Strategi implementasi pendidikan multikultural di SD Taman Muda
92 Juga ada kata-kata semboyan yang nanti berguna bagi dunia
pendidikan juga” L,23052016. “Misalnya sistem pamong itu ngemong anak itu kan ngemong
dari keseluruhan, tidak ada yang memilih-milih, dalam hal apapun itu kan terkait. Namanya keluarga itu satu keluarga kalau di
tamansiswa adalah kekeluargaan yang nomer satu, itu ya otomatis mau yang cacat, yang cantik, yang ganteng, yang pintar, semuanya
sama satu keluarga, yang penting kita melihat menganggapnya sebagai anak. Tapi begitu dia punya keinginan kita rangkul dia
sebagai teman, kita rangkul dia supaya dia mencapai apa yang dia inginkan, kita ikuti dia dari belakang, itulah yang tut wuri
handayani, dia terus kita dorong supaya bisa mencapai dari cita- cita anak tersebut, itu kan menjadi satu dari kesatuan tamansiswa
seperti itu, makanya kenapa tamansiswa juga multikultural karena dia sudah bersumber seperti itu dari ajaran Ki Hajar Dewantara,
jadi erat sekali ajaran damai di dalam
nya” AR,30052016. Implementasi pendidikan multikultural di dalam Pendidikan
Kewarganegaraan yang dilaksanakan sekolah dicerminkan dengan kesesuaiannya dengan ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan yang meliputi aspek-aspek diantaranya persatuan bangsa yang meliputi hidup rukun dalam perbedaan, hidup gotong
royong, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama.
Dalam praktiknya, integrasi pendidikan multikultural juga didukung dengan sikap dan contoh-contoh yang diberikan guru secara
nyata sesuai dengan keadaan di lingkungan sekolah disertai dengan pembiasaan yang dilakukan bersama dengan siswa di kelas, sesuai
dengan pernyataan narasumber dalam kutipan wawancara berikut : “Di kelas menanamkan multikultural itu, kita beri contoh
yang real, yang simple saja, seperti antara laki-laki dan perempuan, itu kan multikultural yang simple tidak usah sampai ke agama,
kalau ke agama nanti untuk ke anak-anak cukup beda cara sembahyangnya, tapi untuk laki-laki dan perempuan kita harus
93 saling menghormati, beda kekuatannya antara laki-laki dan
perempuan, contohnya seperti itu. Jadi kita berikan contoh-contoh ke suatu yang real, sesuatu yang nyata, kita saling menghormati,
menghargai” ESR,11052016. “Seorang guru biasanya mencontohkan realnya, suatu
realnya. Misalkan di dalam pembelajaran teorinya seperti ini, karena di dalam teori hanya disebutkan ini contohnya, tetapi untuk
di kehidupan sehari-hari harus tau diterapkannya seperti apa atau untuk apa, misalnya seperti itu. Jadi guru itu se
bagai motornya” L,23052016.
Sesuai dengan tujuannya, mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial mengintegrasi
pendidikan multikultural
dengan pembelajaran-
pembelajaran terkait dengan sistem dan nilai-nilai sosial yang berlaku dimasyarakat yang membantu siswa untuk memahami kehidupan di
lingkungan yang multikultural dan mampu menerima keberagaman. Melalui pembelajaran tersebut siswa diharapkan memiliki komitmen dan
kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, dan mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya.
Sekolah juga memiliki kegiatan pengembangan diri yang juga mengintegrasi pendidikan multikultural di dalamnya. Kegiatan
pengembangan diri mencakup 2 dua program kegiatan, yaitu kegiatan terprogram dan kegiatan tidak terprogram. Dalam kegiatan terprogram
terdapat kegiatan bimbingan konseling dan kegiatan ekstrakurikuler yang mengintegrasi pendidikan multikultural di dalamnya, sedangkan di
dalam kegiatan pengembangan diri secara tidak terprogram terdiri dari
94 kegiatan rutin yang dilakukan secara terjadwal, kegiatan spontan dan
kegiatan keteladanan, dapat dijabarkan sebagai berikut. Berdasarkan dokumentasi dan wawancara, pengembangan diri
terprogram yang dilakukan di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa yang mengintegrasi pendidikan multikultural adalah
bimbingan konseling dan kegiatan ekstrakurikuler. Hal tersebut sesuai dengan kegiatan dan strategi yang dilakukan dalam pembentukan
karakter atau kepribadian yang dilakukan dalam kegiatan bimbingan dan konseling, serta latihan kepemimpinan dan berorganisasi dalam kegiatan
ekstrakurikuler pramuka. Di dalam tahapan-tahapan dalam kegiatan pramuka di sekolah
mengandung berbagai tujuan yang sesuai dengan pendidikan multikultural, diantaranya pada bidang spiritual yaitu, memahami dan
melaksanakan aturan agama dan kepercayaan yang dianut dengan toleransi, menghormati penganut agama lain, dan mampu hidup rukun
dalam keberagaman tanpa ada diskriminasi. Pada bidang sosial, yaitu siswa diajarkan agar mampu mengetahui aturan sosial, menerima dan
mendorong orang lain untuk menaati norma-norma dan nilai-nilai yang berada di masyarakat dan lingkungan.
Selain itu di dalam kurikulumnya, juga disebutkan beberapa nilai- nilai yang ditanamkan di dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka, antara
lain disiplin, jujur, demokratis, peduli sosial dan lingkungan, kerjasama, semangat kebangsaan, toleransi, cinta damai, kerja keras, tanggung
95 jawab, tekun, dan sportif. Dilihat dari nilai-nilai tersebut, sebagian besar
sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan multikultural, sehingga dapat dikatakan bahwa ekstrakurikuler menjadi
strategi implementasi
pendidikan multikultural
di sekolah
obs21052016. Strategi yang dilakukan dalam bimbingan dan konseling berupa
pembentukan karakter dan kepribadian, pemberian motivasi dan layanan konseling. Sedangkan strategi dalam kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler
baik pramuka, olahraga dan seni budaya yaitu berupa latihan dan pertandinganperlombaan persahabatan, serta latihan dan pentas seni
baik perlombaan maupun unjuk kebolehan. Sementara
itu, berdasarkan
hasil observasi,
kegiatan pengembangan diri secara tidak terprogram yang dilakukan sekolah yang
mengintegrasikan pendidikan multikultural dapat dibagi dalam tiga kegiatan, yaitu kegiatan rutin yang dilakukan secara terjadwal, kegiatan
spontan yang tidak terjadwal dalam kejadian khusus dan keteladanan. Kegiatan rutin yang dilakukan diantaranya upacara bendera setiap hari
senin dan hari-hari besar nasional, berbaris didepan kelas sebelum masuk kelas, semutlis sepuluh menit membersihkan lingkungan
sekolah, Java day dan English day, piket kelas, dan berdoa sebelum dan sesudah pelajaran. Hal tersebut juga dinyatakan oleh salah satu
narasumber dalam kutipan wawancara berikut : “Dengan upacara, sosialisasi, di kelas juga sudah jelas,
terus ditanamkan di tangga-tangga, terus gambar-gambar, terus kita
96 ada lomba, ada peringatan agama, ada peringatan hari-hari daerah,
itu termasuk juga, antara lain itu dan masih banyak lagi” AR,30052016.
“Contohnya bahasa, melalui bahasa. Misalnya anak-anak dari rumah mungkin dengan bahasa masing-masing, contohnya
murid pindahan yang dari Kalimantan, NTB, tetapi nanti setiap hari jumat diwajibkan menggunakan bahasa Jawa, karena disini
tamansiswa sekolahnya bertepatan kedudukannya di Jawa. Atau nanti harus kita orang Jogja nanti dapat materi tari nya dari luar
daerah, itu juga sudah termasuk multikultural tetapi hanya dalam satu aspek
” L,23052016. “Karena disini sekolahnya mengedepankan kebudayaan,
seperti kayak kamis pahing ini, kayak gitu kan kita juga mengajarkan anak-anak bahwa misalnya kebudayaan Jogja itu
seperti apa, misalnya kalau Kartini-an ya pakai baju adat, kalau misalnya kamis pahing ya seperti ini menggunakan kebaya Jogja,
seperti itu” D,12052016. Kegiatan spontan yang dilakukan sebagai wujud implementasi
pendidikan multikultural di sekolah diantaranya pembiasaan senyum, sapa, dan salam, meminta maaf, berterima kasih, peduli terhadap
sesama, dan menolong orang yang dalam kesulitan baik diminta atau tidak. Sedangkan untuk kegiatan keteladan yang dilakukan sekolah
diantaranya mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan diri dan kelompok, mendahulukan yang lebih tua, wanita dan anak-anak,
menghargai pendapat orang lain, toleran terhadap perbedaan pendapat, santun dalam bertindak dan berbicara, dan menghargai orang lain.
Berdasarkan studi dokumentasi dan observasi yang dilakukan peneliti, peneliti memperoleh data tentang strategi lain yang dilakukan
sekolah dalam mengimplementasikan pendidikan multikultural, yaitu dengan pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa. Guru
97 dan sekolah mengintegrasikan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa
kedalam silabus dan RPP. Pembelajaran pendidikan budaya dan karakter bangsa mengandung
nilai-nilai yang terkait dengan multikultural diantaranya religius, toleransi,
demokratis, cinta
tanah air,
cinta damai,
bersahabatkomunikatif, peduli sosial, dan lain-lain. Penjelasan tersebut diperoleh dari studi dokumentasi yang dilakukan, yaitu pada kurikulum
sekolah. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dilihat bahwa sekolah sudah menerapkan pendidikan
multikultural dengan metode pengintegrasian kedalam kegiatan sekolah dan mata pelajaran serta pembiasaan-pembiasaan dalam proses
pembelajaran di kelas.