2.1.3 Komunikasi Kelompok
Kelompok adalah sekumpulan orang-orang yang terdiri dari dua atau tiga orang bahkan lebih Bungin, 2008:266. Kelompok memiliki hubungan yang intensif diantara
mereka satu sama lainnya terutama kelompok primer intensitas hubungan diantara mereka merupakan persyaratan utama yang dilakukan oleh orang-orang dalam kelompok tersebut.
Kelompok memiliki tujuan dan aturan-aturan yang dibuat sendiri dan merupakan kontribusi arus informasi diantara mereka sehingga mampu menciptakan atribut kelompok sebagai
bentuk karakteristik yang khas dan melekat pada kelompok itu. Kelompok yang baik adalah kelompok yang dapat mengatur sirkulasi tatap muka
yang intensif diantara anggota kelompok, serta tatap muka itu pula akan mengatur sirkulasi komunikasi makna diantara mereka, sehingga mampu melahirkan sentimen-sentimen
kelompok serta kerinduan diantara mereka. Terminologi tatap muka face to face mengandung makna bahwa setiap anggota kelompok harus dapat melihat dan mendengar
anggota lainnya dan juga harus dapat mengatur umpan balik secara verbal maupun non verbal dari setiap anggotanya. Kelompok juga memiliki tujuan-tujuan yang diperjuangkan bersama
sehingga kehadiran setiap orag dalam kelompok diikuti dengan tujuan-tujuan pribadinya. Dengan demikian kelompok memiliki dua tujuan utama, yaitu tujuan masing-masing
pribadi dalam kelompok dan tujuan kelompok itu sendiri. Setiap tujuan individu harus sejalan dengan tujuan kelompok, sedangkan tujuan kelompok harus memberi kepastian kepada
tercapainya tujuan-tujuan individu. Menurut Anwar Arifin komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok ”kecil” seperti
dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya Anwar Arifin, 1984. Michael Burgoon dalam Wiryanto, 2005 mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap
muka antara tiga orang atau lebih dengan tujuan yang telah diketahui seerti berbagai informasi, menjaga diri, pemecahan masalah yang mana anggota-anggotanya dapat
mengingat karakteristik pribadi anggota-anggotanya yang lain secara tepat. Kelompok juga memberikan identitas terhadap individu, melalui identitas ini setiap
anggota kelompok secara tidak langsung berhubungan satu sama lain. Melalui identitas ini individu melakukan pertukaran fungsi dengan individu lain dalam kelompok. Pergaulan ini
akhirnya menciptakan aturan-aturan yang harus ditaati oleh setiap individu dalam kelompok sebagai sebuah kepastian hak dan kewajiban mereka dalam kelompok. Secara teoritis dalam
ilmu komunikasi untuk membedakan komunikasi kelompok kecil dan komunikasi kelompok besar tidak didasarkan pada jumlah komunikan dalam hitungan secara matematik, melainkan
Universitas Sumatera Utara
pada kualitas proses komunikasi. Karakteristik yang membedakan komunikasi kelompok kecil dan kelompok besar dapat dikaji dalam paparan berikut:
a. Komunikasi kelompok kecil. Komunikasi kelompok kecil adalah komunikasi yang:
- Ditujukan kepada kognisi komunikan. - Prosesnya berlangsung secara dialogis.
Dalam komunikasi kelompok kecil, komunikator menunjukkan pesannya kepada benak atau pikiran komunikan, misalnya: kuliah, ceramah, diskusi, seminar, rapat dan lain-lain.
Dalam situasi komunikasi seperti itu logika berperan penting. Komunikan akan dapat menilai logis tidaknya uraian komunikator. Proses komunikasi dalam kelompok kecil
berlangsung secara dialogis tidak linear melainkan sirkular. Umpan balik terjadi secara verbal. Komunikan dapat menanggapi uraian komunikator artinya bisa bertanya jika
tidak mengerti, dapat menyanggah bila tidak setuju dan lain sebagainya. Robert F. Bales dalam bukunya Interaction Process Analysis mendefinisikan kelompok
kecil sebagai: Sejumlah orang yang terlibat dalam interaksi satu sama lain dengan suatu pertemuan yang bersifat tatap muka face to face, dimana setiap anggota mendapat
kesan atau penglihatan antara satu sama lainnya yang cukup kentara, sehingga dia baik pada saat timbul pertanyaan maupun sesudahnya dapat memberikan tanggapan kepada
masing-masing sebagai perorangan Effendi, 2003:72 Komunikasi kelompok kecil ditujukan kepada kognisi komunikan dan prosesnya
berlangsung secara dialogis, tidak linear Effendy, 2003:76-77. Umpan balik dalam sebuah kelompok kecil kerap kali berlangsung secara cepat dan langsung. Dalam
kelompok kecil, orang memiliki keterlibatan dan komitmen yang kuat. Kelompok kecil memungkinkan keterlibatan anggotanya secara verbal dan partisipasi yang sifatnya
langsung. Dalam penelitian ini, komunikasi kelompok yang dimaksud adalah komunikasi kelompok kecil, karena memiliki karakteristik yang telah disebutkan diatas.
b. Komunikasi kelompok besar. Sebagai kebalikan dari komunikasi kelompok kecil, komunikasi kelompok besar adalah
komunikasi yang: - Ditujukan kepada efeksi komunikan.
- Prosesnya berlangsung secara linear. Pesan yang disampaikan oleh komunikator dalam situasi komunikasi kelompok besar
ditujukan kepada afeksi komunikan, kepada hatinya atau kepada perasaannya. Jika komunikan pada kelompok kecil umumnya bersifat homogen antara lain sekelompok
Universitas Sumatera Utara
orang yang sama jenis kelaminnya, sama pendidikannya, sama situasi sosialnya, maka komunikan pada komunikasi kelompok besar umumnya bersifat heterogen, mereka
terdiri dari individu-individu yang beraneka ragam dalam jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, agama dan lain sebagainya.
Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam bukunya Human Communication, A Revision of Approaching SpeechCommunication, memberi batasan komunikasi kelompok
sebagai interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud dan tujuan yang dikehendaki seperti berbagai informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan
masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristikpribadi anggota lainnya dengan akurat the face to face interaction of three or more individuals, for a recognized
purpose such as information sharing, self maintenance or problems solving, such that the member are able to recall personal characteristics of the members accuratelly.
Ada empat elemen yang tercakup dalam defenisi diatas, yaitu: 1. Interaksi tatap muka, jumlah partisipan yang terlibat dalam interaksi, maksud atau
tujuan yang dikehendaki dan kemampuan anggota untuk dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya.
2. Terminologi tatap muka face to face, mengandung makna bahwa setiap anggota kelompok harus dapat melihat dan mendengar anggota lainnya dan juga harus dapat
mengatur umpan balik secara verbal maupun nonverbal dari setiap anggotanya. 3. Maksud dan tujuan yang dikehendaki, mengandung bahwa maksud dan tujuan
tersebut akan memberikan beberapa tipe identitas kelompok. Kalau tujuan kelompok tersebut adalah berbagi informasi, maka komunikasi yang dilakukan dimaksudkan
untuk menanamkan pengetahuan to impart knowledge. Sementara kelompok yang memiliki tujuan pemeliharaan diri self maintenance biasanya memusatkan
perhatiannya pada anggota kelompok atau struktur dari kelompok itu sendiri. 4. Kemampuan anggota kelompok untuk menumbuhkan karakteristik personal anggota
lainnya secara akurat. Ini mengandung arti bahwa setiap anggota kelompok secara tidak langsung berhubungan dengan satu sama lain dan maksudtujuan kelompok
telah terdefenisikan dengan jelas. Batasan lain mengenai komunikasi kelompok dikemukakan oleh Ronald Adler dan
George Rodman dalam bukunya Understanding Human Communication. Mereka mengatakan bahwa kelompok merupakan sekumpulan kecil orang yang saling berinteraksi
biasanya tatap muka dalam waktu yang lama guna mencapai tujuan tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Dengan begitu komunikasi kelompok kecil dapat dikatakan efektif, dalam artian kata komunikator dapat melihat adanya:
1. Pertanyaan apakah mengerti atau tidak adanya pengertian. 2. Dapat mengulangi pesan.
3. Dapat meyakinkan. 4. Adanya kesan yang didapat peserta.
5. Adanya waktu yang lama untuk mencapai tujuan. Menurut Stewart L. Tubs Dan Sylvia Moss, pengertian artinya penerimaan yang
cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksud oleh komunikator. Mengulangi pesan maksudnya komunikator harus dapat mengulangi pesannya kepada komunikan, dan pesan
komunikator tersebut harus mengarahkan pesannya kepada rasio komunikan, bukan kepada emosinya. Cicero mengajarkan bahwa dalam mempengaruhi pendengar-pendengarnya,
seseorang harus meyakinkan mereka dengan mencerminkan kebenaran dan kesusilaan Effendy, 2005.
Sedangkan kesan, komunikasi haruslah dapat menumbuhkan kesan yang baik dengan memperoleh simpati dan empati dari komunikan. Waktu, pencapaian saling pengertian
kognitif membutuhkan waktu. Semakin sering terjadi pengulangan pesan maka akan semakin tinggi tercapai saling pengertian dan berarti semakin lama waktu yang dibutuhkan Fajar,
2009. Ronald Adler dan George Rodman membagi kelompok dalam tiga tipe, yaitu kelompok belajar learning group, kelompok pertumbuhan growth group dan kelompok
pemecah masalah problem solving group. Kelompok fasilitator Lembaga Obor Sahabat termasuk kelompok belajar.
Adler dan Rodman mengemukakan empat elemen komunikasi kelompok, yaitu: 1. Interaksi, interaksi dalam komunikasi kelompok merupakan faktor yang penting.
Karena melalui interaksi inilah kita dapat melihat perbedaan antara kelompok dengan istilah yang disebut dengan Coact. Coact adalah sekumpulan orang yang
secara serentak terkait dalam aktivitas yang sama namun tanpa komunikasi satu sama lain
2. Waktu, sekumpulan orang yang berinteraksi untuk jangka waktu yang singkat tidak dapat digolongkan sebagai kelompok. Kelompok mempersyaratkan interaksi
dalam jangka waktu yang panjang karena dengan interaksi ini akan dimiliki karakteristik atau ciri yang tidak dipunyai oleh kumpulan yang bersifat sementara.
3. Partisipasi, keikutsertaan atau keterlibatan anggota dalam interaksi.
Universitas Sumatera Utara
4. Tujuan, mengandung pengertian keanggotaan dalam suatu kelompok akan membantu individu yang menjadi anggota kelompok dapat mencapai tujuan yang
diinginkan
2.1.4 Fungsi Komunikasi Kelompok