54
3.1.4. Solidaritas kekerabatan dalam slametan Kematian.
Apabila terjadi kematian dalam suatu keluarga Jawa di kelurahan Sawit Seberang, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah memanggil modin, dan
yang kedua menyampaikan berita di daerah sekitar bahwa telah meninggalnya seseorang warga di lingkungan tersebut. Kalau kematian itu terjadi pada sore atau
malam hari, mereka biasanya menunggu sampai pagi berikutnya untuk memulai proses pemakaman.
Warga sekitar yang telah mendengar berita tentang kematian itu, segera meninggalkan semua pekerjan yang sedang dilakukannya untuk pergi ke rumah
keluarga yang tertimpa kemalangan itu. Biasanya para kaum perempuan membawa sebaki beras yang nantinya akan di masak untuk slametan. Sedangkan bagi kaum
laki-laki membawa alat-alat pembuat nisan, usungan untuk membawa mayat ke makam biasanya disediakan oleh perkumpulan pemakaman, dan lembaran papan
untuk diletakkan diliang lahat. Walaupun tidak semua warga yang hadir tersebut membantu persiapan pemakaman namun mereka tetap hadir untuk memperlihatkan
kepedulian mereka kepada keluarga yang sedang mandapat kemalangan tersebut. Dalam upacara pemakaman kematian seorang warga di kelurahan Sawit
Seberang, maka masyarakat sekitar diwajibkan hadir dalam upacara pemakaman tersebut. oleh karenanya perbedaan status dan perselisihan pribadi tidak lagi menjadi
soal. Setiap orang yang mengenal almarhum, atau ada hubungan kekeluargaan dengannya akan datang pada pemakaman itu. Di sini setiap orang diharapkan sadar
dan mengerti bahwa ia harus datang ke pemakaman orang lain agar orang lain nanti datang pula pada pemakamannya.
Universitas Sumatera Utara
55 Sesudah upacara pemakaman di kuburan, para pelayat akan kembali ke rumah
atau kembali kepekerjaan mereka masing-masing. Tetapi sekelompok kecil tetangga dekat, teman-teman dan sanak keluarga kembali ke rumah untuk melaksanakan
slametan. Ada beberapa slametan yang bentuknya persis sama, tetapi dengan ukuran
yang lebih besar dalam arti jumlah tamu dan panjangnya pembacaan doa, diselanggarakan pada hari ketiga, ketujuh, keempat puluh dan keseratus, pada
peringatan tahun pertama dan kedua, dan hari keseribu orang yang meninggal tersebut.
1. Upacara dan slametan Surtanah.
Slametan ini adalah slametan yang diadakan pada saat jenazah sudah dikebumikan. Maksud dari slametan ini yaitu agar roh orang yang meninggal
itu mendapat tempat yang layak, jalan yang terang serta diterima disisi tuhan. 2.
Upacara dan slametan Nelung Dina. Slametan ini diadakan pada hari ketiga setelah meninggalnya orang tersebut,
slametan ini dilengkapi dengan beberapa sajian. Adapun maksud dari slametan ini hampir sama dengan slametan Surtanah, yaitu mengharapkan roh
orang yang meninggal itu mendapatkan jalan yang terang dan diterima di sisi Tuhan serta sanak keluarga yang ditinggalkan mendapatkan ketentraman dan
kedamaian lahir maupun batin. 3.
Upacara dan slametan Mitung Dina. Slametan ini diadakan pada hari ketujuh sesudah meninggal dunia, upacara
dan slametan ini juga dilengkapi dengan beberapa sajian. Maksud dan tujuan
Universitas Sumatera Utara
56 dari slametan ini juga sama dengan slametan nelung dina, selama tujuh hari
sejak orang itu meninggal dunia disediakan sajian yang ditaruh didalam kamarnya yang berupa makanan dan minuman yang disukainya pada waktu
masih hidup. Karena pada umumnya masyarakat Jawa percaya bahwa selama tujuh hari ini roh orang yang meninggal itu masih berada disekitar rumah
keluarganya. 4.
Upacara dan slametan Matang Puluh Dina. Slametan matang puluh dina ini dilaksanakan pada hari keempat puluh
sesudah orang itu meninggal dunia.dalam slametan ini juga disiapkan sajian yang berupa lauk-pauk, sayur-sayuran dan lain sebagainya.
5. Upacara dan slametan Nyatus Dina.
Setelah slametan matang puluh dina maka dilanjutkan dengan slametan yang disebut slametan nyatus dina. Slametan ini diadakan pada hari keseratus
sesudah orang itu meninggal dunia. 6.
Upacara dan slametan Nyewu Dina. Upacara dan slametan yang terakhir diadakan untuk menghormati orang yang
meninggal dunia adalah slametan yang disebut nyewu dina. Upacara dan slametan ini diadakan pada hari keseribu sesudah hari kematian seseorang
menurut perhitungan Jawa. Upacara dan slametan ini biasanya diadakan secara besar-besaran bila dibandingkan dengan upacara dan slametan
sebelumnya. Slametan ini diadakan pada malam hari dan biasanya diadakan pula pembacaan kitab suci Al-qur’an dan tahlilan.
Universitas Sumatera Utara
57 Di setiap rangkaian upacara slametan dalam hal kematian tersebut secara tidak
langsung melibatkan banyak warga sekitar atau tetangga dekat dan sanak keluarga yang membantu warga yang baru saja ditimpa kemalangan. Mereka saling
berkejasama dalam mempersiapkan berbagai keperluan upacara slametan tersebut. Semua rangkaian dari upacara dan slametan kematian tersebut, pada saat
sekarang sudah jarang ditemui khususnya di kelurahan Sawit Seberang. Menurut salah seorang informan, tidak semua tahapan slametan diadakan setelah seseorang itu
meninggal dunia. Hanya beberapa tahapan saja yang biasanya diadakan, seperti slametan yang diadakan pada hari ketika jenazah sudah dikebumikan, slametan yang
diadakan pada hari ketiga setelah meninggalnya orang tersebut dan slametan yang pada hari ketujuh sesudah orang itu meninggal dunia. Karena menurut masyarakat di
kelurahan Sawit Seberang, jika melaksanakan semua rangkaian upacara slametan kematian tersebut akan memerlukan banyak biaya selain itu karena faktor agama dan
pendidikan juga sedikit banyak mempengaruhi pola pikir masyarakat di kelurahan Sawit Seberang.
Universitas Sumatera Utara
58
3.1.5. Solidaritas kekerabatan dalam slametan bersih desa dan slametan selingan.