Nilai-nilai yang ditanamkan dalam implementasi pendidikan

79 1 Tanggung Jawab Di SD Taman Muda ditanamkan nilai tanggung jawab melalui kegiatan, kegiatan tersebut berupa pemberian tugas-tugas seperti pekerjaan rumah maupun tugas piket kelas dan melaksanakan organisasi kelas, artinya mereka bertanggung jawab pada apa yang menjadi kewajiban mereka. Siswa juga bertanggung jawab untuk menaati peraturan kelas yang dibuat wali kelas dan disetujui bersama. Selain itu di kelas juga ditanamkan nilai tanggung jawab melalui materi dalam mata pelajaran Kewarganegaraan dan mata pelajaran lainnya seperti memberikan pekerjaan rumah ataupun tugas lainnya kepada siswa. Hal tersebut akan membantu siswa untuk memiliki dan menanamkan sikap tanggung jawab kepada siswa obs09052016. 2 Kedisiplinan Nilai kedisiplinan ditanamkan melalui proses pembelajaran dengan materi kedisiplinan di mata pelajaran Kewarganegaraan, dalam proses pembelajaran juga dilaksanakan dengan tepat waktu, artinya guru memulai dan mengakhiri pembelajaran sesuai dengan waktu yang ditentukan. Sekolah juga memiliki pembiasaan yaitu berbaris didepan kelas sebelum masuk kelas. Selain itu dapat dilihat juga dari aktivitas siswa, misalnya ketika bel masuk, siswa langsung bergegas untuk masuk kelas dan mengikuti pembelajaran. Meskipun pada saat jam belajar guru tidak bisa masuk kelas atau 80 mengajar, siswa tetap tertib di dalam kelas dan tidak bermain-main di luar kelas obs11052016. Hal tersebut sudah menjadi kebiasaan yang ditanamkan sekolah untuk selalu disiplin dan memanfaatkan waktu dengan baik. 3 Kerjasama Nilai kerjasama terlihat dalam berbagai aktivitas yang dilakukan siswa baik di dalam kelas maupun diluar kelas, secara terprogram maupun tidak. Salah satunya nilai kerja sama ditanamkan dalam kegiatan pengembangan diri yaitu ekstrakurikuler pramuka. Untuk kegiatan yang tidak terprogram, contohnya pada saat siswa melaksanakan piket kebersihan kelas di jam pulang sekolah, mereka bekerja sama dan saling membantu membersihkan kelas. Juga pada saat jam pelajaran kosong, semua siswa dalam satu kelas melakukan latihan karawitan secara mandiri tanpa guru pendamping, terlihat siswa bekerjasama dan saling membantu siswa yang mengalami kesulitan memainkan alat sehingga dapat memainkan tembang dengan baik secara mandiri obs03052016. Begitu pula yang dilakukan oleh guru-guru, mereka bekerjasama memberi contoh dan teladan pada siswa, saling membantu dan berbagi ilmu tentang bagaimana menghadapi siswa. 81 4 Saling menghormati Nilai saling menghormati ditanamkan melalui kegiatan keteladan yang dilakukan di sekolah. Aktivitas yang mencerminkan saling menghormati diantara sikap mendahulukan yang lebih tua dan wanita, siswa menghormati guru dan bersikap sopan terhadap guru, serta saling menghormati antar penganut agama. Misalnya, saling menghormati pada saat siswa dan guru yang beragama non muslim sedang beribadah begitu juga sebaliknya, siswa dan guru yang beragama non muslim menghargai yang muslim ketika sedang beribadah maupun pada saat melakukan perayaan hari besar agamanya masing-masing. “Kita mengajarkan tentang perbedaan seperti misalnya pada pelajaran agama seperti ini, ada beberapa agama, selain Kristen ada Hindu dan Katholik juga, kita mengajarkan bahwa kita tidak boleh membeda-bedakan, jadi pada waktu ada hari raya kita memberikan mereka selamat, terus misalnya yang Islam ada kegiatan misalnya puasa, kita memberitahu mereka agar mereka makannya tidak didekat yang berpuasa atau bisa di ruang agama” MCS,11052016. “Kita disini juga ada lima agama, jadi lima agama itu saling “guyub”, kalau ada acara, apalagi saat misalnya kelas enam ada acara doa bersama, semua kita melakukan, kita membuat doanya masing-masing sesuai dengan agama masing-masing, itu sudah ditanamkan, juga sudah dari dulu seperti itu, jadi tidak ada yang ini membedakan. Seperti kita juga guru-gurunya juga misalnya guru yang agama lain juga merayakan hari besar agamanya, kita juga memberikan selamat se perti itu” MCS,11052016. 5 Peduli sesama Nilai kepedulian terhadap sesama ditunjukkan dengan kegiatan spontan yang dilakukan, seperti pembiasaan senyum 82 salam dan sapa, menolong orang dalam kesulitan baik diminta ataupun tidak, melayat, mengunjungi orang sakit, mengunjungi korban musibah, mengunjungi panti jompopanti asuhan dan lain- lain seperti yang tertera dalam kegiatan pengembangan diri secara tidak terprogram dalam kurikulum sekolah. Dalam aktivitas di kelas, sikap peduli terhadap sesama juga ditanamkan oleh guru dengan mengingatkan siswa untuk membantu teman yang berkebutuhan khusus agar dapat menyesuaikan pelajaran dan tidak bersikap membeda-bedakan obs07052016. 6 Demokrasi Nilai demokrasi terlihat di dalam kelas pada saat setiap pengambilan keputusan yang dilakukan dengan musyawarah, misalnya pada saat pembagian kelompok dan tugas untuk penampilan drama kelas IV. Guru menciptakan suasana kelas yang demokratis dengan memberi kesempatan yang sama kepada seluruh siswa, guru mendengarkan dan menerima pendapat siswa dengan baik. Siswa juga dibiasakan untuk menghargai pendapat orang lain, toleran terhadap perbedaan pendapat, menghargai teman yang berprestasi, dan mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi dan kelompoknya obs03052016. 7 Toleransi Nilai toleransi adalah nilai yang paling penting ditanamkan di sekolah ini, dengan adanya toleransi antar warga sekolah maka 83 akan tercipta suasana yang harmonis di dalam keberagaman yang ada. Nilai toleransi ditanamkan dimulai pada saat sebelum jam belajar berlangsung, dimana masing-masing melakukan doa sebelum belajar sesuai dengan agamanya masing-masing obs28042016. Toleransi juga terlihat dari lingkungan sekolah yang menyediakan ruang agama dan guru pendamping agama lain untuk siswa yang beragama non muslim. Sehingga pada saat pelajaran agama maupun kegiatan TPA, semua siswa dapat belajar sesuai dengan agamanya masing-masing dengan guru pendamping obs11052016. Selain itu, nilai toleransi juga ditanamkan melalui beberapa mata pelajaran seperti Kewarganegaraan dan Agama, serta kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Dalam praktiknya sendiri nilai toleransi di kelas juga terihat dari cara guru mengajar di kelas yang siswanya memiliki kemampuan dan karakter yang berbeda-beda. Guru mengajarkan kepada siswa sesuai dengan kemampuan siswa, terutama kepada siswa yang berkebutuhan khusus, selain dibantu oleh guru pendamping khusus, guru kelas juga membantu siswa dan memberi pengertian khusus kepada siswa berkebutuhan khusus dan siswa yang lainnya untuk membantu siswa yang berkebutuhan khusus dalam memahami pelajaran. 84 Seperti kutipan pernyataan dalam wawancara berikut : “Di kelas sendiri ada beberapa anak yang ABK dengan bermacam-macam jenis, tapi mereka dengan adanya perbedaan seperti itu tidak digunakan untuk bahan ejekan, seperti salah satu anak yang gangguan pendengaran, kebetulan dia terpilih dengan anak yang satunya untuk lomba menggambar, kemudian dari sekolah memberitahukan ke anak yang satunya, latihan gambarnya hari ini jam sekian, lalu dia memberitahukan kepada anak yang gangguan pendengaran itu, karena kalau ngomong biasa begini dia kurang jelas, jadi dia ngasih tau dengan gerak mulutnya yang lebih jelas, kalau tidak dia tulis kalau kira-kira temannya belum paham. Dia tanpa saya suruh, sudah tau seperti itu, jadi sudah tau temannya membutuhkan penanganan seperti apa, itu tanpa saya suruh dia sudah tau seperti itu” ESR,11052016. Selain nilai-nilai di atas, ada nilai-nilai multikultural yang juga bersumber dari Pancasila dan merupakan nilai pokok yang ditanamkan pada warga sekolah, berdasarkan hasil observasi nilai- nilai yang ditanamkan adalah sebagai berikut : 1 Nilai Religius Nilai religius yang ada di sekolah ini dilakukan dengan kegiatan TPA yang menjadi kegiatan ekstrakurikuler sekolah yang dilaksanakan oleh setiap kelas pada hari tertentu yang sudah dijadwalkan. Sekolah memfasilitsi guru di masing- masing agama untuk membimbing siswanya pada saat jam TPA berlangsung. Dalam agama Islam satu guru ditugaskan untuk mengampu satu kelas siswa dan pembelajaran dilakukan di ruang kelas, kemudian bagi yang beragama Katholik, Kristen, Hindu dan Budha masing-masing satu guru dan 85 melakukan kegiatan di ruang agama ataupun diruangan yang sedang kosong obs18052016. 2 Nilai Kemanusiaan Nilai kemanusiaan di SD Taman Muda ditanamkan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Dibuktikan dengan hasil observasi bahwa antar warga sekolah dapat berdampingan dengan baik dan menghargai perbedaan yang ada, sehingga tercipta kerukunan dan suasana sekolah yang kondusif. Selain itu nilai kemanusiaan juga diajarkan dalam pembelajaran Kewarganegaraan, siswa diajarkan untuk selalu menghargai hak setiap orang. 3 Nilai Persatuan Nilai persatuan timbul dengan sendirinya seiring dengan kondisi sekolah yang terbiasa dan menerima keberagaman yang ada. Warga sekolah berusaha untuk menjadi satu dan membangun rasa kekeluargaan sehingga tidak memiliki masalah yang terkait dengan perbedaan. Justru dengan adanya perbedaan ataupun keberagaman menjadi kekuatan tersendiri dalam mencapai tujuan pendidikan karena perbedaan tersebut juga disatukan oleh satu tujuan yang sama. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu narasumber berikut: “Dikalangan guru-guru, kita berbeda-beda tapi tetap jalan satu misi, tetap akrab, karna satu tujuan. Kalau kebiasaan berbeda-beda tapi semuanya maklum, yang penting saling memahami” AFH,10052016. 86 Selanjutnya, nilai persatuan juga ditanamkan di sekolah ini dengan melakukan kegiatan rutin seperti upacara yang dilakukan setiap hari-hari tertentu. Berdasarkan observasi, SD Taman Muda melakukan upacara setiap hari senin di halaman sekolah, hal itu berarti sekolah telah menanamkan jiwa persatuan, nasionalisme kepada siswanya. Selain itu sekolah juga memiliki kegiatan rutin seperti Kamis Pahing yang mewajibkan semua guru-guru perempuan memakai kebaya dan batik untuk guru laki-laki tanpa terkecuali obs19052016. 4 Nilai Demokrasi Nilai demokrasi ditanamkan di dalam kelas dengan cara guru memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh siswa. Contohnya ketika awal memasuki kelas seperti pemilihan ketua kelas dengan cara musyawarah. Dengan begitu siswa juga terlatih untuk selalu mengambil keputusan secara bersama- sama dengan menerima pendapat atau masukan dari orang lain. Guru juga membiasakan siswa bersikap terbuka dan menghargai pendapat orang lain pada saat melakukan musyawarah dan tidak mementingkan ataupun mengutamakan pendapat pribadi. Seperti yang diungkapkan oleh narasumber berikut : “Pernah, sama bu Achib diajarkan menghargai, menasehati. Diajarin waktu pelajaran Kewarganegaraan dan IPS, sosial. Saat kerja kelompok tid ak boleh bilang “aku 87 mau aku mau ”, tapi harus menghargai pendapatnya orang lain juga ” PAD,10052016. Selanjutnya, ketika dalam pembelajaran di kelas, siswa selalu diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat, bertanya serta menjawab pertanyaan. 5 Nilai Keadilan Nilai keadilan juga ditanamkan kepada siswa. Saat pembelajaran guru berlaku adil dengan siswa, tidak membedakan antara yang satu dengan yang lain tidak ada yang diperlakukan dengan istimewa. Namun ada pengecualian terhadap siswa yang berkebutuhan khusus karena memang siswa tersebut membutuhkan bantuan lebih dari guru. Begitu pula dengan siswa, siswa yang satu dengan yang lain berbaur bersama dan tidak terlihat bergerombol. Mereka tidak memilih teman, hanya bersama-sama tidak peduli dengan latar belakang, agama, suku, budaya dan kemampuan masing- masing. Di dalam kelas guru menekankan kepada siswa untuk berlaku adil kepada siapapun dan menghargai teman bagaimanapun keadaannya. Seperti yang diungkapkan narasumber dalam wawancara berikut: “Di kelas sendiri kebetulan anak-anak sangat menghargai perbedaan, mereka sudah terbiasa memiliki teman yang seperti itu, ada yang ABK, ada yang jenis temannya yang autis, mereka sangat menghargai, walaupun bercanda biasa, tapi ketika diminta membantu mereka dengan senang hati membantu. Kemudian untuk kepedulian mereka dengan teman-temannya, kekompakan mereka 88 tanpa memandang apapun, agama apa ataupun dari mana, sukunya apa, dia tipenya seperti apa, itu tidak. Ya namanya anak-anak kalau kurang cocok kan biasa, tapi tidak terus itu dibuat menjadi suatu masal ah itu tidak” ESR,11052016. “Siswa berkebutuhan khusus yang kurang akrab dengan anak-anak yang lain karena memiliki gangguan emosi di kelas selalu saya ikutkan dalam berbagai kelompok-kelompok, jadi anak yang tidak suka itu walaupun tidak suka atau malas, di kelas itu semuanya harus berkelompok apapun kalo sudah ditentukan dengan kesepakatan dengan musyawarah maka tidak bisa tidak setuju lagi, harus setuju semua. Kalau di kelas itu multikultural lebih kepada kita berbaur dengan berbagai macam karakter, kebudayaan, agama, budaya mereka yang ada dirumah, tentunya di kelas pembelajarannya lebih kepada saling bertukar pikiran, memberikan contoh yang baik” AS,07052016. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa sudah menanamkan nilai-nilai multikultural yang meliputi tanggung jawab, disiplin, toleransi, peduli sesama, demokrasi, kerjasama dan saling menghormati. Selain itu juga ada nilai-nilai yang bersumber dari pancasila diantaranya nilai religius, kemanusiaan, persatuan, demokrasi dan keadilan. Selain melakukan kegiatan atau aktivitas yang menanamkan nilai-nilai tersebut juga ditanamkan melalui pembelajaran ketika di dalam kelas dan kegiatan pengembangan diri baik secara terprogram maupun yang tidak terprogram. 89

d. Strategi implementasi pendidikan multikultural di SD Taman Muda

Ibu Pawiyatan Tamansiswa Pendidikan multikultural merupakan pendidikan yang menyediakan sumber belajar yang jamak bagi pembelajar dan yang sesuai dengan kebutuhan akademis maupun sosial anak didik. Dengan pendidikan multikultural peserta didik mampu menerima perbedaan, kritik, dan memiliki rasa empati serta toleransi pada sesama tanpa memandang golongan, status, gender, dan kemampuan akademis. Tujuan utama pendidikan multikultural adalah mengubah pendekatan pelajaran dan pembelajaran kearah memberikan peluang yang sama pada setiap anak. Jadi, tidak ada yang dikorbankan demi persatuan. Untuk itu, kelompok-kelompok harus damai, saling memahami, mengakhiri perbedaan, tetapi tetap menekankan pada tujuan umum untuk mencapai persatuan. Siswa ditanamkan pemikiran lateral, keanekaragaman, dan keunikan itu dihargai. Hal ini berarti harus ada perubahan sikap, perilaku, dan nilai-nilai, khususnya civitas akademika sekolah. Ketika siswa berada di antara sesamanya yang berlatar belakang berbeda, mereka harus belajar satu sama lain, berinteraksi, dan berkomunikasi sehingga dapat menerima perbedaan diantara mereka sebagai sesuatu yang memperkaya mereka. Terkait dengan implementasi pendidikan multikultural di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Taman Siswa berdasarkan observasi dan studi dokumentasi, implementasi dilakukan dengan mengintegrasi nilai- nilai multikultural kedalam kurikulum yang dilaksanakan dengan 90 pembelajaran yang mengintegrasi, serta kedalam program dan kegiatan di sekolah. Sekolah memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan multikultural di sekolah mengingat peserta didiknya yang bersifat heterogen. Sesuai dengan visi sekolah untuk menjadi sekolah bermutu, berbasis seni budaya dan pendidikan budi pekerti luhur, pendidikan multikultural dilaksanakan agar siswa selain dapat memahami seni dan budaya tapi juga mampu menerima dan menghargai kebudayaan yang sangat beragam. Pendidikan budi pekerti luhur yang dilaksanakan di sekolah juga mengandung implementasi pendidikan multikultural karena mengajarkan nilai-nilai multikultural seperti menghargai dan menghormati perbedaan dan bersikap adil, dan perduli terhadap sesama. Berdasarkan data yang diperoleh dari observasi dan studi dokumentsi, implementasi pendidikan multikultural di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa ini dilakukan dengan cara pembiasaan yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran dan kegiatan pengembangan diri yang dilakukan di sekolah. Sedangkan berdasarkan wawancara dengan guru, diperoleh data bahwa cara lain yang dilakukan guru untuk melaksanakan pendidikan multikultural adalah dengan mengintegrasikan ke dalam mata pelajaran. Pengintegrasian dalam mata pelajaran dilakukan di setiap pokok bahasan atau tema dalam pembelajaran. Selain itu berdasarkan studi dokumen pendidikan multikultural di sekolah dapat terlihat dalam 91 struktur dan muatan kurikulum sekolah. Beberapa mata pelajaran dalam muatan kurikulum yang mengintegrasi pendidikan multikultural yaitu Ketamansiswaan, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Ilmu Pengetahuan Sosial. Sedangkan untuk pendidikan multikultural di dalam kegiatan pengembangan diri yang juga bentuk dari pendidikan multikultural di sekolah adalah kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan sekolah. Hal tersebut juga dijelaskan oleh narasumber dalam kutipan wawancara berikut : “Pembelajaran dan kegiatan yang khusus multikultural itu tidak ada mata pelajarannya, jadi langsung terserap diberbagai mata pelajaran, misalnya Kewarganegaraan, IPS dan Ketamansiswaan” AS,07052016. Pendidikan multikultural dalam pembelajaran Ketamansiswaan mengintergrasikan pendidikan multikultural di dalamnya berdasarkan studi dokumentasi, hal tersebut dapat dilihat di dalam tujuan pendidikannya yaitu berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mewujudkan masyarakat tertib damai dan manusia salam bahagia. Salah satu narasumber juga mengatakan bahwa: “Tamansiswa memang identik dengan kebudayaan, budaya Jawanya, itu memang kita ada kurikulumnya sudah masuk kesitu, untuk tentang kebudayaan memang sudah ada disitu, jadi tamansiswa memang mendukung tentang multikultural, bagaimana kita harus melestarikan kebudayaan yang ada, perbedaan yang ada, kita tidak boleh menuntut semua harus sama, kita harus menghormati perbedaan itu” CITR,12052016. “Contohnya tembang dan sopan santun, misalnya kita ngomong sama orang itu harus adabnya seperti apa, adab bertamu itu juga ada disitu, terus untuk seorang guru itu didepan, disamping, dibelakang itu perannya sebagai apa, banyak banget. 92 Juga ada kata-kata semboyan yang nanti berguna bagi dunia pendidikan juga” L,23052016. “Misalnya sistem pamong itu ngemong anak itu kan ngemong dari keseluruhan, tidak ada yang memilih-milih, dalam hal apapun itu kan terkait. Namanya keluarga itu satu keluarga kalau di tamansiswa adalah kekeluargaan yang nomer satu, itu ya otomatis mau yang cacat, yang cantik, yang ganteng, yang pintar, semuanya sama satu keluarga, yang penting kita melihat menganggapnya sebagai anak. Tapi begitu dia punya keinginan kita rangkul dia sebagai teman, kita rangkul dia supaya dia mencapai apa yang dia inginkan, kita ikuti dia dari belakang, itulah yang tut wuri handayani, dia terus kita dorong supaya bisa mencapai dari cita- cita anak tersebut, itu kan menjadi satu dari kesatuan tamansiswa seperti itu, makanya kenapa tamansiswa juga multikultural karena dia sudah bersumber seperti itu dari ajaran Ki Hajar Dewantara, jadi erat sekali ajaran damai di dalam nya” AR,30052016. Implementasi pendidikan multikultural di dalam Pendidikan Kewarganegaraan yang dilaksanakan sekolah dicerminkan dengan kesesuaiannya dengan ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang meliputi aspek-aspek diantaranya persatuan bangsa yang meliputi hidup rukun dalam perbedaan, hidup gotong royong, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama. Dalam praktiknya, integrasi pendidikan multikultural juga didukung dengan sikap dan contoh-contoh yang diberikan guru secara nyata sesuai dengan keadaan di lingkungan sekolah disertai dengan pembiasaan yang dilakukan bersama dengan siswa di kelas, sesuai dengan pernyataan narasumber dalam kutipan wawancara berikut : “Di kelas menanamkan multikultural itu, kita beri contoh yang real, yang simple saja, seperti antara laki-laki dan perempuan, itu kan multikultural yang simple tidak usah sampai ke agama, kalau ke agama nanti untuk ke anak-anak cukup beda cara sembahyangnya, tapi untuk laki-laki dan perempuan kita harus