97
pernyataan Informan 5, ia bekerja di dinas pertamanan kota medan sebagai pegawai kontrakhonorer non PNS ia tidak memiliki pekerjaan sampingan dikarenakan tidak
memiliki waktu untuk membuka usaha sampingan, berikut penuturannya : “saya kerja di dinas pertamanan jadi pegawai kontrak, saya tidak
punya pekerjaan lain selain ini karena tidak ada waktu luang juga, kerja nya kan dari pagi sampe sore” Esli, 41 tahun.
Pendapatan para ibu yang menjadi orang tua tunggal di daerah pinggir rel gaperta kelurahan helvetia kecamatan kota medan sangat minim atau bahkan kurang
untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarganya oleh karena itu para orang ibu yang menjadi orang tua tunggal ini juga memiliki pekerjaan tambahan guna memenuhi
perannya dalam keluarga menggantikan peran yang harusnya bekerja itu dilakukan oleh suami maka mereka melakukan berbagai pekerjaan agar mereka memiliki
penghasilan guna memenuhi kebutuhan keluarganya.
5.3.2 penghasilan
Dari pekerjaan nya sendiri maka mereka memiliki penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sosial ekonomi keluarganya dari penghasilan mereka inilah
bisa dilihat apakah penghasilannya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka seperti sandang pangan, papan, kesehatan dan juga liburan. Para ibu yang menajadi
orang tua tunggal juga tidak menyisihkan penghasilan yang didapatkannya dari bekerja untuk ditabung di karenakan penghasilan mereka sangat pas pasan sehingga
tidak ada untuk ditabung. Untuk pemenuhan sandang sendiri semua ibu yang menjadi orang tua
tunggal jarang membeli pakaian baru dan tidak memiliki tabungan khusus untuk hal ini rata rata mereka membeli pakaian hanya pada saat natal dan tahun baru bila ada
rejeki lebih. Hal ini berdasarkan penuturan mereka masing masing.
Universitas Sumatera Utara
98
“saya jarang memebelikan mereka baju baru paling kalau tahun baru atau natal itupun juga
kalau masih ada rejeki lebih”Ramanyana, 49 tahun. “kalau beli pakaian paling pas tahun atau natal Hotmaria, 40 tahun
“jarang dek paling juga kalau natal sama tahun baru itu juga ga tiap tahun kalau ada
rejeki lah”Megawati, 40 tahun. “terkadang natal terkdang tahun baru kalau ada rejeki, selagi pakaian yang
lama masih layak pakai maka tidak terlalu penting untuk memebeli pakaian baru”Demi,49 tahun.
“kadang kalau udah sobek atau gimana baru beli lagi” Esli deswita, 41 tahun
“kalau buat pakaian ya seadanya aja seperlunya aja Cuma seringnya beli ya paling kalo hari natal sama tahun baru” Darmauli, 44 tahun.
Para informan merasa bahwa pakaian merupakan kebutuhan utama namun bukan menjadi prioritas dengan kata lain pengeluaran untuk pakaian lebih sedikit
dibandingkan dengan kebutuhan pangan dan papan. Soetjiningsih 1998:10 menyatakan bahwa pendapatan keluarga yang baik
dapat menunjang tumbuh kembang anak. Karena orang tua menyediakan semua kebutuhan anak-anaknya Rendahnya pendapatan merupakan rintangan lain yang
menyebabkan orang tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan. Sehingga tinggi rendahnya pendapatan sangat mempengaruhi daya beli keluarga
terhadap bahan pangan yang akhirnya berpengaruh terhadap status gizi seseorang terutama anak karena diperlukan banyak zat gizi untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Dalam pemenuhan pangan rata rata mereka makan 3 kali sehari pagi, siang, malam namun tidak banyak dari mereka yang paham tentang
pemenuhan makanan bergizi, Pemenuhan gizi keluarga merupakan peran seorang ibu
Universitas Sumatera Utara
99
yang sangat penting ibu harus mengetahui gizi untuk keluarganya agar anaknya betumbuh dan berkembang dengan baik karena tercukupi gizinya.
Ibu yang paham akan gizi dan variasi makanan anaknya suka makan sayur dan juga daging, hal ini seperti yang diungkapkan informan 4, informan 5 dan informan 6.
“saya pernah mendapatkan penyuluhan dan sosialisasi tentang gizi dulu, jadi kalau anak saya tidak suka makan sayur ya saya buat variasi aja
jadi mereka suka, kadang sayurnya di gabung sama telur atau sup lama kelamaan
mereka juga jadi suka sayur” Demi 49 tahun. Hal yang sama juga diungkapkan oleh salah seorang dari masing masing keluarga
informan, “kalo sayur aku suka bang apalagi bayam, mamak juga sering masak
sayur dirumah pasti kami makan” JS,13 tahun. “saya sering mendapatkan informasi tentang gizi dari keluarga dan
juga televisi dari dulu juga saya suka masak, makannya sekarang kerja di katering, sering masak variasi sayur juga, anak anak jadinya ga
bosen”Darmauli, 44 tahun. Namun ada beberapa juga yang belum begitu memahami tentang gizi sehingga
mereka kurang begiru maksimal dalam memahami perannya sebagai ibu dalam pemenuhan gizi keluarga. ada beberapa yang anak anaknya tidak suka makan sayur
hal ini seperti yang diungkapkan informan 1, informan 2 dan informan 3: “saya kurang memahami soal gizi, anak anak saya jarang sekali mau
makan sayur meskipun saya sudah masak kan sayur namun mereka kurang begitu suka begitu juga dengan daging mereka lebih suka makan telur
”Ramanyana, 49 tahun.
Universitas Sumatera Utara
100
“saya hanya tau sedikit tentang gizi dari teman teman, saya juga kurang tau kenapa mereka tidak suka sayur setiap saya masak kan sayur
jarang sekali mereka makan, terkadang mereka makan jika saya marahi itupun nggak habis beda kalau daging mereka suka tapi saya yang jarang
masak daging karena harganya yang lumayan mahal kadang, paling seminggu dua kali”Hotmaria, 40 tahun.
“belum pernah mendapatkan pengetahuan tentang gizi, saya sering makan sayur karena saya juga jualan sayur jadi sering juga masak sayur
tapi nggak sama anak anak mereka jarang mau makan sayur kalau saya tanya kenapa mereka bilang rasa sayur tidak enak. kalau makan daging juga
jarang soalnya harganya lumayan mahal paling tidak seminggu dua kali”Megawati, 40 tahun
hal tersebut juga di sampaikan oleh anaknya “suka makan daging sih bang kalo sayur nggak suka soalnya”BP,
12 tahun. Hal ini juga dikarenakan kurangnya pemahaman para ibu tentang gizi dan
variasi makanan juga keterbatasan kemampuan ekonomi untuk memenuhi gizi keluarga nya. seharusnya para ibu yang menjadi orang tua tunggal memiliki banyak
informasi dan juga gizi seputar makanan bergizi dan juga variasinya agar perannya sebagai ibu bisa memenuhi kebutuhan gizi anak.mereka juga mengatakan ingin lebih
memahami tentang gizi dan pemenuhannya selagi anak anak mereka masih dalam masa pertumbuhan.dalam pemenuhan pangan juga keluarga ibu yang menjadi orang
tua tunggal ini juga terbantu oleh program program dari pemerintah diantaranya program beras untuk rakyat miskinRASKIN dan juga program peningkatan gizi ,
yang mendapatkan program beras untuk rakyat miskin ialah informan 4, informan 5,
Universitas Sumatera Utara
101
dan informan 6, sedangkan informan 1, informan 2 dan informan 3 mendapatkan bantuan peningkatan gizi, bantuan dari pemerintah ini sangat membantu mereka
dalam pengeluaran untuk kebutuhan sehingga dananya bisa dipakai untuk keperluan lainnya dalam hal ini para ibu yang menjadi orang tua tunggal juga menajalankan
perannya sebagai ibu dalam mengelola keuangan keluarga. Untuk hal papan sendiri, rumah yang mereka tempati untuk keluarganya
hampir semua rumah yang mereka tempati merupakan milik mereka sendiripribadi kecuali rumah yang di tempati informan 6 dan keluarga, rumah yang mereka tempati
merupakan rumah sewa dengan sewa sebesar 2,5 juta tahunnya, hal tersebut di ungkapkan oleh informan :
“rumah yang kami tempati sekarang kami sewa 2,5 juta per tahunnya, kami belum punya rumah sendiri, inginnya sih begitu namun kami
tetap bersyukur meskipun kami sewa setidaknya kami punya tempat untuk tinggal”Darmauli, 44 tahun.
Dengan menyewa rumah pengeluaran informan 6 pun menjadi lebih besar dibanding informan lainnya, oleh karena itu ia bekerja sampingan dengan berjualan kacang,
anaknya yang paling besar juga membantu nya dengan bekerja sebagai pegawai di tempat las milik saudaranya, berbagai macam cara dilakukannya agar terpenuhinya
kebutuhan keluarga. Salah satu peran ibu ialah menjaga kesehatan keluarganya ini berhubungan
dengan pola hidup keluarganya, para ibu ini menjaga kesehatan keluarganya dengan menekankan anaknya tidak sering jajan diluar juga menekankan anaknya jangan
malas makan, hal ini di tunjukan dengan pola makan mereka yang teratur yaitu sebanyak 3 tiga kali sehari, dan juga nasehat dari ibunya salah satunya
diungkapkan oleh DH anak dari informan 1, berikut penuturannya :
Universitas Sumatera Utara
102
“aku jarang jajan bang uang jajan yang dikasih pun pas pasan jadi ya seringnya makan dirumah pas pulang sekolah, mamak juga bilang kalo
jajan jajan diluar itu ga bagus” DH, 12 tahun. Begitu juga hal yang diungkapkan oleh BP anak dari informan ke 3, berikut
penuturannya : “mamak bilangnya jangan banyak jajan diluar, lebih bagus kalau
makan dirumah aja”BP, 12 tahun. Para orang tua menasehati anaknya agar tidak jajan diluar karena mereka tidak yakin
dengan makanan yang di jual jajanan jajanan yang dijual diluar, selain itu juga mengurangi keinginan anak untuk jajan, sehingga pengeluaran untuk uang jajan anak
tidak terlalu besar. Dalam hal jaminan kesehatan para informan dan keluarga mendapatkan bantuan jamian sosial berupa, JAMKESMASBPJS kesehatan untuk
keluarga informan 1, informan 2, informan 3, informan 4 dan informan 5 sedangkan informan 5 mendapatkan bantuan dari Program Keluarga Harapan PKH.
Dengan adanya jaminan kesehatan ini maka para ibu yang menjadi orang tua tunggal dan keluarganya tidak perlu mengeluarkan biaya bila kelak ia dan keluarga sakit dan
hendak berobat ke puskesmas atau rumah sakit,hal ini sangat membantu perekonomian keluarga mereka. namun bila ada anggota keluarga yang sakit tetapi
tidak terlalu parah seperti demam atau flu biasa mereka para informan dan keluarga hanya membeli obat obatan di apotik atau warung yang menjual obat. Dengan kata
lain program pemerintah cukup membantu para ibu untuk memenuhi kebutuhan keluarganya akan jaminan kesehatan.
Rekreasi juga sudah menjadi salah satu kebutuhan manusia termasuk keluarga, Menurut Krippendorf 1994:33 kegiatan rekreasi merupakan salah satu
kegiatan yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Karena rekreasi bertujuan untuk
Universitas Sumatera Utara
103
melepaskan kepenatan, kebosanan dari segala kegiatan seperti belajar dan bekerja, namun dari hasil penelitian dapat dikatakan bahwa para ibu yang menjadi orang tua
tunggal dan keluarga sangat jarang sekali berlibur hal dikarena kan biaya dan juga waktu yang terbatas mereka hanya berlibur setidaknya dalam satu tahun hanya
sekali, ada yang beralasan tidak memiliki biaya khusus untuk mengajak keluarganya liburan seperti yang di ungkapkan oleh informan 1,informan 2 berikut penuturannya:
“jarang lah kalo jalan jalan soalnya pasti keluar biaya paling merekaanak anaknya jalan jalan sama teman temannya” ramanyana, 49 tahun.
“mahal kalau jalan jalan keluar lagian mereka juga sering perginya sama teman temannya”Hotmaria, 40 tahun.
Sedangkan informan 3 dan 6 beralasan jika ia tidak sempat memiliki waktu banyak untuk liburan dikarenakan pekerjaan mereka sehingga anak anak mereka lebih sering
berlibur dengan saudara saudaranya atau teman temannya berikut penuturannya : “jarang ada waktu apalagi kalo liburan malah sering kerja juga soalnya
rame di tempat saya kerja paling kalo natal sama tahun baru liburnya”Megawati, 40 tahun.
“saya jarang pergi pergi liburan dengan anak anak palingan kalau pergi mereka diajak sama saudara” Darmauli, 44 tahun.
Informan 4 dan 5 juga mengatakan bila mereka pergi berlibur bila ada yang mengajak mereka atau bila ada kegiatan dari gereja dan lain lain.
“biasanya ya jalan jalan dari gereja itupun dua kali dalam waktu satu tahun pada saat paskah dan natal”Demi, 49 tahun.
“kalau liburan sama saya jarang tapi kalau pergi liburan dari gereja lumayan sering sih kalau paskah sama natal atau ada kebaktian diluar”Esli, 41 tahun.
Universitas Sumatera Utara
104
Dapat disimpulkan bahwa keluarga dari para informan ini jarang pergi berlibur bersama, faktor yang paling mempengaruhinya ialah kurang nya pendapatan
mereka agar bisa disisihkn untuk pergi berlibur juga kecenderungan anak mereka yang lebih suka pergi berlibur bersama teman temannya.
5.3.3 Pendidikan