84
5.2.6 Informan Utama 6
Nama :
Darmauli Simamora Umur
: 44 tahun
Jenis kelamin :
Perempuan Riwayat pendidikan
: SMA
Agama :
Kristen Protestan Suku
: Batak Toba
Alamat :
Jl. Asrama gg. Rel Ibu darmauli adalah seorang ibu yang menjadi orang tua tunggal, ia sudah
menjadi orang tua tunggal selama 9 tahun, ia menjadi orang tua tunggal dikarenakan sang suami meninggal dunia. Saat peneliti mewawancarai ibu ini baru pulang dari
tempat kerjanya. Hal yang berbeda dialami nya sekarang ini setelah menjadi orang tua tunggal ialah jauh lebih sulit dalam mencukupi ekonomi keluarganya dikarena
kan sang suami yang menjadi pencari nafkah utama sudah tidak ada. Oleh karena itu ia harus berjuang sendiri untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Berikut
penuturannya : “saya menjadi orang tua tunggal semenjak suami saya meninggal, sudah ada
9 tahun lah, sangat berbeda sekarang sama dulu, kalau dulu suami yang kerja buat beli keperluan tapi karena sekarang saya sendiri, jadi ya saya yang kerja buat
keluarga” Ibu darmauli memiliki empat orang anak yang menjadi tanggungannya dalam
keluarga, anak nya yang pertama adalah anak laki laki bernama AS berumur 17 tahun, AS bekerja di bengkel las, ia masih bersekolah kelas 2 SMK, ia sekolah
sambil bekerja, ia bekerja sepulang sekolah bengkel las tempat ia bekerja letaknya tidak jauh dari rumahnya. Ia bekerja guna membantu ibunya memenuhi
Universitas Sumatera Utara
85
perekonomian keluarganya, gaji yang ia dapatkan dari bengkel las ialah Rp.200.000 per minggunya, gaji yang ia dapatkan sebagian ia berikan pada ibunya sebagian lagi
ia gunakan untuk keperluannya. Berikut penuturannya dari hasil wawancara terpisah yang peneliti lakukan :
“sambil sekolah aku kerja di bengkel las bang, di situ sambil menunjukan tempat ia bekerja yang tidak jauh dari rumahnya pulang sekolah aku makan dulu
baru ganti baju, siap itu lah baru kerja ya bantu bantu aja sih bang ga banyak , kalo gajian sebagian ku kasih ke mamak soalnya kan lumayan nambah nambah uang
belanja”AS, 17 tahun. Anaknya yang kedua merupakan anak laki laki bernama KS berumur 13
tahun, KS duduk di bangku sekolah kelas 2 di SMP swasta, diakrenakan bersekolah di swasta maka KS tidak mendapatkan dana Bantuan Operasional Sekolah BOS,
uang sekolah yang harus ia bayar perbulan nya ialah sebesar Rp.90.000. Anaknya yang ke tiga bernama ES berumur 11 tahun , ES duduk di bangku sekolah kelas 6
SD, ES tidak membayar uang sekolah dikarenakan ia mendapatkan dana Bantuan Operasional Sekolah BOS, adik perempuannya yang paling kecil bernama MS
berumur 10 tahun juga mendapatkan dana Bantuan Operasional Sekolah BOS sehingga juga tidak perlu membayar uang sekolah lagi. Menurut ibu Darmauli hal ini
sangat membantu nya karena mengurangi pengeluarannya untuk biaya pendidikan anak anaknya, namun ia tetap mengeluarkan biaya untuk membeli peralatan dan
perlengkapan sekolah anak anaknya. Ibu Darmauli bekerja di katering, ia membantu memasak bila ada pesanan
makanan katering, katering tempatnya bekerja tidak selalu mendapatkan pesanan, dan ia hanya bekerja bila ada pesanan.setidaknya dalam satu minggu ia hanya
bekerja tiga kali terkadang lima kali. Ibu Darmauli mendapatkan gaji sebesar
Universitas Sumatera Utara
86
Rp.80.000 per hari kerjanya, Ia merasa gajinya masih belum mencukupi kebutuhan hidup keluarganya juga pengeluaran lain seperti uang sekolah anak, listrik, uang
jajan anak dan perlengkapan sekolah mereka.berikut penuturannya : “saya kerja di katering punya tetangga disini dek, sehari gajinya 80 ribu tapi
saya nggak tiap hari gajiannya kalau ada pesanan aja, kadang mau seminggu Cuma tiga kali kadang kalau ramai pesanan bisa lima kali tergantung lah”.
Ibu darmauli tidak memiliki pekerjaan sampingan lain seperti ibu yang menjadi orang tua tunggal lainnya, ia juga tidak memiliki keterampilan lain yang dapat
menunjang ekonomi keluarganya. Rumah yang di tempati ibu Darmauli dan keluarga ialah rumah semi
permanen hal itu peneliti lihat saat melakukan wawancara dirumah informan, dinding rumah ibu ini setengahnya sudah di semen dan setengahnya lagi masih kayu,
dan lantainya sudah disemen namun tidak di keramik, juga atapnya yang terbuat dari genteng. Rumah yang mereka tempati bukan merupakan rumah milik mereka
pribadi, mereka menyewa rumah tersebut dengan sewa Rp.2.500.000 per tahunnya. Ibu Darmauli dan keluarganya masih belum memiliki Rumah sendiri milik pribadi,
ia dan keluarganya ingin memiliki rumah pribadi kelak agar mereka tidak menyewa lagi, hal ini juga di ungkapkan oleh anaknya yang peneliti wawancara secara
terpisah. Berikut penuturannya : “iya bang rumah kami sekarang ini kami sewa, pengen sih punya rumah
sendiri kaya orang lain tapi kondisi sekarang yang belum memungkinkan, nanti kalo aku udah besar aku mau kerja biar bisa punya rumah sendiri buat keluargaku
”MS, 10 tahun.
Meskipun begitu Ibu Darmauli dan keluarga tetap merasa bersyukur karena masih diberikan tempat untuk bernaung.
Universitas Sumatera Utara
87
Ibu Darmauli belum memahami betul tentang gizi, ia belum pernah mengikuti kegiatan penyuluhan gizi sebelumnya, informasi tentang gizi yang ia
dapat hanya dari tetangga tetangga juga kerabat kerabatnya yang ia dengar ketika berkumpul dengan mereka. Ia dan anak anaknya rata rata makan dua kali sehari, hal
ini dikarenakan ia dan anak anaknya yang tidak terlalu suka sarapan paling tidak bila pagi mereka biasanya hanya minum teh manis, meskipun begitu anak anaknya suka
makan sayur sayuran oleh karena itu setiap ia masak ia selalu menempatkan sayur pada menu makanan mereka. Sebelum anak anaknya berangkat ke sekolah ia
biasanya menyiapkan pakaian anak anaknya, setelah itu ia membuat teh manis untuk mereka setelah itu ia pun memasak untuk makan siang dikarenakan anak ia biasanya
bekerja dari pukul 10.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB. setelah memasak barulah ia berangkat ke tempat ia bekerja.namun pada saat jam makan siang ia selalu
menyempatkan kerumah dahulu untuk makan siang dirumah bersama anak anaknya yang juga sudah pulang sekolah setelah itu barulah ia kembali lagi ketempat ia
bekerja. Setelah makan anak anak nya pun membereskan rumah kemudian setalah selesai membereskan rumah mereka pun pergi bermain dengan teman teman di
lingkungannya. Pada sore hari setelah ia selesai bekerja ia pulang kerumah dan terkadang ia pun mengobrol dengan tetangga sekitar pada sore hari sekedar untuk
bercerita. Anak anak ibu Darmauli juga sering membantunya membersihkan rumah
mulai dari anak nya yang paling kecil hingga yang ke dua, anaknya yang pertama hanya membantu mencuci piring saja setelah makan siang dikarenaka ia harus
berkerja di tempat las. Hal ini di sampaikannya saat wawancara terpisah yang peneliti lakukan. Berikut penuturannya
Universitas Sumatera Utara
88
“kalau udah siap makan siang biasanya aku bantu cuci piring aja bang soalnya aku mau langsung ngelas, biasanya adik adik yang membereskan rumah
mereka bagi bagi tugas ada yang nyapu, ada yang nyuci dan ngepel biasanya mereka gantian, harus dibiasain soalnya kan bantu mamak juga kan udah capek
kerja”AS, 17 tahun. Ibu Darmauli dan keluarganya tidak memiliki jaminan kesehatan apapun, ia juga
tidak memiliki tabungan khusus untuk kesehatan keluarganya, untungnya hingga saat ini anak anaknya dan juga ibu Darmauli tidak pernah sakit yang berat, biasanya
kalau sakit hanya demam dan flu atau pilek, jika begitu mereka hanya mengonsumsi obat obatan yang bisa di beli di apotik atau warung.meskipun begitu ibu Darmauli
dan keluarganya mendapatkan bantuan dari pemerintah melalui Program Keluarga Harapan PKH. Hal ini di rasa sangat membantu kehidupan keluarganya.
Ibu Darmauli dan keluarganya juga sangat jarang berekreasi dikarenakan keterbatasan biaya karena menurutnya untuk bepergian pasti memerlukan biaya yang
akan dikeluarkan oleh karena itu sangat jarang ia dan keluarga pergi berekreasi setidaknya ia dan keluarga hanya berekreasi setahun sekali. Dari hasil wawancara
peneliti dengan anak dari ibu Darmauli Anak nya yang paling kecil mengatakan kalau ia juga sering berekreasi namun tidak bersama keluarga melainkan dari
sekolah, di sekolahnya memiliki kegiatan rutin yaitu berenang setiap sebulan dua kali menurutnya hal tersebut merupakan rekreasi untuknya. Berikut penuturan nya :
“kalau rekreasi sama keluarga jarang bang,aku biasanya berenang bang tiap sebulan dua kali tapi itu dari sekolah karena ada mata pelajarannya”MS, 10
tahun. Ibu Darmauli dan keluarganya jarang membeli pakaian baru biasanya mereka
membeli pakaian hanya pada saat natal dan tahun baru karena menurut mereka
Universitas Sumatera Utara
89
pakaian yang mereka pakai masih layak dan nyaman untuk dipakai dan juga merupakan hal yang terlalu boros melihat kondisi ekonomi keluarga mereka.
Saat peneliti menanyakan tentang pentingnya pendidikan untuk keluarganya ibu Darmauli mengatakan bahwa pendidikan sangat penting untuk keluarganya ia sebisa
mungkin berjuang guna pendidikan anak anaknya ia tidak ingin anak anaknya sampai tidak sekolah, menurut nya pendidikan yang membuat pola pikir anak
anaknya baik dalam berpikir dan berprilaku ia ingin anak anaknya berpendidikan lebih darinya. Kemudian peneliti menanyakan tentang adakah pendidikan yang ia
tanamkan kepada anaknya diluar sekolah ia mengatakan bahwa ia selalu menasehati anak anaknya agar rajin beribadah karena ibadah menjadi patokannya dalam
bertindak juga, ia juga menekankan agar anak anak nya sopan dimanapun berada, tahu caranya memposisikan diri dalam situasi apapun dan juga mengerti dengan
kondisi ibunya. Hal ini terlihat juga dari hasil pengamatan dan wawancara yang peneliti lakukan terhadap anak anaknya, mereka tidak pernah mengeluh dengan
keadaan yang mereka hadapi. Menurut ibu Darmauli seorang ibu yang menjadi orang tua tunggal harus
membiasakan diri hidup mandiri, tidak mudah mengeluh dan bersyukur, bukan lah hal mudah menjalankan peran ganda dalam keluarga dimana disatu sisi ia harus
menjadi pencari nafkah utama memenuhi kebutuhan keluarganya dan dilain sisi ia juga harus memberikan pendidikan dan pengarahan kepada anak anaknya harus bisa
membagi waktu agar tidak hanya sibuk di satu peran saja.
Universitas Sumatera Utara
90
5.2.7 Informan kunci 1