasa terjadi diantara para petani yang mempunyai sawah yang berdekatan, sesuatu hal yang lebih penting bagi penduduk desa adalah
hubungan baik serta kerja sama yang baik dengan petani-petani lain yang mempunyai sawah dan tegalan pada satu tempat yang sama. Petani-petani yang berdekatan sawah
atau ladangnya, berusaha untuk saling tolong-menolong dalam pekerjaan pertanian. Sering terjadi kesepakatan antara pemilik sawah untuk saling membantu
dalam mengerjakan sawahnya, misalnya dalam waktu tertentu mereka bekerja mencangkul sawah milik si A, kemudian setelah selesai, membajak tanah milik si B,
Universitas Sumatera Utara
51 selanjutnya sawah si C yang belum digaru di kerjakan bersama-sama demikian
seterusnya hingga sawah milik setiap petani tersebut selesai di garap. Gotong royong ini sifatnya sukarela tanpa upah, tetapi karena masyarakat
Indonesia yang biasanya memiliki rasa solidaritas yang tinggi terlebih lagi orang- orang yang berada di pedesaan maka mereka tidak sampai hati jika dirinya dibantu
para tetangga tanpa menyediakan sekedar jaminan apapun. Jadi mereka yang bekerja di sawah tadi seringkali dijamin makan dan minum oleh si pemilik sawah.
Solidaritas kekerabatan yang tercermin di dalam aktivitas pertanian ini adalah dimana setiap warga masyarakat harus ikut serta di dalam beberapa tahap dalam
aktivitas pertanian tersebut. Setiap warga memiliki rasa solidaritas yang tinggi terhadap warga lainnya.
Kerja bersama yang mirip dengan gotong royong yaitu yang sering disebut sambatan
dahulunya masih sering dilakukan di kelurahan Sawit Seberang. Di dalam kerja sambatan ini orang-orang yang membantu pada umumnya telah disambat lebih
dahulu, yaitu dimintai tolong secara lisan. Kemudian pada hari yang telah ditentukan, orang-orang yang disambat tadi datang beramai-ramai serta mengerjakan apa yang
telah direncanakan oleh si tuan rumah. Sambatan ini terdapat dalam hal mendirikan rumah, memperbaiki rumah, membuat sumur dan lain sebagainya. Pada dasarnya
sambatan itu adalah kerja bersama tanpa upah tetapi dijamin makan, minum. Pada umumnya, dahulu para petani di kelurahan Sawit Seberang dalam
bercocok tanam terutama tanaman padi, masih mengadakan upacara selametan. Hal ini rupanya sukar dihapus karena erat hubungannya dengan kepercayaan mereka. Para
petani masih percaya akan adanya Dewi Sri yang dihormati karena dianggap sebagai
Universitas Sumatera Utara
52 Dewi padi pelindung pertanian. Mereka menghormatinya karena atas jasa-jasa
padilah mereka dapat makan., oleh sebab itu rasa hormat dibuktikan dengan adanya upacara-upacara yang mereka adakan dalam semua pekerjaan yang berhubungan
dengan padi. Upacara slametan tadi ada yang diadakan secara sederhana, ada pula yang dilaksanakan secara besar-besaran.
Dalam hal melaksanakan upacara-upacara slametan tersebut, para anggota masyarakat di kelurahan Sawit Seberang akan berkerja secara gotong royong dalam
rangka persiapan upacara slametan tersebut. Sehingga dapat dilihat dalam setiap aktivitas kehidupan mereka selalu menerapakan azas-azas gotong royong.
Selain slametan tersebut diatas, ada juga slametan panen yang biasanya dahulu dilakukan oleh masyarakat di kelurahan Sawit Seberang. Ketika musim tanam
padi mendekat, petani mencari seorang tua yang dikenalnya untuk menerapkan suatu sistem numerologi petungan dalam memilih hari yang tepat untuk “membuka tanah”
mulai membajak. Ketika hari ini tiba, suatu slametan kecil yang disebut “wiwit sawah” mulai bersawah diadakan pada pagi hari di sawah, dan setiap orang yang
kebetulan lewat harus diajak ikut serta. Pada malam harinya suatu slametan kecil seringkali diadakan juga dirumah petani itu. Slametan kecil lainnya kadang-kadang
diadakan juga di rumah pada waktu memindahkan tanaman dari persemaian atau pada waktu memindahkan tanaman dari persemaian ke sawah, walaupun keduanya ini
biasanya ditiadakan. Upacara lain yang berhubungan dengan pertanian adalah upacara yang disebut
bersih desa atau merti desa. Upacara ini ditunjukan pula kepada roh halus yang menunggu desa itu dan ditujukan pula kepada Dewi Sri yang telah memberikan panen
Universitas Sumatera Utara
53 baik. Roh halus atau danyang yang mereka tuju itu supaya jangan mengganggu dan
bahkan supaya menjauhkan kekuatan gaib dari desa itu. Biasanya upacara bersih desa ini diadakan pada waktu sesudah panen dan
jatuh pada bulan Jawa yaitu bulan sapar. Untuk melakukan upacara ini biayanya dan segala sesuatunya dikerjakan dan ditanggung secara bersama. Dalam upacara ini,
biasanya dimeriahkan dengan pertunjukan wayang kulit dan pertunjukan lainnya. Sebagaimana halnya di dalam upacara-upacara yang lain, upacara bersih desa ini
disertai pula dengan selametan atau kenduri, yang diselenggarakan secara bersama oleh semua penduduk di kelurahan tersebut. semua warga di kelurahan itu akan hadir
dalam acara slametan dan kenduri itu, masing-masing dari mereka biasanya membawa makanan yang nantinya akan di makan bersama-sama.
Semua upacara slametan pertanian ini memerlukan banyak tenaga kerja warga sekitar, sehingga hampir setiap warga ikut serta dalam mempersiapkan berbagai
macam slametan tersebut. Namun dengan seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman, maka sistem gotong royong di dalam sistem pertanian pada
masyarakat Jawa di kelurahan Sawit seberang mulai berubah bahkan hilang sama sekali. Faktor yang menyebabkan perubahan ini adalah hilangnya lahan pertanian
yang kemudian diganti dengan lahan perkebunan milik PTPN II. Sehingga gotong royong dalam bidang pertanian sudah tidak lagi dilaksanakan, dengan demikian
solidaritas kekerabatan yang tercermin didalam kegiatan pertanian di kelurahan Sawit Seberang sudah tidak terlihat lagi.
Universitas Sumatera Utara
54
3.1.4. Solidaritas kekerabatan dalam slametan Kematian.