8
1.2. Rumusan Masalah.
Berdasarkan dari latar belakang penelitian sebagaimana yang telah di kemukakan sebelumnya, secara khusus penelitian ini akan berusaha membahas
permasalahan tentang solidaritas kekerabatan khususnya etnis Jawa yang ada di perantauan. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang
dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana solidaritas kekerabatan dalam berbagai kegiatan slametan pada
masyarakat Jawa perantauan. 2. Bagaimana solidaritas kekerabatan dalam upacara perkawinan pada masyarakat
Jawa perantauan.
1.3. Lokasi Penelitian.
Lokasi penelitian ini adalah di Kelurahan Sawit Seberang, Kabupaten Langkat. Ada beberapa alasan dalam pemilihan lokasi ini antara lain yaitu, lokasi
awal penelitian ini adalah di kelurahan Silalas tepatnya di pinggiran sungai Deli. Namun karena lokasi ini dianggap kurang sesuai dengan masalah yang akan dibahas
maka dosen pembimbing menyarankan lokasinya untuk dirubah. Selain itu penduduk yang tinggal dilokasi ini di tempati oleh mayoritas suku
Jawa perantauan walupun terdapat etnis-etnis lainnya, yang mana penduduknya sudah mengalami kemajuan baik dari segi pengetahuan yang di dasari oleh faktor
pendidikan, sehingga kemungkinan terjadinya perubahan atau pergeseran dari solidaritas kekerabatan pada daerah tersebut. Penduduk di kelurahan tersebut selain
bermata pencaharian bertani juga sudah memiliki pekerjaan lain yang menetap yang membuat mereka mulai memahami prinsip bahwa waktu adalah uang.
Universitas Sumatera Utara
9
1.4. Tujuan Dan Manfaat Penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran bagaimana terjadinya perubahan solidaritas kekerabatan etnis Jawa yang berada di Kelurahan Sawit
Seberang, kabupaten Langkat. Manfaat dari penelitian ini dapat dilihat secara akademis dan praktis:
1. Secara akademis, dapat menambah pemahaman tentang konsep-konsep
solidaritas kekerabatan dan mengetahui pola hidup pada masyarakat etnis Jawa di perantauan.
2. Secara praktis, dapat memberikan pemahaman bagi si peneliti sendiri
berdasarkan pada masalah diatas dan sebagai suatu syarat lulus ujian akhir.
Universitas Sumatera Utara
10
1.5.Tinjauan Pustaka.
Masyarakat adalah suatu kesatuan hidup yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan terikat oleh suatu rasa identitas
bersama Koentjaraningrat, 1986:160. Dari pengertian di atas dapat diambil beberapa hal yang menjadi ciri-ciri suatu
masyarakat, yaitu saling berinteraksi, mempunyai ikatan, pola tingkah laku yang khas tentang semua faktor kehidupan dalam batas kesatuan, rasa identitas diantara warga
yang dapat menunjukkan perbedaan dengan masyarakat lain. Dalam peristiwa kehidupan sosial sehari-hari, individu sebagai bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bermasyarakat, memiliki kewajiban untuk menyatu dalam tujuan masyarakat itu sendiri. Kenyataan ini tidak terbantahkan jika
dilihat pada bentuk kehidupan masyarakat, baik masyarakat dalam bentuk organis maupun dalam bentuk mekanis. Hal ini di karenakan kehidupan masyarakat
merupakan suatu model kehidupan yang saling mengisi antara satu dengan yang lainnya.
Durkheim secara jelas membagi klasifikasi masyarakat atas dasar ikatan solidaritas mekanis dan solidaritas organis. Bentuk ikatan tersebut menurutnya
ditandai dengan kekentalan hubungan antara individu, baik berdasarkan hubungan darah atau hubungan kepentingan, masyarakat terpaut kedalam bentuk ikatan yng
mendasarinya dalam hal ini masyarakat dapat dipilih ke dalam karakteristik masing- masing.
Universitas Sumatera Utara
11 Pembagian masyarakat berdasarkan bentuk ikatan solidaritas sosial yang di
kategorikan Durkheim dapat di bagi menjadi dua kategori yaitu masyarakat bertipe mekanis dan masyarakat bertipe organis.
Masyarakat bertipe mekanis masyarakat tradisional. Dimana didalam masyarakat ini terdapat model hubungan kolektif yang mana masyarakatnya lebih
dapat bersosialisasi dengan baik antar sesama, serta hubungan kekerabatan di dalam masyarakat tersebut terasa lebih akrab. Selain itu masyarakat pedesaan cara
berfikirnya lebih menggunakan perasaan sehingga hubungan antara sesama personal lebih bersifat informal atau dengan kata lain lebih bersifat kekeluargaan. Adapun
jenis pekerjaan mereka lebih bersifat umum, dimana dalam kegiatan sehari-hari mereka masih sering tolong-menolong antar sesama.
Sedangkan masyarakat bertipe organis yaitu masyarakat modern. Masyarakat bertipe organis ini lebih identik dengan masyarakat perkotaan, model hubungan antar
sesama lebih bersifat individual tanpa di dasari atas rasa kekerabatan yang kuat. Masyarakat ini cara berfikirnya lebih rasional atau dengan kata lain lebih
menggunakan akal sehat, selain itu jenis pekerjaan mereka telah terspesialisasi yang pada akhirnya akan menjadi salah satu faktor pembeda antara masyarakat kelas
menengah atas dengan masyarakat kelas menengah bawah. Solidaritas sosial di pertahankan sejauh kesadaran individu pada masyarakat
sama kuatnya, dengan sendirinya akan memelihara unsur-unsur pengintegrasian yang ada pada masyarakat tersebut.
Menurut A. Lysen 1981:20 “kesadaran masyarakat” adalah unsur tertentu dalam kesatuan sosial yang menetapkan dan mempengaruhi kelakuan manusia yang
Universitas Sumatera Utara
12 menjadi bagian dari kesatuan itu. Unsur-unsur yang di maksud adalah situasi-situasi
yang memuat individu-individu dalam masyarakat terlibat langsung serta berbuat sesuai dengan keinginan situasi tersebut.
Lebih jauh Durkheim menyatakan bahwa pembagian kerja mempunyai peringkat fungsi terhadap solidaritas sosial sebagai peningkat rasa solidaritas. antara
teman dan di dalam keluarga, ketidaksamaan akan menciptakan suatu ikatan dan karena individu-individu memiliki kualitas yang berbeda akan terdapat ketertiban,
keselarasan dan solidaritas, setiap individu melakukan berbagai kegiatan sehingga terdapat ketergantungan antara satu dengan yang lainnya.
Solidaritas tidak dapat dengan seketika di amati secara eksak, maka diperlukan suatu indeks ekstern. Menurut Durkheim Layendecker, 1991:290. Indeks
ekstern adalah peraturan-peraturan, hukum-hukum, solidaritas sosial terwujud kedalam hubungan timbal balik, yang mendapat prasyarat dalam sifat dan jumlah
peraturan-peraturan hukum yang berlaku. Durkheim mengklasifikasikan peraturan-peraturan hukum atas dasar sanksi
yang dijatuhi bila terjadi pelanggaran. Durkheim membedakan antara sanksi represif, yaitu hukum yang dimaksud untuk menyebabkan penderitaan dan sanksi restitutif
yaitu sanksi yang diarahkan untuk memulihkan pada keadaan semula. Hal ini sesuai dengan solidaritas mekanis dan solidaritas organis.
Solidaritas mekanis didasarkan pada persamaan. Dalam suatu masyarakat yang ditandai oleh solidaritas ini. Semua anggotanya mempunyai kesadaran kolektif
yang sama. Kesadaran kolektif adalah keseluruhan keyakinan dan perasaan yang membentuk sistem tertentu yang mempunyai kehidupan tersendiri dan dimiliki
Universitas Sumatera Utara
13 bersama oleh anggota masyarakat tersebut. Kesadaran kolektif memiliki sifat
keagamaan karena mengharuskan rasa hormat dan ketaatan. Setiap individu selalu tunduk pada kolektifitasnya. Setiap pelanggaran
terhadap keyakinan-keyakinan bersama akan menimbulkan reaksi yang emosional. Setiap individu yang bersalah akan dihukum dan dalam ritual pelaksanaan hukuman
akan di balas penghinaan yang terjadi terhadap kesadaran kolektif, dengan ini kesadaran di perkuat kembali.
Dalam masyarakat seperti ini, hanya sedikit anggota masyarakat yang memiliki individualitas. Dalam manusia rangkap kesadaran individual dikuasai oleh
kesadaran kolektif. Orang-orang mirip satu dengan yang lainnya, hal ini menyebabkan solidaritas ini di sebut solidaritas mekanis.
Solidaritas organis menunjukkan pada keterpaduan dalam organisme yang berdasarkan atas keanekaragaman fungsi-fungsi demi kepentingan keseluruhan.
Setiap organ memiliki ciri-ciri masing-masing dan tugas masing-masing yang tidak dapat diambil oleh organ yang lain. Demikian pula dalam pembagian kerja, individu-
individu tidak dikelompokkan dalam segmen-segmen tetapi menurut kegiatan- kegiatan yang dilakukan.
Berlawanan dengan masyarakat segmenter pada masyarakat dengan solidaritas organis terdapat saling ketergantungan yang besar. Keadaan ini akan diatur
dengan pertumbuhan tenaga kerja. Aturan-aturan itu sendiri akan timbul dari interaksi yang sering terjadi.
Aturan-aturan akan memperoleh pernyataan yuridis dalam hak orang lain. Seperti melakukan pelanggaran terhadap hak milik atau tidak menepati kerjasama.
Universitas Sumatera Utara
14 Hukum restitutif bertujuan untuk memulihkan keadaan kepada aslinya. Pembayaran
ganti rugi atau pemaksaan suatu persetuajuan. Menurut Durkheim terjadi suatu evolusi dari soilidaritas mekanis ke
solidaritas organis yang di dasarkan atas pembagian kerja. Hal ini dilihat dari meningkatnya hukum restitutif yang mengakibatkan berkurangnya hukum represif
dan melemahnya kesadaran kolektif. Kesadaran kolektif melemah terutama dalam hilangnya nilai agama Layendecker, 1991: 290-291.
Lebih lanjut dia melihat dasar integrasi sosial yang sedang mangalami perubahan kesuatu bentuk yang baru ini, yang benar-benar di dasarkan pada saling
ketergantungan antara bagian-bagian yang terspesialisasi dapat merupakan satu sumber yang lebih menyeluruh, lebih mampu dan lebih dalam untuk integrasi sosial
daripada bentuk integrasi mekanis yang lama yang didasarkan terutama pada kesamaan dalam kepercayaan dan nilai.
Kesadaran kolektif yang mendasari solidaritas mekanis paling kuat perkembangannya dalam masyarakat-masyarakat primitif yang sederhana. Dalam
masyarakat seperti itu semua anaggota pada dasarnya memiliki kepercayaan- kepercayaan bersama, pandangan, nilai dan semuanya memiliki gaya hidup yang
kira-kira sama. Homogenitas ini mungkin kalau kita lihat kenyataan bahwa pembagian kerja
sangat rendah. Tentu ada semacam spesialisasi menurut usia dan jenis kelamin. Orang yang lebih tua diharapkan menjadi pemimpin atau sekurang-kurangnya sebagai
penasehat yang bijaksana, sedangkan wanita diharapkan untuk berspesialisasi dalam urusan rumah tangga. Namun, pembagian kerja yang sangat elementer ini tidak
Universitas Sumatera Utara
15 menghasilkan heterogenitas sosial yang demikian tingginya sehingga cara berfikir
dan bertindak yang sama benar-benar dihilangkan. Karena pembagian kerja mulai meluas, kesadaran kolektif pelan-pelan mulai
hilang. Orang yang kegiatan pekerjaannya menjadi lebih terspesialisasi dan tidak sama lagi merasa dirinya makin berbeda dalam kepercayaan, pendapat dan juga gaya
hidup. Inilah yang diharapkan karena pengalaman sosial seseorang di pengaruhi oleh pekerjaannya. Pengalaman yang beranekaragam maka begitu pula kepercayaan, sikap
dan kesadarannya. Tetapi heterogenitas yang semakin bertambah ini tidak menghancurkan solidaritas sosial. Sebaliknya karena pembagian kerja yang semakin
tinggi, individu dan kelompok dalam masyarakat merasa menjadi semakin tinggi, individu dan kelompok dalam masyarakat merasa menjadi semakin lebih tergantung
satu sama lain daripada hanya mencukupi kebutuhannya sendiri saja. Orang yang mecurahkan perhatiannya pada spesialisasi pekerjaan harus tergantung pada yang lain
yang berbeda pekerjaan dan spesialisasinya untuk barang-barang dan jasa yang mereka butuhkan guna mempertahankan hidup dan memenuhi berbagai kebutuhan.
Meningkatnya secara bertahap saling ketergantungan fungsional antara berbagai bagian masyarakat yang heterogen itu memberikan satu alternatif baru untuk
kesadaran kolektif sebagai dasar solidaritas sosial Doyle. 1994:187..
Universitas Sumatera Utara
16
1.6. Metode penelitian.