BAB II URAIAN TEORITIS
2.1. Kerangka Teori
Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan untuk memecahkan atau menyoroti masalah. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok
pikiran yang menggambarkan dari sudut mana penelitian disorot. Kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang
berhubungan dengan variabel pokok, sub variabel atau pokok masalah yang ada dalam penelitiannya Arikunto, 2005:72.
Adapun teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah:
2.1.1 Komunikasi
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”, communico, communication, communicare yang berarti
“membuat sama” to make common. Istilah pertama communis adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal-usul kata komunikasi yang merupakan akar dari kata-kata Latin
yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, makna atau pesan dianut secara sama Mulyana, 2007:46.
Komunikasi secara mudah diartikan sebagai proses transfer pesan dalam penyaluran informasi atau pesan melalui sarana atau saluran komunikasi kepada komunikan yang tertuju.
Dalam literaur-literatur klasik ilmu komunikasi disebutkan yang menjadi “biang permasalahan” komunikasi adalah tidak sampainya pesan message atau informasi kepada
komunikan. Namun, dalam perjalanan dan perkembangannya pembahasan itu sudah mengalami pergeseran dan perkembangan Prisgunanto, 2006:1.
Sementara Harold Laswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel
To Whom With What Effect”. Paradigma Laswell diatas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni: komunikator
communicator, source, sender, pesan message, media channel, komunikan communicant, communicate, receiver, recepient dan efek effect, impact, influence.
Berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi ialah proses penyampaian pesan oleh
Universitas Sumatera Utara
komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu Effendy, 2003:253.
2.1.2 Proses Komunikasi
Dalam berkomunikasi ada proses yang terjadi untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan. Ada dua tahap proses komunikasi yaitu secara primer dan
sekunder. a. Proses komunikasi secara primer.
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang symbol sebagai
media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran
dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. Bahasa yang paling banyak dipergunakan dalam komunikasi adalalah jelas karena
hanya bahasa yang mampu menerjemahkan pikiran seorang kepada orang lain, baik berbentuk ide, informasi atau opini, baik mengenai hal yang kongkret maupun yang abstrak,
bukan saja tentang hal atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang melainkan juga pada waktu lalu dan masa yang akan datang. Proses komunikasi berlangsung apabila terjadi
kesamaan makna dalam pesan yang diterima oleh komunikan. Dengan perkataan lain, komunikasi adalah proses membuat sebuah pesan setara tuned bagi komunikator dan
komunikan. Pertama-tama komunikator menyandi encode pesan yang akan disampaikan kepada
komunikan. Hal ini berarti komunikator memformulasikan pikiran dan atau perasaannya ke dalam lambang bahasa yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Setelah itu
komunikan mengawasandi decode pesan dari komunikator. Ini berarti komunikan menafsirkan lambang yang mengandung pikiran dan atau perasaan komunikator dalam
konteks pengertiannya. Yang penting dalam proses penyandian coding ialah bahwa komunikator dapat menyandi dan komunikan dapat mengawasandi hanya ke dalam kata
bermakna yang pernah diketahui dalam pengalaman sehari-hari. Wilbur Schramm, dalam karyanya “Communication Research in the United Strates”,
menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan frame of reference, yakni paduan pengalaman
dan pengertian collection of experiences and meanings yang pernah diperoleh komunikan. Menurut Scrhamm, bidang pengalaman field of reference merupakan faktor yang penting
Universitas Sumatera Utara
dalam komunikasi. Jika bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya bila pengalaman komunikan
tidak sama dengan pengalaman komunikator akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain Effendy, 2003:33.
b. Proses komunikasi secara sekunder. Proses komunikasi secara sekunder adalah penyampaian pesan oleh seseorang kepada
orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam
melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, radio, televisi, film dan banyak lagi media
adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Media merupakan alat atau sarana yang diciptakan untuk meneruskan komunikasi dengan bahasa. Sejalan dengan
berkembangnya masyarakat beserta peradaban dan kebudayaannya, komunikasi bermedia mediated communication mengalami kemajuan dengan memadukan komunikasi
berlambang bahasa dengan komunikasi berlambang gambar dan warna. Maka film, televisi dan video pun sebagai media yang mengandung bahasa, gambar
dan warna. Pentingnya peranan media, yakni media sekunder dalam proses komunikasi disebabkan oleh efisiensinya dalam mencapai komunikan. Surat kabar, radio atau televisi
misalnya merupakan media yang efisien dalam mencapai komunikan dalam jumlah yang banyak. Akan tetapi komunikasi bermedia efektif dalam menyampaikan pesan yang bersifat
informatif. Sementara untuk menyampaikan pesan persuasif komunikasi dengan tatap muka akan lebih efektif dan efisien karena acuan kerangka frame of reference komunikan dapat
diketahui komunikator, sehingga umpan balik berlangsung seketika dan komunikator mengetahui tanggapan atau reaksi komunikan pada saaat itu juga.
Dengan menggunakan komunikasi bermedia, komunikator tidak dapat mengetahui kerangka acuan khalayak yang menjadi sasaran komunikasinya, umpan balik tidak
berlangsung pada saat itu dan dinamakan umpan balik tertunda delayed feedback. Hal ini karena sampainya tanggapan atau reaksi khalayak kepada komunikator memerlukan tenggang
waktu. Namun bagamainapun juga dalam proses komunikasi bermedia misalnya surat, poster, spanduk, radio, televisi atau film umpan balik akan terjadi Effendy, 2003:37.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Komunikasi Kelompok