18 masyarakat Jawa perantauan serta melihat hasil penelitian para ahli lain yang
berhubungan dengan penelitian ini guna untuk menambah pengertian dan wawasan peneliti untuk menyempurnakan hasil akhir penelitian ini.
1.6.3. Penentuan Informan.
Informan kunci dalam penelitian ini adalah informan yang dianggap dapat mewakili kelompok masyarakat di Kelurahan tersebut, dari informan ini diharapkan
di dapat konsep bagaimana pandangan mereka terhadap solidaritas kekerabatan yang ada di dalam aktivitas kehidupan mereka sehari-harinya.
Selain itu, informan kunci haruslah orang yang mengetahui budaya masyarakat Jawa dengan begitu baik tanpa harus memikirkannya, dan benar-benar
mengetahui situasi dan kondisi aktivitas sosial masyarakat Jawa khususnya Masayarakat Jawa perantauan dalam hidup bermasyarakat. Dalam penelitian ini
informan yang mungkin mengetahui budaya masyarakat Jawa dan sangat mengenal lingkungan tersebut dengan begitu baik adalah kepala lingkungan Kepling juga
kepala desakelurahan dan tokoh-tokoh masyarakat. Dimana mereka yang selalau terlibat di dalam kegiatan sosial di lingkungan tersebut.
1.7. Teknik Analisa Data.
Data yang diperoleh dilapangan akan diedit ulang kembali, yang akhirnya ditujukan untuk memeriksa kelengkapan hasil wawancara. Hasil wawancara itu
diperlukan adanya tanpa mengurangi dan menambahi yang dapat mengurangi keaslian data tersebut dan pada akhirnya data ini akan dianalisa secara kualitatif.
Universitas Sumatera Utara
19 Keseluruhan data diperoleh dari observasi, wawancara dan sumber kepustakaan
disusun berdasarkan pemahaman serta fokus penelitian dan tujuan penelitian.
Universitas Sumatera Utara
20
B A B II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
2.1. Sejarah Desa.
Pada masa penjajahan kolonial Belanda di Indonesia sekitar tahun 1926, pemerintah Belanda membuka lahan hutan menjadi lahan perkebunan. Seiring dengan
perkembangan zaman dan makin meluasnya wilayah kekuasaan pihak Belanda maka mereka terus memperluas lahan perkebunan dan tanaman komoditinya.
Pihak Belanda kemudian mendatangkan tenaga kerja dari pulau Jawa yang dipekerjakan sebagai kuli kontrak perkebunan. Belanda banyak mendatangkan tenaga
kerja dari wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah yang kemudian di sebar di beberapa wilayah kawasan Sumatera Utara termasuk Langkat. Pada saat dibukanya lahan hutan
tersebut menjadi lahan perkebunan merupakan awal masuknya orang Jawa ke kelurahan Sawit Seberang.
Menurut masyarakat kelurahan Sawit Seberang kuli kontrak adalah buruh lepas yang dipekerjakan pada lahan pertanian yang telah diatur sedemikian rupa
terutama terhadap masalah kerja yang berakhir pada masa tertentu yang telah disepakati.
Seiring dengan telah tercapainya kemerdekaan Negara Republik Indonesia, maka wilayah-wilayah perkebunan yang dulunya dikuasai oleh Belanda di serahkan
kepada pemerintah Indonesia. Mulai saat itu perkebunan milik Belanda tersebut
Universitas Sumatera Utara
21 menjadi Badan Usaha Milik Negara BUMN, dan di beri nama Perseroan Terbatas
Perkebunan II PTPN II. Perkebunan Belanda yang telah menjadi PTPN ini kian lama makin
berkembang. Untuk meningkatkan perkembangan perusahaan tersebut, maka perusahaan perkebunan ini juga mempekerjakan masyarakat sekitar. Mereka antara
lain berasal dari suku Batak Karo, Mandailing, Tapanuli, Aceh, Melayu dan sebagainya. Orang-orang Jawa yang pada awalnya hanya merupakan kuli kontrak
perkebunan Belanda kini telah menjadi karyawan tetap perkebunan dan menjadi penduduk desa Sawit Seberang. Sekarang penduduk desa Sawit Seberang yang asli
merupakan bekas kuli kontrak sudah tidak ada lagi, yang ada hanyalah anak-anak cucu mereka saja.
Penduduk kelurahan Sawit Seberang yang merupakan etnis Jawa kebanyakan merupakan generasi ketiga dan keempat dari para kuli kontrak tersebut. Asal muasal
di berinya nama Sawit Seberang pada kelurahan ini karena, pada saat itu daerah ini dipisahkan oleh aliran sungai. Sebelum dibangunnya jembatan, penduduk yang
tinggal di daerah tersebut menggunakan jasa angkutan perahu getek yang menggunakan kabel. Untuk mempermudah lancarnya hubungan dengan daerah ini
maka pada tahun 1930 dibangunlah sebuah jembatan.
Universitas Sumatera Utara
22
2.1.2. Lokasi dan Keadaan Alam.
Sawit Seberang terdapat di lingkungan Kelurahan sawit seberang, wilayah
Kecamatan Sawit Seberang, Kabupaten Langkat, Propinsi Sumatera Utara. Kelurahan Sawit Seberang di kepalai oleh seorang lurah dulu kepala desa. Kelurahan ini terdiri
dari beberapa lingkungan, yaitu lingkungan 1, lingkungan 2, lingkungan 3, lingkungan 4, lingkungan 5, lingkungan 6, lingkungan 7, lingkungan 8, lingkungan 9,
lingkungan 10, lingkungan 11, lingkungan 12, dan lingkungan 13 yang di kepalai oleh masing-masing kepala lingkungannya.
Batas-batas kelurahan Sawit Seberang adalah : -
Sebelah Utara Kelurahan Sawit Seberang berbatasan dengan Desa Simpang Tiga.
- Sebelah Selatan Kelurahan Sawit Seberang berbatasan dengan Desa sungai
Batang Serangan. -
Sebelah Barat Kelurahan Sawit Seberang berbatasan dengan Desa Litur Tasik. -
Sebelah Timur Kelurahan Sawit Seberang berbatasan dengan Desa Alur Gadung.
Pada tanggal 17 Maret 2005 terjadi perubahan status dari desa Sawit Seberang menjadi kelurahan Sawit Seberang. Luas seluruh kelurahan Sawit Seberang adalah
2200 ha, yang di gunakan sebagai areal perkampungan 4,5 ha, selebihnya merupakan lahan perkebunan kelapa sawit 1128,20 ha dan karet 70 ha. Sumber: Kantor
Kelurahan Sawit Seberang. Kelurahan Sawit Seberang adalah sebuah desa yang terletak diwilayah
perkebunan milik PTPN II Langkat. Kelurahan ini terletak diwilayah yang dikelilingi
Universitas Sumatera Utara
23 oleh tanaman kepala sawit, sepanjang jalan menuju desa ini kita akan melihat
tanaman kelapa sawit dan karet yang tumbuh subur mulai dari persimpangan jalan sampai dengan daerah pemukiman penduduk. Gambaran ini merupakan keadaan
kelurahan Sawit Seberang pada saat sekarang ini. Sedangkan pada awalnya sebelum kelurahan Sawit Seberang ini terbentuk, wilayah desa ini hanya merupakan wilayah
hutan. Wilayah kelurahan Sawit Seberang merupakan salah satu dari 19 kelurahan
yang berada di wilayah Kecamatan sawit Seberang. Kelurahan Sawit Seberang terletak di sebelah Barat dari Kota Medan, dengan jarak lebih kurang 50 km,
dihubungkan dengan jalan beraspal baik itu dari ibu Kota Kecamatan, maupun Ibu Kota Kabupaten. Banyaknya curah hujan 0,5 mmtahun, kelurahan Sawit Seberang
yang berada di dataran dengan suhu rata-rata 25’ C. pada saat musim hujan, jalan- jalan di kelurahan ini sebahagian basah atau becek, hal ini disebabkan karena jalan-
jalan yang ada hanya merupakan jalan tanah yang sedikit ditimbun batu dan ditambah lagi dengan lubang-lubang yang cukup besar pada badan jalan, karena sering dilalaui
oleh mobil truk pengangkut hasil perkebunan.
Universitas Sumatera Utara
24
2.2. Keadaan Penduduk.
Berdasarkan data penduduk yang diperoleh dari kantor kelurahan Sawit Seberang pada tahun 2006. Jumlah penduduk kelurahan Sawit Seberang yang 11,235
jiwa ini terdiri dari 3011 kepala keluarga yang tersebar di 13 lingkungan. Dari jumlah tersebut masyarakat kelurahan Sawit Seberang ini diklasifikasikan dalam beberapa
klasifikasi yaitu menurut umur dan jenis kelamin, pendidikan, agama, suku bangsa dan mata pencaharian.
2.2.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin. 2.2.1.a. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur.
Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor kelurahan Sawit Seberang, jumlah penduduk mulai dari usia 0-5 tahun sebanyak 13,4 , usia 11-21 sekitar 17,3
, usia 22-32 sekitar 19,4 , usia 33-54 sekitar 37,9 , usia 55-80 sebanyak 10,6 . rata-rata penduduk kelurahan ini yang memiliki anak pada usia dibawah lima tahun
adalah ibu-ibu muda yang merupakan karyawankaryawati baru di perkebunan Sawit Seberang ini. Hal ini disebabkan karena pada umumnya penduduk kelurahan ini
adalah karyawan lama yang kini berusia diatas 45 tahunan, sehingga mereka pada umumnya memiliki anak yang berusia diatas lima tahun
Penduduk yang berumur diatas 60 tahun hampir semuanya merupakan orang Jawa. Mereka adalah karyawan yang telah menjalani masa pensiun. Untuk lebih
jelasnya mengenai jumlah penduduk berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Universitas Sumatera Utara
25
Tabel 2.2.1.a. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur.
No Umur
Jumlah Persentase
1. 2.
3. 4.
5. 0-5
11-21 22-32
33-54 55-80
1514 1953
2187 4268
1199 13,4
17,3 19,4
37,9 10,6
Jumlah 11235
100
Sumber: Data Statistik Kelurahan Sawit Seberang. Tahun 2006 2.2.1.b. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin.
Berdasarkan jenis kelamin jumlah penduduk kelurahan Sawit Seberang pada tahun 2006, terdiri dari 11235 jiwa dimana penduduk laki-laki berjumlah 5657 jiwa
50,3 dan penduduk perempuan berjumlah 5578 jiwa 49,6 . Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 2.2.1.b. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin.
No Penduduk
Jumlah Persentase
1. 2.
Laki-laki Perempuan
5657 5578
50,3 49.6
Jumlah 11235
100
Sumber: Data Statistik Kelurahan Sawit Seberang. Tahun 2006.
Universitas Sumatera Utara
26 Dari tabel tersebut dapat dilihat perbedaan jumlah pria dan wanita dimana
jumlah pria lebih banyak. Berdasarkan perbedaan jumlah tersebut di atas ini di sebabkan di kelurahan Sawit Seberang terdapat pabrik dan perkebunan kelapa sawit
dan karet yang banyak membutuhkan karyawan pria.
2.2.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan.
Jika ditinjau dari sudut pendidikan. Penduduk kelurahan Sawit Seberang termasuk penduduk yang sudah cukup maju pendidikannya meskipun dalam
kenyataannya masih terdapat penduduk yang buta huruf. Namun bila di bandingkan dengan jumlah penduduk yang sudah berpendidikan hal itu merupakan sebagian kecil
saja. Penduduk kelurahan Sawit Seberang berdasarkan tingkat pendidikan dibagi
dalam beberapa tingkatan yaitu mulai dari tingkat belum sekolah, tidak tamat SD, SD, SLTP, SLTA dan perguruan tinggi. Pada tingkat pendidikan belum sekolah
menunjukkan pada usia dibawah lima tahun yang berjumlah 3,4 . Pada tingkat tidak tamat sekolah menunjukkan penduduk yang tidak mengenyam pendidikan SD
sampai tamat sebanyak 2,0 . Pada penduduk yang pendidikannya hanya sampai tingkat SD ini biasanya mereka bekerja sebagai karyawan harian pabrik dan biasanya
penduduk yang pendidikannya hanya sampai ditingkat SD ini berumur diatas 50 tahun sebanyak 21,8 . Penduduk yang pendidikanya hanya sampai di tingkat SD ini
kebnyakan adalah para ibu rumah tangga. Kebanyakan para ibu rumah tangga di kelurahan ini pendidikannya hanya
sampai di tingkat SD ini disebabkan karena pemikiran orang Jawa zaman dahulu yng
Universitas Sumatera Utara
27 tidak mementingkan pendidikan bagi anak perempuan. Selain itu karena pada masa
lalu keadaan ekonomi masyarakat yang tidak memadai, juga mempengaruhi tingkat pendidikan masyarakat di kelurahan Sawit Seberang tersebut.
Pada penduduk yang tingkat pendidikannya hanya sampai pada tingkat SLTP kebnyakan adalah anak sekolah yaitu yang berumur 12-15 tahun, namun selain itu
usia diatas 45 tahun juga banyak yang hanya tamat SLTP sebanayk 12,8. Pada umumnya yang tamat pada tingkat SLTP bekerja di perkebunan, biasanya selain
bekerja sebagai karyawan harian juga ada yang menjabat sebagi mandor. Untuk penduduk yang tingkat pendidikannya hanya sampai tingkat SLTA
biasanya berada pada tingkat usia 15-18 tahun dan juga diatas 45 tahunan, penduduk yang tingkat pendidikannya hanya sampi pada tingkat SLTA sebanyak 8,9 . Pada
karyawan perkebunan yang memperoleh tingkat pendidikan setingkat SLTA biasanya memperoleh jabatan yang cukup baik di perkebunan, yaitu mulai dari
mandor, krani dan sebagainya yang jabatannya lebih tinggi dari mandor. Terakhir pada penduduk yang memperoleh pendidikn setingkat D I-S I di kelurahan ini sangat
sedikit sekali yaitu 0,1 , Karena sangat jarang dijumpai penduduk di kelurahan ini yang mampu menyekolahkan anaknya sampai pada tingkat perguruan tinggi, karena
faktor biaya pendidikan yang dianggap sangat mahal oleh masyarakat. Namun walaupun sangat sedikit masih ada juga masyarakat yang mencapai tingkat perguruan
tinggi, karyawan perkebunan yang mencapai tingkat tersebut biasanya menjabat sebagai asisten, staf-staf perkebunan dan jabatan penting lainnya.
Pada persentase penduduk berdasarkan tingkat pendidikan, masyarakat Jawa yang merupakan karyawan perkebunan, kebanyakan hanya memperoleh tingkat
Universitas Sumatera Utara
28 pendidikan yang rendah yaitu mulai dari tidak tamat SD sampai tingkat SLTP.
Namun sekarang generasi muda di kelurahan ini sudah mulai megenyam pendidikan yang lebih baik, untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk kelurahan Sawit
Seberang berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.2.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan.
No Tingkat pendidikan
Jumlah Persentase
1. 2.
3. 4.
5. 6.
Belum sekolah Tidak tamat SD
SD SLTP
SLTA Perguruan tinggi
391 225
245 1448
1009 22
3,4 2,0
2,1 12,8
8,9 0,1
Jumlah 11235
100
Sumber: Data Statistik Kelurahan Sawit Seberang. Tahun 2006.
2.2.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa.
Kelurahan Sawit Seberang adalah sebuah kelurahan yang masyarakatnya berasal dari berbagai etnissuku bangsa. Hampir semua penduduk di kelurahan ini
merupakan kaum pendatang yang bekerja di perkebunan milik PTPN II. Penduduk jawa di kelurahan ini berjumlah 3607 yaitu kira-kira 32,1 , etnis
Tapanuli 1,1 , etnis Karo sekitar 1,0 , etnis Melayu 0,6 , etnis Minang 0,1, etnis dan selebihnya etnis yang minoritas seperti Aceh dan banjar.
Universitas Sumatera Utara
29 Berdasarkan jumlah etnis Jawa yang mendominasi di kelurahan ini
berhubungan dengan sejarah kedatangan orang Jawa di kelurahan Sawit seberang, sebagai penduduk pendatang yang pertama kali menetap di wilayah ini. Etnis Jawa
yang ada merupakan kuli kontrak perkebunan dan juga merupakan penduduk pertama yang mendiami kawasan kelurahan Sawit Seberang sekaligus yang pertama bekerja
pada perkebunan tersebut. Untuk lebih lengkapnya data mengenai jumlah penduduk berdasarkan etnis atau suku bangsa di kelurahan Sawit Seberang ini dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 2.2.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan EtnisSuku Bangsa.
No Suku bangsa
Jumlah Persentase
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. Jawa
Karo Tapanuli
Melayu Minang
Aceh Banjar
3607 118
120 69
21 9
5 32,1
1,0 1,0
0,6 0,1
0,0 0,0
Jumlah 11235
100
Sumber: data Statistik Kantor Kelurahan Sawit Seberang. Tahun 2006
Interaksi antar etnis terjalin harmonis, ini terlihat dari komunikasi yang berjalan lancar, karena masyarakat pendatang yang terdiri dari berbagai macam-
Universitas Sumatera Utara
30 macam etnis Melayu, Karo, Tapanuli, Banjar, Aceh, dan Minang. Selalu menjaga
keharmonisan didalam kehidupan bermasyarakat.
2.2.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama.
Mayoritas penduduk Sawit Seberang beragama Islam, sedangkan penduduk lainnya adalah beragama Kristen, Khatolik dan Budha. Toleransi beragama dalam
kelurahan Sawit Seberang ini cukup baik dimana mereka saling menghormati dan menghargai kepercayaan masing-masing. Ini tampak pada hari-hari besar keagamaan
dimana penganut kepercayaan yang berbeda-beda tersebut saling mengundang dan menghadiri perayaan besar agama mereka masing-masing.
Mayoritas penduduk di kelurahan ini memeluk agama Islam yang jumlahnya sekitar 90,5 , diantaranya merupakan etnis Jawa yang merupakan pemeluk agama
Islam paling banyak. Etnis-etnis lain seperti Tapanuli, Karo, Melayu dan lainnya ada juga yang memeluk agama Islam namun jumlahnya hanya sedikit. Untuk lebih
jelasnya mengeni jumlah penduduk berdasarkan agama dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Universitas Sumatera Utara
31
Tabel 2.2.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama.
No Agama
Jumlah Persentase
1. 2.
3. 4.
5. Islam
Kristen Khatolik
Hindu Budha
10175 647
349 -
51 90,5
5,75 3,10
- 0,45
Jumlah 11235
100
Sumber: Data Statistik Kantor Kelurahan Sawit Seberang. Tahun 2006.
2.2.5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian.
Penduduk kelurahan Sawit Seberang pada umumnya bermata pencaharian sama yaitu pekerja atau karyawan pada pabrik PTPN II. Hal ini disebabkan lokasi
kelurahan Sawit Seberang yang berada pada wilayah perkebunan sehingga semua penduduk yang bermukim di kelurahan ini merupakan karyawan PTPN II tersebut.
Selain pekerjaan sebagai karyawan di pabrik tersebut, ada juga pekerjaan sampingan mereka seperti menjadi petani kecil-kecilan dengan lahan yang sangat terbatas.
Masyarakat Jawa yang bekerja di perkebunan ini pada umumnya merupakan karyawan biasa sampai pada tingkat mandor. Masyarakat Jawa yang bekerja sebagai
karyawan rendah kebanyakan melakukan pekerjaan sampingan. Mereka kebanyakan bekerja di kebun milik masyarakat di sekitar kelurahan Sawit Seberang sebagai buruh
tani. Biasanya mereka bekerja sebagai penanam padi dan juga menyadap karet,
Universitas Sumatera Utara
32 mereka melakukan pekerjaan sampingan itu untuk mencukupi kebutuhan hidup
mereka sehari-hari.
Pola pemukiman.
Kelurahan Sawit Senberang ini merupakan desa yang wilayahnya banyak dikelilingi oleh perkebunan kelapa sawit dan karet. Hampir sepanjang jalan menuju
kelurahan Sawit Seberang kita akan melewati jalan yang disamping kanan kirinya tumbuh pohon kelapa sawit dan karet. Tanaman kelapa sawit dan karet ini juga akan
terlihat tumbuh di lingkungan sekitar perumahan penduduk. Jalan masuk menuju kelurahan ini sebagian sudah di aspal dan sebahagian
lagi masih merupakan jalan tanah yang berlubang-lubang. Sehingga jalan di kelurahan ini pada musim panas akan berdebu karena tanah dan pasir yang kering
karena terbawa angin. Sedangkan pada musim hujan jalannnya akan becek, karena banyak sekali lubang-lubang besar yang di sebabkan seringnya dilewati oleh mobil
bermuatan besar, seperti Truk dan Bus. Jalan yang ada di kelurahan ini walaupun tidak terlalu baik dan jauh dari jalan raya namun di kelurahan ini tersedia sarana dan
transportasi yang dapat dimanfaatkan untuk menuju kelurahan ini yaitu Bus dan ojek yang sudah tersedia dengan baik.
Perumahan penduduk di kelurahan ini tidak berada ditepi jalan raya karena pada umumnya setiap lingkungan yang ada di kelurahan ini berada 1-3 km dari jalan
raya, sehingga rumah-rumah penduduk tidak terlihat dari jalan raya. Pola perkampungan di daerah Sawit seberang ini adalah berdekatan dan
menyebar dan tidak beraturan, artinya rumah-rumah penduduk ada yang berhadapan,
Universitas Sumatera Utara
33 ada yang membelakangi rumah lainnya, Rumah yang yang tidak beraturan itu ada
yang menghadap ke Utara, Selatan, Timur dan Barat. Sedangkan yang berdekatan maksudnya di sini adalah antara satu rumah dengan rumah lainnya saling berdekatan
dan menyebar maksudnya kebanyakan rumah-rumah penduduk di lingkungan tersebut di dirikan secara berkelompok-kelompok.
Bangunan rumah penduduk mayoritas semi permanen, ada sebagian yang permanen dan sebagian kecil rumah gubuk. Modelnya ada yang memanjang
kebelakang dan ada juga yang melebar ke samping. Perumahan karyawan biasa, yaitu karyawan harian sampai pegawai kantor
rendahan biasanya tinggal diperumahan semi permanen. Sedangkan mandor dan para atasan menempati rumah permanen. Walaupun rumah permanen dan semi permanen
namun biasanya bentuk rumah mereka sama. Kebanyakan merupakan karyawan biasa, mereka pada umumnya tinggal di rumah semi permanen.
Penduduk yang tinggal di kelurahan Sawit Seberang rata-rata memiliki rumah yang memiliki halaman atau pekarangan depan maupun belakang. Pada halaman
belakang mereka dapat dijadikan sebagai kebun kecil untuk menanam sayur-sayuran. Kebanykan penduduk menjadikan halaman belakang rumah mereka sebagai kandang
hewan ternak seperti kambing, lembu, ayam dan bebek. Kelurahan ini tidak memiliki sebuah bangunan yang menunjukkan keberadaan
etnis tertentu seperti rumah adat. Setiap lingkungan di kelurahan ini terdapat sebuah Mushala karena penduduk kelurahan ini mayoritas Islam.
Universitas Sumatera Utara
34
2.3. Aktivitas Sosial Budaya Masyarakat.
Masyarakat kelurahan Sawit Seberang mayoritas adalah suku Jawa, sehingga aktivitas budaya yang sering terlihat adalah aktivitas budaya yang sering
dilaksanakan pada masyarakat Jawa umumnya. Aktivitas yang sering terlihat adalah acara slametan baik itu slametan untuk memohon keselamatan pada setip perayaan
seputar lingkaran hidup. Seperti masa hamil, kelahiran, sunatan, pernikahan, kematian dan sebagainya. Acara slametan ini juga terjadi pada acara lainnya yang
dianggap perlu dan penting bagi masyarakat Jawa itu sendiri. Masyarakat Jawa di kelurahan ini juga tidak pernah menghilangkan kebiasaan slametan pada pelaksanaan
pesta pernikahan, sunatan dan acara syukuran lainnya. Di kelurahan Sawit Seberang, sering juga dilaksanakan pertunjukan kuda
lumping jaran kepang. Jaran kepang ini biasanya dipertunjukkan pada acara pernikahan atau pun khitanan. Jaran kepang ini juga sering tampil pada acara
peringatan hari besar nasional. Pertunjukan jaran kepang ini sangat digemari oleh anak-anak baik itu orang Jawa maupun dari suku lainnya. Dimana setiap pertunjukan
mereka selalu menampilkan pertunjukan yang berbahaya, misalnya memakan kaca, selain itu ada juga di pertunjukkan adegan-adegan yang lucu.
Selain kegiatan yang berbau kebudayaan seperti diatas, ada juga kegiatan yang bersifat keagamaan yang sering diikuti oleh setiap lapisan masyarakat di
kelurahan tersebut. Khusus untuk umat muslim memiliki perkumpulan pengajian AL- hidayah dan pengajian untuk para remaja yang biasanya dilaksanakan sehari dalam
seminggu.
Universitas Sumatera Utara
35 Umat Kristen di kelurahan ini juga melakukn perwiritan perkumpulan
kebaktian. Kegiatan perwiritan ini biasanya dilaksanakan di gereja dan juga di rumah-rumah penduduk yang beragama Kristen.
Walaupun di kelurahan Sawit Seberang ini terdapat berbagai agama dan etnis, namun seluruh masyarakat yang bermukim di daerah ini saling berhubungn baik satu
sama lain. Hal ini tercermin di dalam setiap peringatan hari besar agama, masing- masing masyarakat akan saling mengunjungi. Selain itu jika ada warga yang ditimpa
kemalangan seperti kematian, maka setiap orang akan saling membantu sampai acara pemakaman selesai.
2.4. Sarana dan Prasarana.