Kemudian tahap selanjutnya adalah mencari besarnya kekuatan pengaruh antara variabel X terhadap Y yaitu dengan rumus:
Kp = Rs² x 100 Kp = 0,497² x 100
Kp = 24,70 Kp = 25
Maka kekuatan pengaruh di atas menunjukkan bahwa pengaruh komunikasi kelompok terhadap sikap anak di daerah Pembuangan Sampah Akhir Simpang Kongsi Medan
sebesar 25 .
4.5 Pembahasan
Berdasarkan hasil tabel dari analisis tabel tunggal dan tabel silang yang telah dilakukan, maka dapat dilihat ada korelasi antara komunikasi kelompok terhadap sikap anak.
Terdapat perbedaan efek atau dampak yang dirasakan oleh anak, namun sebagian besar anak menyatakan ada korelasi antara komunikasi kelompok terhadap sikap anak.
Terkait dengan hubungan kuat lemahnya korelasi dengan menggunakan skala Guilford, maka hasil korelasi Spearmen pada anak di daerah pembuangan sampah akhir
Simpang Kongsi sebesar 0,497. Nilai 0,497 menunjukkan adanya hubungan yang cukup berarti. Maka hipotesis “Terdapat pengaruh komunikasi kelompok terhadap sikap anak di
daerah pembuangan sampah akhir Simpang Kongsi Medan” diterima. Besarnya pengaruh variabel X terhadap Y dengan menggunakan rumus Kp = Rs x
100, diperoleh hasil sebesar 25. Maka hal tersebut diatas menunjukkan bahwa pengaruh komunikasi kelompok terhadap sikap anak di daerah Pembuangan Sampah Akhir Simpang
Kongsi Medan sebesar 25 selebihnya 75 dipengaruhi faktor lain diluar komunikasi kelompok. Secara sederhana dapat diartikan bahwa pengaruh komunikasi kelompok terhadap
sikap anak memiliki pengaruh sebesar 25 dari komunikasi kelompok. Menurut Ronald Adler dan George Rodman daam bukunya Understanding Human
Communicationkomunikasi kelompok kecil dapat dikatakan efektif, dalam artian komunikator dapat melihat adanya mengajukan pertanyaan apakah mengerti atau tidak
adanya pengertian, dapat mengulangi pesan, dapat meyakinkan, adanya kesan yang didapat, dan waktu dalam mencapai tujuan. Di dalam penelitian ini komunikasi kelompok
Universitas Sumatera Utara
komponennya terdiri dari: pengertian, mengulangi pesan, meyakinkan, kesan dan waktu. Dalam menyampaikan pesan dalam hal ini materi pelajaran yang dilakukan oleh Fasilitator
terhadap anak dapat disimpulkan bahwa anak mengerti setiap materi pelajaran yang disampaikan. Pengulangan materi pelajaran sangat diperlukan supaya anak semakin paham
dan mengerti. Fasilitator memberikan pengulangan materi pelajaran sebelum memulai pelajaran baru. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah anak-anak masih mengingat
pelajaran yang sudah diajarkan sebelumnya. Dalam menyampaikan materi pelajaran, anak-anak mendapatkan kesan yang baik dari
Fasilitator. Hal ini dapat dilihat dari bahasa yang digunakan oleh Fasilitator ketika mengajar mudah dimengerti dan penggunaan alat peraga. Penggunaan alat peraga dalam mengajar
membuat anak-anak merasa mendapat kesan yang berbeda dan membuat mereka paham untuk mengerti pelajaran yang diajarkan. Untuk meyakinkan setiap pelajaran yang
disampaikan oleh Fasilitator, Fasilitator menyediakan waktu untuk tanya jawab. Hal ini dilakukan agar anak-anak paham dan mengerti terhadap materi pelajaran yang disampaikan.
Waktu dalam penyampaian materi pelajaran menurut anak sudah cukup karena jika terlalu lama akan membosankan.
Setelah adanya proses komunikasi kelompok yang dilakukan antara Fasilitator dengan anak, maka akan ada perubahan sikap yang terjadi dalam diri. Menurut Kothandapani dalam
Middlebrook 1974 merumuskan sikap dalam tiga komponen yaitu: 1. Perubahan Kognitif, berhubungan dengan pemahaman, perolehan, penataan dan
penggunaaan pengetahuan. 2. Perubahan Afektif, berhubungan dengan dimensi emosional perasaan seseorang.
3. Perubahan Konatif, berhubungan dengan kecendrungan untuk bertindak, bereaksi, berusaha dan berkemauan.
Pada penelitian ini perubahan terhadap kognitif anak dapat dilihat dari pesan materi pelajaran yang disampaikan oleh Fasilitator. Pengetahuan dan pemahaman anak terhadap
materi pelajaran Matematika, Kesehatan Fisik dan Moral, Angklung dan Bahasa Inggris meningkat. Beberapa anak mengatakan bahwa materi pelajaran yang diajarkan di PKM Anak
tidak mereka dapatkan di sekolah terutama pelajaran kesehatan Fisik dan Moral serta Angklung. Hal ini yang menjadi alasan mengapa anak mengatakan bahwa materi pelajaran
yang diberikan Fasilitator merupakan pengetahuan baru bagi mereka. Perubahan afektif anak dapat dilihat dari kepuasan dan rasa senang yang dirasakan
oleh anak terhadap materi pelajaran yang disampaikan oleh Fasilitator. Beberapa alasan mengapa anak mengatakan merasa senang dan puas dengan materi pelajaran yang
Universitas Sumatera Utara
disampaikan karena fasilitator mengajar dengan jelas, mudah dimengerti, pelajaran sering diulang kembali dan ada waktu untuk tanya jawab jika tidak mengerti terhadap pelajaran
yang disampaikan. Selain itu fasilitator juga menyediakan waktu bagi anak untuk mengajarkan Pekerjaan Rumah PR yang mereka dapatkan di sekolah.
Perubahan konatif anak dapat dilihat dari perubahan dalam diri anak ketika bertindak dan berperilaku. Dalam pelajaran matematika, beberapa dari anak semakin rajin mengerjakan
Pekerjaan Rumah PR matematika dari sekolah dan nilai matematik anak juga meningkat. Alasan nilai matematika mereka meningkat karena mereka semakin rajin belajar di rumah,
fasilitator mengajari PR matematika dari sekolah dan pelajaran di sekolah mirip dengan pelajaran yang diajarkan di PKM Anak. Dalam pelajaran Kesehatan Fisik dan Moral,
beberapa anak semakin rajin mandi, gosok gigi dan bertanggung jawab dalam merawat adik. Dalam pelajaran Angklung beberapa anak sudah bisa memainkan angklung bahkan
memainkannya di depan umum. Sementara dalam pelajaran Bahasa Inggris beberapa anak sudah mampu untuk mengucapkan beberapa kata dan memperkenalkan diri mereka dengan
menggunakan Bahasa Inggris misal: My name is, I am a student, I live in Medan. Besarnya pengaruh komunikasi kelompok terhadap sikap anak sebesar 25 dan nilai
korelasi pengaruh komunikasi kelompok terhadap sikap anak adalah 0,497 artinya terdapat pengaruh yang cukup berarti antara komunikasi kelompok X dengan sikap anak di daerah
pembuangan sampah akhir Simpang Kongsi Medan Y. Dengan teori S-O-R, stimulus yang diberikan oleh Fasilitator diterima dengan baik oleh anak di daerah pembuangan sampah
akhir kota Medan sehingga menimbulkan perubahan sikap terhadap anak. Berdasarkan penelitian ini tampaklah bahwa komunikasi kelompok memberikan
pengaruh terhadap sikap anak. Pesan yang disampaikan Fasilitator terhadap anak mampu mempengaruhi sikap anak.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada BAB I sampai BAB IV yang berupa data di lapangan dan temuan yang dianalisis, akhirnya peneliti menarik kesimpulan
sebagai berikut: 1. Berdasarkan penelitian, pelaksanaan komunikasi kelompok yang dilakukan oleh
Lembaga Obor Sahabat terhadap anak yang ada di daerah pembuangan sampah akhir Simpang Kongsi Medan berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari
bagaimana komunikasi dilakukan ketika menyampaikan pelajaran, pengulangan materi pelajaran, lamanya waktu dalam menyampaikan pelajaran, dan kesan yang
didapatkan ketika menyampaikan pelajaran. 2. Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti, terdapat perubahan sikap anak di
daerah pembuangan sampah akhir Simpang Kongsi. Hal ini dapat dilihat dari perubahan kognitif, afektif dan konatif anak. Perubahan kognitif dapat dilihat dari
pengetahuan dan pemahaman anak dalam menerima materi pelajaran yang disampaikan. Untuk perubahan afektif dapat dilihat dari adanya perasaan senang
dan puas yang dirasakan oleh anak ketika menerima pelajaran sedangkan perubahan konatif dapat dilihat dari perubahan tindakan dan perilaku yang
dilakukan anak. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai pelajaran, semakin rajin belajar dan mengerjakan PR, semakin percaya diri dan mampu bermain
angklung dan praktek Bahasa Inggris di depan umum, dan semakin rajin menggosok gigi dan mandi.
3. Berdasarkan Uji Hipotesis yang telah dilakukan peneliti, terdapat hubungan antara komunikasi kelompok terhadap sikap anak di daerah pembuangan sampah akhir
Simpang Kongsi Medan. Terdapat hubungan yang cukup berarti 0,497 antara komunikasi kelompok terhadap sikap anak di daerah pembuangan sampah akhir
Simpang Kongsi Medan.
Universitas Sumatera Utara