enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium dan prosedur parlementer.
Karakteristik komunikasi kelompok ditentukan melalui dua hal, yaitu norma dan peran. Norma adalah kesepakatan dan perjanjian tentang bagaimana orang-orang dalam suatu
kelompok berhubungan dan berperilaku satu dengan lainnya. Norma oleh para sosiolog disebut juga dengan “hukum” law ataupun “aturan” rule, yaitu perilaku-perilaku apa saja
yang pantas dan tidak pantas untuk dilakukan dalam suatu kelompok. Ada tiga kategori norma kelompok, yaitu: norma sosial, prosedural dan tugas.
Norma sosial mengatur hubungan diantara para anggota kelompok. Sedangkan norma prosedural menguraikan dengan lebih rinci bagaimana kelompok harus beroperasi, seperti
bagaimana suatu kelompok harus membuat keputusan apakah melalui suara mayotitas ataukah dilakukan pembicaraan sampai tercapai kesepakatan. Dan norma tugas memusatkan
perhatian pada bagaimana suatu pekerjaan harus dilakukan. Peran adalah aspek dinamis dari kedudukan status. Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peran. Peran dibagi menjadi tiga, yaitu: peran aktif, peran partisipatif dan peran pasif. Peran
aktif adalah peran yang diberikan oleh anggota kelompok karena kedudukannya didalam kelompok sebagai aktivis kelompok seperti pengurus, pejabat dan sebagainya. Peran
partisipatif adalah peran yang diberikan oleh anggota kelompok pada umumnya kepada kelompoknya, partisipasi anggota macam ini akan memberikan sumbangan yang sangat
berguna bagi kelompok itu sendiri. Sedangkan peran pasif adalah sumbangan anggota kelompok yang bersifat pasif, dimana anggota kelompok menahan diri agar memberi
kesempatan kepada fungsi-fungsi lain dalam kelompok dapat berjalan dengan baik.
2.1.6 Fasilitator
Fasilitator adalah mereka yang ditugasi untuk melakukan fasilitasi dalam proses pembelajaran. Tugas fasilitator dalam sebuah proses pembelajaran orang dewasa hakekatnya
mengantarkan peserta didik untuk menemukan sendiri isi atau materi pelajaran yang ditawarkan atau yang disediakan melaluioleh penemuannya sendiri. Sudah barang tentu
untuk dapat menemukaan substansi materinya, perlu dibimbing atau dirangsang oleh orang lain utamanya fasilitator maupun anggota lain dalam kelompok tersebut. Kolb menegaskan
bahwa belajar hakekatnya merupakan proses membangun pengetahuan melalui transformasi pengalaman.
Universitas Sumatera Utara
Suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil bila dalam diri individu terbentuk pengetahuan, sikap, ketrampilan atau kebiasaan baru yang secara kualitatip lebih baik dari
sebelumnya melalui sebuah proses yang disebut dengan proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang memungkinkan para pembelajar
aktif melibatkan diri secara keseluruhan proses, baik secara mental maupun secara fisik. Untuk menawarkan dan menyediakan materi ajar dalam mengantarkan peserta didik agar
dapat menemukan substansi materinya, kemampuan fasilitator melakukan komunikasi dan mempresentasikan pemikirannya dalam sebuah proses pembelajaran sangat penting. Tanpa
kemampuan komunikasi yang baik, serta kemampuan melakukan peresentasi yang baik, proses transfer ide tidak akan terjadi sehingga niscaya proses itu akan berhasil.
2.1.7 Karakteristik Seorang Fasilitator
Dalam memberikan pembelajaran kepada anak didiknya, seorang fasilitator harus memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Menguasai materi pembelajaran. Agar peserta didik dapat menemukan sendiri isi materinya, terlebih dahulu seorang
fasilitator berkewajiban untuk menyampaikanmemberikan materi pelajaran, baik dalam pengertian yang lengkap maupun secara garis besar dari content materi yang
ada. Untuk dapat melakukan pengajaran dengan baik sehingga muatan substansinya dapat terarah sesuai dengan tujuannya, maka seorang fasilitator harus mampu
membuat skenario pembelajaran agar dapat melakukan penyajian secara sistematis dengan cara menyusun :
a. Garis-Garis Besar Program Pembelajaran GBPP yang merupakan uraian-uraian pokok setiap materi ajar dan mengandung komponen-komponen deskripsi singkat,
tujuan pembelajaran, pokok bahasan, indikator hasil belajar, metode, media, waktu yang dibutuhkan, serta sumber kepustakaan.
b.Satuan Angka Pelatihan SAP, merupakan jabaran lebih rinci dari GBPP diatas yang memuat mata pelatihan, deskripsi singkat, tujuan pembelajaran, pokok dan sub
pokok bahasan, alokasi waktu, serta strategi penyajian yakni kegiatan yang berisi langkah-langkah penyajian tiap materi, alokasi waktu yang dibutuhkan tiap langkah,
serta media yang dipakai.Dengan menyusun GBPP dan SAP diharapkan fasilitator dapat mengantarkan materi ajar dengan baik dan tidak kehilangan materi ajar karena
waktu. 2. Kemampuan melakukan komunikasi.
Universitas Sumatera Utara
Komunikasi secara umum dapat diartikan sebagai proses penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan. Sebagai suatu proses penyampaian informasi, para
individu yang terlibat dalam kegiatan komunikasi khususnya, komunikator perlu merancang dan menyajikan informasi yang benar dan tepat sesuai setting komunikasi,
dan informasi tersebut disajikan dengan mengunakan bahasa yang sesuai dengan situasi komunikasi dan tingkat nalar penerimaan lawan komunikasi. Berkaitan dengan
kemampuan melakukan komunikasi, secara umum keberhasilan komunikasi dipandang dari ketercapaian tujuan komunikasi yang dapat dinilai dari :
a. Kepercayaan penerima pesan terhadap komunikator serta ketrampilan komunikator berkomunikasi sesuai tingkat nalar komunikan.
b. Daya tarik pesan dan kesesuaian pesan dengan kebutuhan komunikan. c. Pengalaman yang sama tentang isi pesan antara komunikator dengan komunikan.
d. Kemampuan komunikan menafsirkan pesan, kesadaran, dan perhatian komunikan akan kebutuhannya atas pesan yang diterima.
e. Setting komunikasi yang kondusif nyaman, menyenangkan dan menantang. f. Sistem penyampaian pesan berkaitan dengan metoda dan media yang sesuai
dengan jenis indera penerima pesan. Penguasaan komunikasi yang baik antara fasiliator dengan peserta didik yang dilatar
belakangi gaya belajar masing-masing akan mengantarkan pada tujuan pembelajaran sebagaimana yang diharapkan.Untuk lebih meningkatkan jalinan komunikasi, akan lebih baik
lagi apabila fasilitator mengetahui kecenderungan gaya belajar para didik, sehingga dapat mengaturpara didik dengan lebih baik.Berdasarkan buku Kajian Paradigma, ada 4 empat
gaya belajar Kajian Paradigma 2006:16 yakni : 1. Diverger, dengan gaya belajar ini sangat tepat dalam melihat situasi konkrit dari
berbagai sudut pandang. Pendekatan yang dilakukan lebih pada mengamati daripada mengambil langkah tindakan.
2. Assimilator, dengan gaya belajar ini lebih tepat dalam memahami sejumlah besar informasi dan mengartikannya ke dalam bentuk yang konkrit dan logika.
3. Converger, dimana gaya belajar ini lebih tepat menemukan penggunaan- penggunaan praktis atas ide-ide dan teori-teori.
4. Accomodator, yaitu tipe yang mempunyai kemampuan untuk belajar dari pengalaman lainnya.
Dengan memahami gaya belajar peserta, fasilitator akan mengetahui kelemahan dan kekuatan dan kemudian akan mendapatkan manfaat yang besar.
Universitas Sumatera Utara
2.1.8 Sikap