Kewenangan International Seabed Authority (ISA) Dalam Pelaksanaan Kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi Sumber Daya Mineral di Kawasan (Area) Dalam Perspektif Hukum Laut Internasional

(1)

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku

Amiruddin, dkk., Pengantar Metode Penelitian, Jakarta: PT Elexmedia, 2006.

Limbong, Bernhard., Poros Maritim, Jakarta: Margaretha Pustaka, 2015. Marzuki, Peter Mahmud., Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana Prenada

Media Grup, 2005.

Mauna, Boer., Hukum Internasional: Pengertian Peranan dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global, Bandung: PT Alumni, 2008.

Parthiana, I Wayan., Pengantar Hukum Internasional, Bandung: Bandar Maju, 1990.

Parthiana, I Wayan., Hukum Laut Internasional dan Hukum Laut Indonesia, Bandung: Yrama Widya, 2014.

Parthiana, I Wayan., Landas Kontinen Dalam Hukum Laut Internasional, Bandung: Bandar Maju, 2015.

Rahardjo, Satjipto., Ilmu Hukum, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2000. Sodik, Dikdik Mohammad., Hukum Laut Internasional dan

Pengaturannya di Indonesia, Bandung: Refika Aditama, 2011. Starke, J.G., Pengantar Hukum Internasional, Edisi ke-10, Jakarta: Sinar


(2)

Windari, Retno., Hukum Laut Zona-Zona Maritim Sesuai UNCLOS 1982

dan Konvensi-Konvensi Bidang Maritim, Jakarta: Badan

Koordinasi Keamanan Laut, 2009.

---., Pertemuan Kelompok Ahli “Implementasi Konvensi PBB Tentang Hukum Laut 1982 (UNCLOS): Refleksi Peringatan World Oceans Day”, Jakarta: Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan kementerian Luar Negeri RI, 2009.

2. Instrumen Hukum

Konvensi Hukum Laut III PBB (United Nations Convention on The Law of The Sea) 1982.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Ketentuan Pokok-Pokok Agraria.

3. Lembar Fakta

International Seabed Authority, Lembar Fakta V.3, tentang “Contractors for Seabed Exploration”, Mei 2014.

4. Artikel/Jurnal

---.,“Prinsip-Prinsip Hukum Umum Sebagai Sumber Hukum Internasional”.


(3)

Franckx, Erik.,2010, “The International Seabed Authority and The Common Heritage of Mankind: The Need for States to Establish the Outer Limits of Their Continental Shelf”, The International Journal of Marine and Coastal Law Vol. 25, Leiden: Martinus Nijhoff Publishers.

Hasibuan, Rosmi.,“Hak Lintas Damai (Right of Innocent Passage) Dalam pengaturan Hukum Laut Internasional”, USU Digital Library.

Ikeshima, Taisaku.,2012, “The Implementation Mechanism of The United Nations Convention on The Law of The Sea (UNCLOS): A General Overview”, Waseda Global Forum No. 9.

Soegiyono dan Mardianis, “Analisis Prinsip-Prinsip Hukum Internasional yang Mungkin Diterapkan Dalam Pengaturan Geostationary Orbit (GSO)”, Bidang Pengkajian Bahan Teknis Pussisgan LAPAN.

Tanaka, Yoshifumi.,2011, “Protection of Community Interests in International Law: The Case of The Law of The Sea”, Max Planck Yearbook of United Nations Law Vol. 15, Leiden : Koninklijke Brill N.V.

5. Pidato

Juwana, Hikmahanto., “ Hukum Internasional Dalam Konflik Kepentingan Ekonomi Negara Berkembang dan Negara Maju”,


(4)

disampaikan pada Upacara Pengukuhan Sebagai Guru Besar Tetap Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Indonesia, pada tanggal 10 November 2001, diakses dari http://bem.law.ui.ac.id. Jenie, Ismijati.,“Iktikad Baik Sebagai Asas Hukum” , disampaikan dalam

pidato pengukuhan Prof. Ismijati Jenie, diakses dari http://ugm.ac.id.

6. Slide

McFarlane, James A.R., “ISA, ICPC and Submarine Cables”, Centre of International Law & International Cable Protection Committee, disampaikan di National University of Singapore, pada tanggal 14-15 April 2011.

7. Website

www.academia.edu/7379620/Perkembangan_Hukum_Laut_Internasional http://bem.law.ui.ac.id

http://customlawyer.wordpress.com/2014/09/18/fokus-kajian-teori-kewenangan

http://dheetadheeto.blogspot.co.id/2013/07/hukum-laut-internasional.html http://geomagz.geologi.esdm.go.id/2013/07/nodul-polimetalik-perburuan-masa-depan-di-dasar-laut

www.isa.org

www.isa.org.jm/mineral-resources/55


(5)

http://karyatulisilmiah.com/sejarah-lahirnya-hukum-laut-internasional http://lautmaritim.blogspot.co.id/2013/03/hukum-maritim.html

http://ugm.ac.id


(6)

BAB III

PENGATURAN MENGENAI KAWASAN DASAR LAUT

INTERNASIONAL (AREA) DALAM HUKUM LAUT INTERNASIONAL

A. LatarBelakangdanPengertianPrinsipCommon Heritage of Mankind

Pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah Internasional menetapkan bahwa sumber-sumber hukum internasional yang dipakai oleh Mahkamah dalam mengadili suatu perkara terdiri dari : 1) perjanjian internasional (international conventions) yang berlaku untuk pihak-pihak yang terlibat; 2) kebiasaan internasional (international custom); 3) prinsip-prinsip umum hukum(general principles of law); dan 4) keputusan pengadilan (judicial decisions).

Pengertian dari prinsip hukum umum sendiri adalah nilai etik dan moral universal yang luhur, mulia dan agung yang telah berhasil ditanamkan didalam masyarakat umat manusia secara universal, yang menjiwai norma-norma hukum yang secara nyata mengikat masyarakat internasional.75Uraian di atas mengenai sumber hukum internasional berdasarkan Statuta Mahkamah Internasional jelas memperlihatkan bahwa prinsip-prinsip umum hukum mendapat posisi yang penting dalam memainkan peranan negara-negara dalam lingkup internasional. Prinsip-prinsip umum hukum tersebut menjadi landasan lahirnya dan berlakunya

75

Artikel “Prinsip-Prinsip Hukum Umum Sebagai Sumber Hukum Internasional”, http://hkm305.weblog.esaunggul.ac.id, diakses pada tanggal 15 Maret 2016 Pukul 17:09 WIB.


(7)

kaidah hukum internasional positif beserta cabang dari hukum internasional.

Dalam hukum internasional, ada suatu wilayah yang merupakan wilayah yang berada di luar yurisdiksi negara, yang dalam bahasa Inggris disebut sebagai commonage atau “wilayah bersama”.76 Dalam konteks hukum laut internasional, yang merupakan salah satu cabang dari hukum internasional, yang disebut dengan “wilayah bersama” berlaku dalam ketentuan mengenai kawasan dasar laut internasional (international seabed area). Prinsip wilayah bersama tersebut dikenal dengan istilah warisan bersama umat manusia(common heritage of mankind). Sebelum munculnya prinsip ini, dalam tatanan hukum laut internasional dikenal beberapa prinsip yang mendominasi seperti prinsip kebebasan dan prinsip kedaulatan.77

Prinsip common heritage of mankind(CHM) tidak hanya diberlakukan dalam konteks hukum laut internasional. Prinsip ini pada dasarnya diaplikasikan pada 3 (tiga) wilayah yang berupa78 :

1) wilayah Antartika, dimana prinsip ini dikaitkan dengan Perjanjian Antartika(Antartic Treaty) tahun 1961. Prinsip tersebut termuat dalam

76

Hikmahanto Juwana, Hukum Internasional Dalam Konflik Kepentingan Ekonomi

Negara Berkembang dan Negara Maju, Pidato yang disampaikan dalam Upacara Pengukuhan

Sebagai Guru Besar Tetap Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Indonesia, pada tanggal 10 November 2001, diakses dari http://bem.law.ui.ac.id pada tanggal 16 Maret 2016 pukul 13:29 WIB.

77

Yoshifumi Tanaka, “Protection of Community Interests in International Law: The Case

of the Law of the Sea”, Max Planck Yearbook of United Nations Law Vol. 15, Koninklijke Brill

N.V., Leiden, 2011, Hlm. 340. 78

Erik Franckx, dalam artikel yang berjudul “The International Seabed Authority and the

Common Heritage of Mankind: The Need for States to Establish the Outer Limits of Their Continental Shelf”, The International Journal of Marine and Coastal Law Vol. 25, Martinus


(8)

pernyataan“Antartica is in the interest of all mankind”, dimana prinsip CHM dalam aplikasi perjanjian ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut79 : (a) Antartika hanya digunakan untuk maksud damai; (b) Antartika tidak dapat dijadikan objek perselisihan; (c) larangan untuk melakukan tuntutan kedaulatan atau berdasarkan cara lain terhadap wilayah di Antartika, sumber daya, kegiatan-kegiatan yang dilakukan, mapun terhadap kebangsaan negara yang melakukan eksplorasi di Antartika; (d) kebebasan dalam penyelidikan ilmiah dalam rangka meningkatkan kerja sama internasional di Antartika; (e) pihak yang melakukan observasi mempunyai kebebasan akses; dan (f) pencadangan sumber daya Antartika.

2) wilayah ruang angkasa (outer space), yang disebutkan dalam Space Treaty 1967. Dalam pasal 1 terdapat istilah “shall be carried out for the benefit and the interests of all countries” dan “shall be province

of all mankind”, yang mempunyai pengertian yaitu80 : (a) antariksa

tidak dapat dimiliki tetapi dimanfaatkan bagi kepentingan semua negara; (b) antariksa merupakan wilayah kepentingan bersama umat manusia.Prinsip CHM juga disebutkan dalam Perjanjian Bulan(Moon Agreement) tahun 1979 dan ;

79

Soegiyono dan Mardianis dalam artikel “Analisis Prinsip-Prinsip Hukum Internasional

yang Mungkin Diterapkan Dalam Pengaturan Penggunaan Geostationary Orbit (GSO)”, Ridang

Pengkajian Bahan Teknis, Pussisgan LAPAN, Hlm. 122. 80


(9)

3) wilayah dasar laut, yang disebutkan dalam UNCLOS 1982. Dalam konteks hukum laut, prinsip common heritage of mankind termuat dalam pasal 136 UNCLOS 1982 yang berbunyi :

“The Area and its resources are the common heritage of mankind.”

UNCLOS 1982 tidak mengatur pengertian prinsip CHM secara konkrit. Namun, prinsip tersebut dapat diartikan sebagai kawasan dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya merupakan warisan bersama umat manusia. Beberapa pandangan mengungkapkan bahwa dalam pengaplikasiannya, prinsip CHM dapat diartikan sebagai berikut81 :

1) CHM tidak dapat dimiliki tetapi dapat digunakan;

2) CHM mensyaratkan sistem manajemen penggunaan secara menyeluruh;

3) CHM mempunyai implikasi terhadap pembagian manfaat secara aktif. Tidak hanya secara finansial tetapi juga manfaat yang diperoleh dan manajemen secara menyeluruh seperti alih teknologi yang dihasilkan;

4) CHM ditujukan untuk maksud-maksud damai; 5) Pencadangan terhadap generasi yang akan datang.

Kemunculan prinsipcommon heritage of mankindini dilatarbelakangi oleh kemajuan teknologi pertambangan dasar laut yang kemudian menyebabkan dimungkinkannya kegiatan eksplorasi dan

81


(10)

eksploitasi sumber daya mineral yang terkandung di wilayah Kawasan (area).Pada tahun 1873, ekspedisi kapal Challenger telah menemukan barang tambang nodul polimetal dengan ukuran sebesar kentang yang berserakan di sebagian besar dari dasar laut samudera dalam di luar landas kontinen pada kedalaman 3500 meter.82Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pemerintah Amerika Serikat mengungkapkan bahwa Kawasan Clarion-Clipperton di Samudera Pasifik mengandung sebanyak 1,5 trilyun ton barang tambang nodul polimetal. Barang tambang ini terdiri dari 30 (tiga puluh) jenis, tetapi hanya empat jenis yang dapat diperdagangkan dewasa ini, yaitu tembaga, kobal, nikel dan mangan.83

Teknologi pertambangan dasar laut saat itu hanya dimiliki oleh beberapa negara tertentu. Negara-negara yang berteknologi maju secara leluasa dapat mengeksploitasi sumber daya alam sampai pada landas kontinen sedangkan negara-negara yang sedang berkembang ternyata hanya dapat mengeksploitasi dalam jangkauan yang terbatas, bahkan ada yang sama sekali tidak bisa mengeksploitasinya.84 Kondisi ini mengakibatkan timbulnya permasalahan hukum mengenai batas luar landas kontinen yang tidak diatur secara jelas dalam Konvensi Hukum Laut Jenewa 1958.

82

Dikdik Mohammad Sodik, Op. Cit., Hlm. 192 sebagaimana termuat dalam R.R. Churchill and A.V. Lowe, “The Law of The Sea”, Juris Publishing, Manchester University, 1999, Hlm. 107.

83

Ibid, sebagaimana termuat dalam Jack Barkenbus, “Deep Sea-Bed Resources (Politics and Technology)”, A Division of Macmillan Publishing Co. Inc, New York and Macmillan

Publishers, 1979, Hlm. 32-33. 84


(11)

Permasalahan mengenai kawasan dasar laut dan landas kontinen ini kemudian mulai dipertimbangkan dalam sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1967. Dalam sidang tersebut, seorang delegasi yang merupakan perwakilan negara Malta melalui duta besarnya yaitu Arvid Pardo mengusulkan bahwa kekayaan alam yang berupa sumber daya mineral yang terkandung di dalam kawasan dasar laut internasional menjadi warisan bersama umat manusia. Usulan ini kemudian menjadi dasar terbentuknya Resolusi Majelis Umum PBB (United Nations General Assembly Resolution)Nomor 2749 (XXV) tahun 1970yang menyatakan bahwa85:

(1) The sea-bed and ocean floor, and the subsoil thereof, beyond the

limits of national yurisdiction (here in after referred to as the Area), as well as the resources of the Area, are the common heritage of mankind;

(2) The Area shall not be subject to appropiation by any means by States

or persons, natural or juridicial, and no State shall claim or exercise sovereignty or sovereign rights over any parts thereof;

(3) No States or persons, natural or juridicial shall claim, or exercise acquire rights with respect to the Area or its resources incompatible with the international law regime to be established and the principles of this Declaration minerals;

85


(12)

(4) All activities regarding the exploration and exploitation of the resources of the Area and other related activities shall be governed by the international regime to be established.

Resolusi ini kemudian menjadi dasar terbentuknya Resolusi Majelis Umum PBB Nomor 2750 (XXV) tahun 1970 yang mengamanatkan kepada Komite Dasar Laut PBB (United Nations Sea-Bed Committee) untuk menyelenggarakan Konferensi Hukum Laut III yang kemudian diselenggarakan pada tahun 1973. Sebagaimana yang telah Penulis uraikan dalam bab sebelumnya, Konferensi Hukum Laut III menjadi tonggak lahirnya Konvensi Hukum Laut III yang merupakan ketentuan hukum mengenai rezim-rezim hukum laut internasional, salah satunya mengenai Kawasan, serta Badan Otorita Dasar Laut Internasional (International Seabed Authority) yang menjadi pelaksana dari prinsip common heritage of mankind tersebut.

B. PengertianKawasan(Area)

Dalam penulisan skripsi ini, istilah “Kawasan” mengacu kepada Kawasan dasar laut internasional (international seabed area). Pengertian dari kawasan sebagaimana termuat dalam pasal 1 ayat (1) UNCLOS yaitu dasar laut dan dasar samudera dalam serta tanah di bawahnya di luar batas-batas yurisdiksi nasional suatu negara.

Perlu digarisbawahi bahwa kawasan dasar laut yang dimaksud dalam pasal tersebut berbeda dengan kawasan dasar laut pada landas


(13)

kontinen sebagaimana dijelaskan dalam bab sebelumnya, sebab kawasan dasar laut pada landas kontinen masih termasuk dalam yurisdiksi suatu negara pantai, walaupun dalam landas kontinen juga diberikan hak berdaulat bagi negara pantai untuk mengadakan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi sumber kekayaan alam86 (khususnya mineral-mineral) yang juga merupakan inti dari kegiatan yang dilaksanakan di wilayah Kawasan.

C. Wilayah yang TermasukdalamKawasan(Area)

Sebelumnya Penulis telah menguraikan bahwa wilayah yang termasuk dalamKawasan(Area) adalah kawasan dasar laut dan dasar samudera-dalam serta tanah di bawahnya di luar batas-batas yurisdiksi nasional suatu negara. Berdasarkan defenisi tersebut maka dapat diidentifikasikan bahwa Kawasan tersebut meliputi beberapa hal berikut87 :

1. Dasar laut dan dasar samudera dalam serta tanah di bawahnya (seabed and ocean floor and subsoil thereof)

Kawasan terdiri dari dasar laut dan dasar samudera-dalam serta tanah di bawahnya.88 Menurut I Wayan Parthiana, pengertian tersebut harus dipisahkan menjadi 2 (dua) macam dasar laut serta tanah di bawahnya, yakni89:

86

Pasal 77 ayat (1) UNCLOS 1982 menyebutkan bahwa negara pantai menjalankan hak berdaulat di landas kontinen untuk tujuan mengeksplorasinya dan mengeksploitasi sumber kekayaan alamnya.

87

I Wayan Parthiana, Op. Cit., Hlm. 218-219. 88

Lihat Pasal 1 ayat (1) UNCLOS 1982. 89


(14)

a. Dasar laut dan dasar samudera-dalam serta tanah di bawahnya, dan;

b. Dasar laut serta tanah di bawahnya (tanpa ada dasar samudera dalam).Penafsiran ini, menurut I Wayan Parthiana, lebih luas jangkauannya, karena jika pengertian Kawasan hanya sebatas pada dasar laut serta tanah di bawahnya saja dan tanpa disertai dengan dasar samudera-dalam serta tanah di bawahnya seperti pada penafsiran (a), maka hal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai Kawasan, walaupun wilayah tersebut berada di luar yurisdiksi nasional. Misalnya, ketika dasar laut serta tanah di bawahnya yang terletak antara Australia dan New Zealand, hal ini akan menimbulkan pertanyaan mengenai pada yurisdiksi siapakah dasar laut serta tanah di bawahnya tersebut.

2. Berada di luar yurisdiksi nasional (beyond the limits of national jurisdiction)

Bahwa Penulis mengkaji kawasan sebagaimana diuraikan di atas; yaitu yang terdiri dari dasar laut dan dasar samudera-dalam serta tanah di bawah dari keduanya, dapat dibagi menjadi 2 (dua) macam, yakni berada dalam yurisdiksi nasional dan di luar batas yurisdiksi nasional. Dasar laut serta tanah di bawahnya yang berada dalam yurisdiksi nasional jugaterbagi atas 2 (dua) macam, yaitu90 :

90


(15)

a. dasar laut serta tanah di bawahnya yang terletak di bawah laut teritorial yang tentu saja merupakan bagian wilayah negara pantai; b. dasar laut serta tanah di bawahnya yang terletak di luar laut

teritorial tetapi bersambungan dengan pantai sampai pada jarak lebar maksimum 200 mil laut atau di kawasan tertentu sampai pada jarak maksimum 350 mil laut diukur dari garis pangkal yang disebut dengan landas kontinen. Landas kontinen, seperti yang telah Penulis uraikan pada bab sebelumnya, merupakan zona maritim yang berada di dalam yurisdiksi nasional suatu negara pantai. Garis batas luar landas kontinen inilah yang merupakan batas terluar dari yurisdiksi nasional negara-negara pantai. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa dasar laut dan dasar samudera-dalam serta tanah di bawahnya yang berada di luar dari batas luar landas kontinen yang disebut dengan Kawasan.

Dilihat dari penjelasan tersebut, wilayah yang termasukdalamKawasandigambarkan dalam warna merah pada gambar berikut.


(16)

Gambar 1 Wilayah “Kawasan” atau “Area”

Sumber :Slide Presentasi mengenai “ISA, ICPC, and Submarine Cables”, Centre of

International Law& International Cable Protection Committee, oleh James A.R McFarlane, Head Office of Resources and Environmental Monitoring, International Seabed Authority, yang disampaikan di National University of Singapore, pada tanggal 14-15 April 2011, Hlm. 3.

D. KekayaanAlam yang Terdapat di Kawasan(Area)

Dalam Bab I, Penulis telah menyebutkan bahwa Kawasan memiliki kekayaan yang dinamakan dengan mineral-mineral.91 Mineral-mineral yang dihasilkan dari Kawasan bersifat padat, cair atau gas in situ dan termasuk nodul-nodul polimetalik (polymetallic nodules).

Kekayaan alam di Kawasan yang berupa mineral-mineral sebagaimana diuraikan oleh Arvid Pardo pada Sidang Majelis Umum PBB ke-22 pada tanggal 17 Agustus 1987 antara lain dapat Penulis uraikan sebagai berikut92 :

91

Lihat Pasal 133 huruf b UNCLOS 1982. 92


(17)

1. Aluminium sebanyak 43 milyar ton, equivalen dengan kebutuhan dunia untuk 20.000 tahun menurut kebutuhan dunia akan aluminium tahun 1960. Sedang persediaan aluminium darat diperkirakan hanya cukup untuk 100 tahun;

2. Mangan sebanyak 350 milyar ton, equivalen dengan kebutuhan dunia untuk 400.000 tahun. Sedang cadangan mangan dari darat hanya cukup untuk kebutuhan 100 tahun;

3. Tembaga sebanyak 7,9 milyar ton, equivalen dengan kebutuhan dunia untuk 6.000 tahun. Sedangkan cadangan tembaga yang terdapat di darat hanya cukup untuk kebutuhan dunia selama 40 tahun;

4. Zirconium hampir 1 milyar ton, equivalen dengan kebutuhan dunia untuk 100.000 tahun sedang cadangan zirconiumyang terdapat di darat hanya cukup untuk 100 tahun;

5. Nikel sebanyak 14,7 milyar ton, equivalen dengan kebutuhan dunia untuk 150.000 tahun. Sedangkan cadangan nikel yang terdapat di darat hanya cukup untuk 100 tahun;

6. Kobalt sebanyak 5,2 milyar ton, equivalen dengan kebutuhan dunia untuk 200.000 tahun. Sedangkan cadangan kobalt yang terdapat di darat hanya cukup untuk 40 tahun;

7. Molibdenum sebanyak ¾ milyar ton, equivalen dengan kebutuhan dunia untuk 300.000 tahun. Sedangkan cadangan molibdenum yang terdapat di darat hanya cukup untuk 40 tahun.


(18)

Kekayaan mineral di kawasan, dalam hal ini yang terletak di Samudera Pasifik, juga meliputi gumpalan nodul yang berisikan: 207 milyar ton biji besi, sekitar 10 milyar ton titanium, 25 milyar ton magnesium, 1,3 ton timah hitam, 800 milyar ton vanadium, dan lain-lain.

Badan Otorita Dasar Laut Internasional (International Seabed Authority) pada dasarnya mengelompokkan mineral-mineral tersebut menjadi 3 (tiga) deposit mineral, yakni sebagai berikut93 :

a) Nodul Polimetalik (Polymetallic Nodules)

Nodul Polimetalik (polymetallic nodules) merupakan jenis deposit mineral yang memiliki potensi mineral yang berupa nikel, tembaga, kobalt dan mangan. Daerah dengan nodul polimetalik terbesar terdapat di dasar Samudera Pasifik94 serta Kawasan Clarion-Clipperton (Clarion-Clipperton fracture zone) yang berada di daerah lepas pantai barat Meksiko95, dengan kedalaman rata-rata 4.000 sampai dengan 6.000 meter di bawah permukaan laut.

Eksplorasi nodul-nodul polimetalik (polymetallic nodules) yang ada di Kawasan diatur dalam Peraturan ISA, yaitu The Regulations on Prospecting and Exploration for Polymetallic Nodules in the Area, yang ditandatangani pada tanggal 13 Juli 2000, dan telah

93

http://isa.org, diakses pada tanggal 17 Maret 2016 Pukul 17:44 WIB. 94

http://geomagz.geologi.esdm.go.id/nodul-polimetalik-perburuan-masa-depan-di-dasar-laut/, diakses pada tanggal 19 Maret 2016 Pukul 23:37 WIB.

95

http://www.isa.org.jm/mineral-resources/55, diakses pada tanggal 19 Maret 2016 Pukul 23:48 WIB.


(19)

amandemen pada tanggal 25 Juli 2013 dan 24 Juli 2014. Sejauh ini, ISA telah mengantongi kontrak eksplorasi dengan 7 (tujuh) entitas dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2006, dan dengan 5 (lima) entitas lainnya pada tahun 201196 serta 1 (satu) entitas di tahun 2015. Kegiatan eksplorasi nodul polimetalik tersebut tersebar di dua wilayah, yaitu kawasan Clarrion-Clipperton (11 perusahaan) dan kawasan Samudera Hindia atau Central Indian Ocean Basin (1 perusahaan).97 Salah satu perusahaan yang mengeksplorasi deposit mineral ini adalah perusahaan Nauru Ocean Resources Inc. yang disponsori oleh Republik Nauru. Perusahaan ini memulai kontrak dengan ISA untuk mengekplorasi nodul polimetalik di kawasan Clarion-Clipperton pada tanggal 22 Juli 2011 dan akan berakhir pada tanggal 21 Juli 2026. Ketiga belas perushaan (enterprise)yang mengeksplorasi mineral dengan jenis nodul polimetalik (polymetallic nodules) termuat dalam tabel berikut :

96

http://www.isa.org.jm/mineral-resources/55, diakses pada tanggal 19 Maret 2016 Pukul 23:48 WIB.

97


(20)

Tabel 1 Daftar Status Kontrak Eksplorasi Nodul Polimetalik (Polymetallic Nodules)

No Kontraktor Tanggal

masuk (sesuai kontrak) Negara Sponsor Lokasi eksplorasi sesuai kontrak Luas wilayah (dalam km) Tanggal berakhir nya kontrak

1. Interoceanmetal Joint

Organization

29 Maret 2001 Bulgaria, Kuba, Republik Ceko, Polandia, Federasi Rusia dan Slovakia

Kawasan Clarion-Clipperton

75.000 28 Maret 2016

2. Yuzhmorgeolog iya

29 Maret 2001

Federasi Rusia Kawasan Clarion-Clipperton

75.000 28 Maret 2016

3. Pemerintah Republik Korea

27 April 2001 Kawasan Clarion-Clipperton

75.000 26 April 2016

4. China Ocean Mineral

Resources and

22 Mei 2001 China (Republik Rakyat

Kawasan Clarion-Clipperton

75.000 21 Mei 2016


(21)

Development Association

Tiongkok)

5. Deep Ocean Resources Co. Ltd.

20 Juni 2001 Jepang Kawasan Clarion-Clipperton

75.000 19 Juni 2016

6. Institut français de

recherche pour l'exploitation de la

mer

20 Juni 2001 Perancis Kawasan Clarion-Clipperton

75.000 19 Juni 2016

7. Pemerintah India

25 Maret 2002

Samudera Hindia

75.000 24 Maret 2017 8. Federal Institute

for

Geosciences and Natural

Resources of Germany

19 Juli 2006 Jerman Kawasan Clarion-Clipperton

75.000 18 Juli 2021

9. Nauru Ocean Resources Inc.

22 Juli 2011 Nauru Kawasan Clarion-Clipperton

75.000 21 Juli 2026


(22)

Mining Limited 2012 Clarion-Clipperton

2027

11. UK Seabed Resources Ltd.

8 Februari 2013

Kerajaan Inggris Raya (Kepulauan Britania dan Irlandia Utara)

Kawasan Clarion-Clipperton

58.620 7 Februari 2028

12. G TEC Sea Mineral

Resources NV

14 Januari 2013

Belgia Kawasan Clarion-Clipperton

76.728 13 Januari 2028

13. Ocean Mineral Sinagpore Pte Ltd.

22 Januari 2015

Singapura Kawasan Clarion-Clipperton (tidak disebutkan dalam website)

21 Januari 2030

Sumber : International Seabed Authority Fact Sheet V.3, “Contractors For Seabed

Exploration”, 2014,Hlm. 2, dan

http://www.isa.org.jm/deep-seabed-minerals-contractors/overview diakses pada tanggal 21 Maret 2016 Pukul 19:40 WIB.

b) Deposit Sulfida (Polymetallic Sulphides)

Deposit sulfida didominasi oleh mineral yang berupa tembaga, timah dan seng, serta sebagian emas dan perak.98 Kegiatan

98

http://www.wikiwand.com/id/Penambangan_bawah_laut, diakses pada tanggal 21 Maret 2016 Pukul 19:53 WIB.


(23)

eksplorasi polymetallic sulphides yang ada di Kawasan diatur dalam Peraturan ISA, yaitu The Regulations on Prospecting for Polymetallic Sulphides in the Area, yang ditandatangani pada tanggal 7 Mei 2010, dan telah di-amandemen pada tanggal 25 Juli 2013 dan 24 Juli 2014.99 Saat ini, ada 5 (lima) perusahaan yang mengeksplorasi mineral jenis sulfida, yang tersebar di Samudera Hindia dan Samudera Atlantik. Mineral jenis ini berada pada kedalaman 1.400 sampai dengan 3.700 meter di bawah permukaan laut. Kelima entitas yang mengeksplorasi mineral sulfida tersebut termuat dalam tabel 2 berikut ini :

Tabel 2 Daftar Status Kontrak Eksplorasi Deposit Sulfida(Polymetallic Sulphides)

Kontraktor Tanggal masuk (sesuai kontrak) Negara Sponsor Lokasi eksplorasi sesuai kontrak Luas wilaya h (dalam km) Tanggal berakhir nya kontrak

China Ocean Mineral Resources 18 November 2001 China (Republik Rakyat Daerah Barat Daya Samudera

10.000 17 Novemb er 2026

99

http://www.isa.org.jm/mineral-resources/55, diakses pada tanggal 19 Maret 2016 Pukul 23:49 WIB.


(24)

Research and Development Association

Tiongkok) Hindia

Pemerintah Federasi Rusia 29 Oktober 2012 Kawasan Clarion-Clipperton

75.000 28 Maret 2016

Pemerintah Republik Korea

27 April 2001

Korea Daerah pertengahan Samudera Atlantik

10.000 28 Oktober 2027 Institut français de recherche pour l'exploitation de la mer 18 November 2014

Perancis Pertengahan Samudera Atlantik

10.000 17 Novemb er 2029

Federal

Institute for Geosciences and Natural Resources of The Federal Republic of

6 Mei 2015

Jerman Pusat Samudera Hindia (tidak disebut kan dalam website )

5 Mei 2030


(25)

Germany

Sumber : International Seabed Authority Fact Sheet V.3, “Contractors For Seabed

Exploration”, 2014,Hlm. 2, dan

http://www.isa.org.jm/deep-seabed-minerals-contractors/overview diakses pada tanggal 21 Maret 2016 Pukul 19:51 WIB.

c) Kulit Mangan (Ferromanganese Crusts)

Kulit mangan merupakan kelompok mineral yang didominasi oleh kobalt, sebagian vanadium, molibdenum serta platinum.100Kegiatan eksplorasi kerak mangan atau feromanganese crusts yang ada di Kawasan diatur dalam Peraturan ISA, yaitu The Regulations on Prospecting for Cobalt-rich Feromanganese Crusts in the Area, yang ditandatangani pada tanggal 27 Juli 2012, dan telah di-amandemen pada tanggal 25 Juli 2013. Sampai saat ini, ada 4 (empat) entitas yang melaksanakan kegiatan eksplorasi kulit mangan, yang dijelaskan dalam tabel berikut :

100

http://www.wikiwand.com/id/Penambangan_bawah_laut, diakses pada tanggal 21 Maret 2016 Pukul 19:53 WIB.


(26)

Tabel 3 Daftar Status Kontrak Eksplorasi Kulit Mangan (Ferromanganese Crusts)

No Kontraktor Tanggal

masuk (sesuai kontrak) Negara Sponsor Lokasi eksplorasi sesuai kontrak Luas wilayah (dalam km) Tanggal berakhir nya kontrak

1. Japan Oil, Gas and Metals National Corporation

27 Januari 2014

Jepang Bagian barat Samudera Pasifik

3.000 26 Januari 2029

2. China Ocean Mineral Resources Research and Development Association

29 April 2014 China (Republik Rakyat Tiongkok) Bagian barat Samudera Pasifik

3.000 28 April 2029

3. Kementerian

Sumber Daya Alam dan Lingkungan Federasi Rusia

10 Maret 2015 Federasi Rusia Pegunungan Magellan, Samudera Pasifik (tidak disebutkan dalam website)

9 Maret 2030


(27)

4. Companhia De Pesquisa de Rescurcos Minerais

9

November 2015

Brazil Rio Grande Rise, Selatan Samudera Pasifik (tidak disebutkan dalam website) 8 November 2030

Sumber : International Seabed Authority Fact Sheet V.3, “Contractors For Seabed

Exploration”, 2014,Hlm. 2, dan

http://www.isa.org.jm/deep-seabed-minerals-contractors/overviewdiakses pada tanggal 21 Maret 2016 Pukul 20:35 WIB.

E. PengakomodasianSemuaKegiatan di Kawasan(Area)dan di

DalamLingkunganLaut

Kegiatan di kawasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 ayat (3) UNCLOS 1982 adalah segala kegiatan eksplorasi dan eksploitasi kekayaan kawasan. Kegiatan-kegiatan tersebut harus diorganisasikan, dilaksanakan, dan dikendalikan oleh ISA atas nama umat manusia sebagai suatu keseluruhan sesuai dengan ketentuan serta prosedur hukum laut internasional dan ISA yang relevan.101 Kegiatan-kegiatan di Kawasan juga harus dilaksanakan dengan memperhatikan secara layak kegiatan-kegiatan lainnya dalam lingkungan laut.102

Lingkungan laut (marine environment) adalah lingkungan laut di atas Kawasan, yang merupakan 2 (dua) wilayah yang terdekat dengan Kawasan, yakni laut lepas dan juga lingkungan laut yang berupa zona

101

Lihat Pasal 153 ayat (1) UNCLOS 1982. 102


(28)

ekonomi eksklusif.103 Sementara itu, kegiatan-kegiatan lain dalam lingkungan laut harus dilakukan dengan memperhatikan selayaknya kegiatan-kegiatan di Kawasan.104

Kegiatan-kegiatan di Kawasan serta di dalam lingkungan laut (dalam wilayah yang dimaksudkan di atas) harus diakomodasikan, sebab dikhawatirkan jika tidak ada pengakomodasian kegiatan di wilayah tersebut maka akan timbul benturan kegiatan serta akan berdampak pada kegiatan itu sendiri satu sama lain. Pengakomodasian kegiatan ini diatur dalam pasal 147 UNCLOS 1982. Pengakomodasian kegiatan tersebut dilaksanakan dengan cara memperhatikan kegiatan-kegiatan lainnya baik di Kawasan maupun dalam lingkungan laut secara timbal balik, sesuai yang diamanatkan dalam Pasal 147 ayat (1) dan ayat (3) UNCLOS 1982.

Dalam pasal 147 ayat (2) UNCLOS 1982 diatur mengenai instalasi-instalasi yang digunakan khusus untuk melakukan kegiatan-kegiatan di Kawasan, yang harus memebuhi syarat sebagai berikut :

1. Instalasi-instalasi itu harus dibangun, ditempatkan dan dipindahkan semata-mata sesuai dengan Bab XI UNCLOS 1982 dan tunduk pada ketentuan-ketentuan, peraturan-peraturan dan prosedur-prosedur ISA. Pihak-pihak yang ingin membangun, menempatkan dan memindahkan instalasi tersebut harus memberi pemberitahuan terlebih dahulu kepada ISA atas maksud dilakukannya kegiatan tersebut. Kemudian

103

Bandingkan dengan I Wayan Parthiana, Op. Cit., Hlm. 228. 104


(29)

pihak pembangun atau pemilik instalasi tersebut juga berkewajiban untuk memelihara secara tetap dan berkesinambungan serta memberitahukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan tentang adanya instalasi tersebut.105

2. Instalasi-instalasi tersebut tidak boleh dibangun di tempat yang dapat menimbulkan gangguan terhadap penggunaan alur-alur laut yang diakui penting untuk pelayaran internasional atau di daerah-daerah di mana terdapat kegiatan penangkapan ikan yang cukup padat.

3. Zona-zona pengaman harus diadakan di sekitar instalasi-instalasi tersebut dengan tanda-tanda yang layak, untuk menjamin keselamatan baik pelayaran maupun maupun instalasi-instalasi tersebut. Konfigurasi dan letak zona-zona pengaman tersebut tidak boleh sedemikian rupa sehingga membentuk suatu jalur, yang menghalangi jalan masuk yang sah dari kapal-kapal ke zona maritim tertentu atau pelayaran melalui alur-alur laut internasional.

4. Instalasi-instalasi demikian harus digunakan semata-mata untuk maksud-maksud damai.

5. Instalasi-instalasi tersebut tidak memiliki status sebagai pulau. Instalasi-instalasi tersebut tidak memiliki laut teritorial sendiri,

105


(30)

dan kehadirannya tidak mempengaruhi penetapan garis batas laut teritorial, zona ekonomi eksklusif atau landas kontinen.

F. Status HukumKawasan, KekayaanAlamKawasan, Wilayah

PerairanLautDi Atas Kawasandan Wilayah Udara Di

AtasKawasan(Area)

1. Status Hukum Kawasan dan Kekayaan Alam di Kawasan

Kawasan, sebagaimana disebutkan dalam pasal 1 ayat (3) UNCLOS merupakan wilayah milik bersama umat manusia (common heritage of mankind). Sebagaimana yang telah Penulis uraikan sebelumnya, UNCLOS 1982 tidak ada mengatur pengertian prinsip tersebut secara konkrit sehingga timbul berbagai pandangan mengenai penerapan prinsip tersebut yang dapat diuraikan kedalam 5 (lima) pandangan. Atas dasar prinsip tersebut, status hukum Kawasan dapat diartikan sebagai berikut106 :

a) Dapat digunakan tetapi tidak dapat dimiliki

Status hukum Kawasan adalah di luar batas yurisdiksi nasional dari setiap negara, baik negara pantai (coastal states) maupun negara tak berpantai (land-lock states).107Di luar batas yurisdiksi nasional, semua negara mempunyai pelbagai kebebasan di laut lepas, termasuk pemanfaatan sumber daya alam mineral yang terkandung

106

Soegiyono dan Mardianis, Op. Cit., Hlm. 122. 107


(31)

di kawasan dasar laut internasional berdasarkan prinsip CHM.108 Namun, adanya kebebasan tersebut tidak berarti bahwa negara-negara dapat memiliki wilayah Kawasan. Tidak satu negara-negarapun boleh menuntut atau melaksanakan kedaulatan atau hak-hak berdaulatnya atas bagian manapun dari Kawasan, serta tidak ada negara, badan hukum ataupun perseorangan yang boleh mengambil tindakan pemilikan terhadap bagian Kawasan manapun(Pasal 137 UNCLOS 1982). Berdasarkan uraian tersebut di atas jelaslah bahwa Kawasan dapat digunakan, namun tidak dapat dimiliki seperti yang disebutkan dalam uraian (a) ini.

b) Membutuhkan suatu sistem manajemen yang

mengikutsertakan semua yang menggunakannya

Kegiatan di Kawasan sebagaimana disebutkan dalam pasal 1 ayat (3) UNCLOS 1982 meliputi kegiatan eksplorasi dan eksploitasi dengan prosedur yang telah ditetapkandalam UNCLOS 1982. Tidak hanya kegiatan eksplorasi dan eksploitasi, kegiatan yang dilaksanakan di Kawasan juga dapat berupa penelitian ilmiah, pemasangan instalasi, dan kegiatan-kegiatan lainnya. Maka, pelaksanaan kegiatan-kegiatan di Kawasan membutuhkan suatu sistem manajemen atau pengaturan, dimana pengaturan tersebut bersifat mengikat pada seluruh pihak yang “menggunakan” wilayah Kawasan, sebagaimana dimaksud dalam poin (b).

108


(32)

c) Mengandung implikasi pemanfaatan bersama secara aktif terhadap keuntungan finansial, pertukaran, dan alih teknologi yang dihasilkan

Pemanfaatan mineral-mineral di Kawasan harus membantu pengembangan ekonomi dunia yang sehat dan pertumbuhan perdagangan internasional yang berimbang.109 Tidak hanya secara finansial, namun juga dalam hal alih teknologi. Kegiatan di Kawasan dilakukan untuk memperoleh teknologi dan pengetahuan ilmiah yang bertalian dengan kegiatan-kegiatan di Kawasan tersebut serta untuk memajukan dan mendorong alih teknologi dan pengetahuan ilmiah kepada negara-negara berkembang yang akhirnya dapat memberikan manfaat bagi seluruh negara peserta UNCLOS 1982.110

d) Mengandung implikasi reservasi terhadap program-program yang bersifat damai

Penggunaan kawasan juga dilakukan semata-mata untuk maksud-maksud damai. Artinya adalah bahwa Kawasan terbuka untuk digunakan dengan maksud-maksud damai oleh semua negara, baik negara pantai (coastal state) maupun negara tak berpantai (land-locked state), tanpa adanya diskriminasi dan tanpa mengurangi ketentuan-ketentuan Bab XI UNCLOS 1982 yang mengatur

109

Lihat Pasal 150 UNCLOS 1982. 110


(33)

mengenai Kawasan. Isi pasal 141 UNCLOS 1982 tersebut sesuai dengan poin (d) ini.

e) Mengandung implikasi tidak akan mengganggu kepentingan di masa mendatang

Menurut Penulis, Poin (e) ini mengandung arti bahwa pemanfaatan kawasan harus disesuaikan dengan ketentuan yang terdapat dalam UNCLOS 1982 serta ketentuan ataupun prosedur lainnya yang ditetapkan oleh ISA. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi gangguan baik bagi negara, badan hukum, maupun perseorangan lainnya di kemudian hari. Misalnya, terjadinya pencemaran laut, atau kejadian-kejadian berbahaya lainnya, di masa yang akan datang.

Sementara itu, mengenai status hukum kekayaan alam yang berupa mineral-mineral di Kawasan, Pasal 137 ayat (2) UNCLOS 1982 menyatakan bahwa segala hak terhadap kekayaan-kekayaan di Kawasan ada pada umat manusia sebagai suatu keseluruhan, dan atas dasar inilah Otorita atau ISA akan bertindak. Pasal tersebut juga menyebutkan bahwa mineral-mineral di Kawasan tidak dapat dialihkan, kecuali jika pengalihan tersebut dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Bab XI UNCLOS 1982 serta peraturan dan prosedur yang ditetapkan ISA.

Pasal 137 ayat (3) juga menjelaskan bahwa tidak satu negara, badan hukum atau perseoranganpun boleh menuntut, memperoleh atau melaksanakan hak-hak yang bertalian dengan mineral-mineral yang dihasilkan dari Kawasan, kecuali jika dilakukan sesuai dengan ketentuan


(34)

Bab XI UNCLOS 1982. Jika kegiatan tersebut dilakukan tidak berdasarkan ketentuan Bab XI tersebut, maka tidak satupun juga tuntutan, perolehan atau pelaksanaan hak-hak tersebut akan diakui.

2. Status Hukum Wilayah Perairan Laut Di Atas Kawasan dan Wilayah Udara di Atas Kawasan

Penulis telah menjelaskan dalam uraian sebelumnya bahwa yang disebut dengan Kawasan adalah dasar laut serta dasar samudera-dalam serta tanah di bawahnya yang berada di luar batas yurisdiksi nasional. Sedangkan wilayah perairan dan ruang udara di atas Kawasan tidak termasuk dalam defenisi Kawasan sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (1) angka 1 UNCLOS 1982.

Yang disebut dengan Perairan di atas Kawasan tidak disebutkan secara jelas dalam UNCLOS 1982, namun demikian terdapat 2 (dua) kemungkinan. I Wayan Parthiana menguraikannya sebagai berikut111 : a) Pertama, boleh jadi adalah laut lepas, apabila garis batas luar dari

landas kontinen tegak lurus dengan garis batas luar dari zona ekonomi eksklusif, yakni sama-sama maksimum berjarak 200 mil laut diukur dari garis pangkal dari mana lebar laut teritorial diukur. Demikian pula jika garis batas luar landas kontinen di tempat-tempat tertentu yang melebihi 200 mil laut tetapi tidak melebihi 250 mil laut diukur dari garis pangkal, maka perairan laut di atas landas kontinen demikian itu sudah sangat pasti adalah laut lepas.

111


(35)

b) Kedua, di tempat-tempat tertentu boleh jadi adalah zona ekonomi eksklusif dari negara pantai, apabila garis batas luar dari landas kontinennya kurang dari 200 mil laut sehingga garis batas luar landas kontinen yang berbatasan dengan Kawasan berada di bawah zona ekonomi eksklusifnya. Namun, yang kedua ini tampaknya jarang ada, untuk tidak dikatakan tidak ada, sebab negara-negara pantai akan mengklaim landas kontinen sampai maksimum 200 mil laut.

Sedangkan yang disebut dengan ruang udara di atas Kawasan sudah pasti adalah ruang udara di luar wilayah negara dan merupakan satu kesatuan dengan ruang udara di atas zona ekonomi eksklusif negara-negara pantai. Namun, UNCLOS 1982 mengatur mengenai status hukum perairan dan ruang udara di atas Kawasan. Pasal 135 berbunyi sebagai berikut :

Baik ketentuan Bab ini (Bab XI) maupun hak apapun yang diperoleh atau dilaksanakan berdasarkan ketentuan Bab ini, tidak akan mempengaruhi status hukum perairan yang ada di atas Kawasan atau ruang udara di atasnya.

Pasal tersebut menegaskan bahwa peraturan mengenai Kawasan sebagaimana termuat dalam Bab XI UNCLOS 1982 hanya berlaku di Kawasan, tidak termasuk wilayah perairan dan ruang udara di atasnya. Demikian pula dengan hak-hak apapun yang diperoleh berdasarkan ketentuan Bab XI tidak akan mempengaruhi status hukum wilayah perairan dan ruang udara di atas Kawasan. Peraturan mengenai wilayah


(36)

perairan serta ruang udara sudah diatur oleh pranata hukum laut dalam bab tersendiri dalam UNCLOS 1982. 112

112


(37)

BAB IV

KEWENANGAN INTERNATIONAL SEA BED AUTHORITY (ISA) DALAM KEGIATAN EKSPLORASI DAN EKSPLOITASI SUMBER DAYA MINERAL DI KAWASAN DASAR LAUT INTERNASIONAL (AREA)

A. InternationalSeabed Authority (ISA)SebagaiBadan Otorita Utama

Kawasan Dasar Laut Internasional

1. Sejarah berdirinya International Seabed Authority (ISA)

Sejarah pembentukan Otorita atau ISA tidak jauh dari sejarah terbentuknya rezim Kawasan dalam perkembangan hukum laut internasional yang telah Penulis uraikan dalam bab-bab sebelumnya. Berawal dari ditemukannya mineral-mineral oleh kapal negara-negara yang memiliki teknologi pertambangan dasar laut yang berujung pada usulan delegasi Malta yang bernama Arvid Pardo dalam Sidang Majelis Umum PBB Tahun 1967 mengenai kawasan dasar laut harus ditetapkan sebagai warisan bersama umat manusia. Sebelumnya juga terdapat Proklamasi Truman tahun 1945 yang salah satunya berisikan perihal Amerika Serikat yang berhak untuk mengambil kekayaan di dasar laut yang berbatasan dengan pantainya.

Kemudian, setelah usulan Arvid Pardo tersebut diterima, Majelis Umum PBB mengeluarkan Resolusi Majelis Umum PBB Nomor 2749 (XXV) tanggal 17 Desember 1970 yang dengan khidmat menyatakan inter alia bahwa baik kawasan dasar laut dan dasar samudera dan


(38)

tanah di bawahnya, di luar batas yurisdiksi nasional, maupun sumber kekayaannya, adalah warisan bersama umat manusia, yang eksplorasi dan eksploitasinya harus dilaksanakan bagi kemanfaatan umat manusia sebagai suatu keseluruhan, tanpa memandang lokasi geografis negara-negara. Kemudian, Resolusi MU PBB Nomor 2750 (XXV) dikeluarkan oleh MU PBB tahun 1970 guna melaksanakan Konferensi Hukum Laut III yang dipercayakan kepada suatu komite yang dinamakan The Committee of Peaceful Uses of The Seabed and Ocean Floor Beyond The Limits of National Jurisdiction atau yang dikenal dengan UN Seabed Committee. UN Seabed Committee tersebut dibagi ke dalam 3 (tiga) sub-komite, yaitu113:

a. Sub-Komite I yang menangani rezim hukum laut internasional tentang penambangan dasar laut samudera dalam;

b. Sub-Komite II menangani semua permasalahan dalam hukum laut internasional umum seperti zona ekonomi eksklusif, landas kontinen dan lain sebagainya;

c. Sub-Komite III, yang antara lain menangani masalah penelitian ilmiah dan alih teknologi kelautan.

Sub-Komite I yang fokus pada hal terkait penambangan di dasar laut berhasil mencapai kesepakatan mengenai batas terluas landas kontinen suatu negara yang menjadi ukuran yang jelas dalam menetapkan kawasan dasar laut samudera dalam yang berada di luar

113


(39)

batas yurisdiksi nasional.114 Selain itu, dari sub-komite ini ditetapkan sistem paralel untuk melakukan kegiatan eksplorasi di Kawasan, dimana sistem paralel merupakan sistem yang sama dan serupa yaitu115 : 1) diakui perlunya ada Badan Otorita Internasional; 2) Otorita ini akan membentuk The Enterprise yang akan melakukan kegiatan penambangan di dasar laut samudera dalam; 3) Otorita akan memberikan izin pertambangan kepada The Enterprise atau Perusahaan dari suatu negara atau negara dengan membangi suatu daerah pertambangan di dasar laut samudera dalam menjadi dua secara sama dan serupa, yang diberikan kepada The Enterprise dan kepada Perusahaan/negara yang meminta izin; 4) di bawah pengaturan dan pengawasan Otorita, perusahaan (investor negara maju) diharapkan akan mengalihkan teknologinya kepada The Enterprise.

Berdasarkan hal tersebut, kemudian dibentuklah International Seabed Authority (disingkat “The Authority”) atau yang dalam Bahasa Indonesia disebut dengan Badan Otorita Dasar Laut Internasional/Otorita. Perihal mengenai pembentukan Otorita/ISA diatur dalam Pasal 156 UNCLOS 1982, yang memuat hal-hal berikut : 1) ayat pertama menjelaskan bahwa pembentukan Otorita Dasar Laut Internasional yang akan berfungsi sesuai dengan ketentuan dalam Bab XI UNCLOS 1982;

114

Bandingkan dengan Ibid. 115

Bandingkan dengan Ibid., sebagaimana termuat dalam Munadjat Danusaputro, “Wawasan Nusantara (Dalam Gejolak Teknologi dan Konstitusi Laut dan Samudera (Buku V) ), Penerbit Alumni, Bandung, 1983, Hlm. 15.


(40)

2) ayat kedua menyebutkan bahwa semua negara peserta (negara yang meratifikasi) UNCLOS 1982 secara otomatis atau ipso facto adalah anggota ISA;

3) ayat ketiga, yang mengatur mengenai peninjau (observer) ISA yang merupakan subjek-subjek hukum internasional selain negara116;

4) ayat keempat, yang menyebutkan bahwa ISA berkedudukan di Jamaika;

5) ayat kelima, yang menyebutkan bahwa ISA dapat membentuk pusat-pusat atau kantor-kantor regional (regional offices) yang dianggap perlu bagi pelaksanaan fungsi-fungsinya.

2. Asas dan Fungsi International Seabed Authority (ISA)

Asas dan fungsi ISA yang Penulis maksudkan dalam penulisan skripsi ini adalah fungsi ISA selalu terkait dengan asas ISA. Artinya “asas” ISA pada satu sisi terkait dengan kewenangannya, sedangkan “fungsi” ISA pada sisi lain terkait dengan bagaimana menafsirkan kewengannya tersebut. Pendapat Penulis tersebut di atas didasarkan

116

Bandingkan dengan I Wayan Parthiana, Op. Cit., Hlm. 232. Dalam UNCLOS 1982, pasal 156 ayat (4) menyebutkan bahwa para peninjau pada Konferensi PBB tentang Hukum Laut mempunyai hak untuk berperan serta dalam Otorita sebagai peninjau, sesuai dengan ketentuan-ketentuan, peraturan-peraturan dan prosedur-prosedurnya. I Wayan Parthiana berpendapat bahwa jika yang menjadi anggota Otorita adalah negara-negara yang menjadi Pihak pada Konvensi, maka yang menjadi peninjau tidak dibatasi pada negara-negara melainkan juga subjek-subjek hukum internasional lain selain negara. Namun, karena setiap negara berhak untuk berperan serta sebagai peserta dalam Konferensi, maka praktis tidak ada negara yang menjadi peninjau. Sebab, hak-hak peninjau pasti lebih sedikit ketimbang hak-hak dari negara peserta Konvensi. Maka, yang dimaksud pada ayat 3 adalah subjek-subjek hukum internasional selain negara.


(41)

kepada analisis bahwa asas hukum mempunyai bobot substansi yang sangat penting bagi pembentukan hukum dan bahkan dalam penerapan hukum.

Dalam pembentukan hukum, “asas” hukum memberikan gambaran besar pada landasan berpikir tentang ketentuan-ketentuan apa yang akan dimasukkan dalam aturan hukumnya. Demikian juga dalam ranah penerapan hukum, “asas” hukum sangat membantu dalam hal dilakukan penafsiran hukum. Oleh karena itu menurut Penulis, organ ISA dalam penerapan UNCLOS 1982 maupun penerapan hukum internasional umum sangat perlu memahami asas-asas dalam UNCLOS 1982 maupun asas-asas hukum internasional umum tersebut. Dengan demikian diharapkan keadilan dan kepastian hukum dapat diterapkan dengan sebaik-baiknya. Terkait dengan asas dan fungsi tersebut Penulis menguraikannya sebagai berikut di bawah ini :

a. Asas-Asas International Seabed Authority (ISA)

1) Asas itikad baik (good faith principle)

Asas itikad baik adalah suatu asas yang berasal dari hukum Romawi. Dalam hukum Romawi asas ini disebut dengan bonafides.117 Menurut Penulis itikad baik (good faith) dalam ISA adalah suatu cara berpikir dan bertindak

117

“Iktikad Baik Sebagai Asas Hukum”, disampaikan dalam pidato pengukuhan Prof


(42)

yang wajib diwujudkan oleh semua organ ISA sejak penanda tanganan pengangkatannya.

Penulis berpendapat seperti tersebut di atas karena, pada saat penanda tanganan dan pengangkatan sebagai organ ISA; pada saat itu juga sudah lahir suatu komitmen dan moralitas yang harus dijaga sebaik-baiknya. Pelaksanaan komitmen dan moralitas tersebut harus didasarkan kepada itikad baik, kejujuran dan penuh tanggungjawab sebagai perwujudan dari suatu asas kepribadian118. Namun yang menjadi persoalan adalah ketika pada penerapannya, apa yang menjadi ukuran untuk dapat dikatakan “beritikad baik” atau sebaliknya “beritikad buruk” bagi organ ISA ketika menjalankan kewenangannya.

UNCLOS 1982 sendiri tidak menyebutkan secara spesifik pengertian dan batasan iktikad baik. Menurut Penulis itikad baik dapat diukur setidak-tidaknya melalui :

pertama, anggota organ-organ ISA dinyatakan beritikad

baik jika telah melaksanakan tugas masing-masing sesuai dengan batasan kewenangannya (tidak melanggar atau melampaui kewenangan yang telah ditetapkan); kedua, keputusan yang diambil tidak bertentangan dengan hukum;

118

.Bandingkan dengan pasal 1338 KUHPerdata yang menyatakan bahwa persetujuan-persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik.


(43)

ketiga, telah menerapkan prinsip kehati-hatian (duty of carel), keahlian (duty of skill) dan prinsip kejujuran dan; ke-empat, tidak ada benturan kepentingan (conflict of interest) dalam hal pengambilan suatu keputusan. Sebaliknya organ akan dikwalifisir “beritikad buruk” jika dalam melaksanakan hak dan kewajiban telah melanggar batas kewenangannya (melanggar atau melampaui kewenangan yang telah ditetapkan), atau jika keputusan yang diambil bertentangan dengan hukum atau telah tidak menerapkan prinsip kehati-hatian (duty of carel), keahlian (duty of skill) dan kejujuran atau ada benturan kepentingan (conflict of interest) dalam hal pengambilan suatu keputusan.

2) Asas persamaan kedaulatan sesama anggota ISA (the principle of sovereign equality).

Asas ini memandang bahwa semua anggota ISA masing-masing berdaulat secara mandiri dan sederajat, tidak ada perbedaan dan diskriminasi. Baik bagi negara yang telah lama menjadi anggota ISA maupun bagi negara yang baru masuk menjadi anggota. Namun sebagaimana asas itikad baik; asas “persamaan kedaulatan sesama anggota ISA” ini tidak UNCLOS 1982 sebutkan secara spesifik pengertian dan pembatasannya.


(44)

Penulis berpendapat bahwa asas persamaan kedaulatan sesama anggota ISA ini diperlukan sebagai bentuk penghormatan terhadap kedaulatan suatu negara merdeka dalam hal negara dimaksud mempunyai status sebagai anggota ISA. Artinya asas ini hanya berfungsi ketika suatu negera dengan kapasitas sebagai anggota ISA wajib menghormati negara lain yang kapasitasnya juga menjadi anggota ISA sebagai negara merdeka dan berdaulat. Dengan demikian walaupun ISA berdiri dengan standar sebagai suatu badan hukum internasional (international legal personality) dan suatu negara menjadi anggotanya, namun tetap kedaulatan negara anggotanya tersebut diberikan pengakuan dan penghormatan.

Berkaitan dengan uraian tersebut di atas; dalam hal penulisan skripsi ini karena difokuskan untuk menganalisis kewenangan ISA dalam hal eksploitasi dan eksplorasi pada dasar laut dalam, dasar samudra dalam dan bagian tanah di bawahnya (yang dilekatkan dengan doktrin res nullius), maka asas “persamaan kedaulatan sesama anggota ISA” tersebut tidak menjadi fokus dan selalu dikaitkan. Alasannya adalah karena wilayah eksploitasi dan eksplorasi bukan berada di wilayah kedaulatan suatu negara dan justru menganut doktrin “barang tak bertuan” (res nullius). Oleh


(45)

karena itu tidak selalu dikaitkan dengan asas persamaan kedaulatan sesama anggota ISA.

3) Asas Non-Diskriminasi

UNCLOS 1982 selain menganut asas-asas sebagaimana Penulis uraikan di atas, juga menganut asas non-diskriminasi yang secara tegas dicantumkan dalam ketentuan pasalnya. Hal ini terlihat sebagaimana ketentuan pasal 141 UNCLOS sebagai berikut di bawah ini :

Kawasan terbuka untuk digunakan semata-mata untuk maksud-maksud damai oleh semua negara, baik negara pantai maupun negara tak berpantai, tanpa diskriminasi dan tanpa mengurangi ketentuan-ketentuan lain dari bab ini.

Pasal 7 Lampiran-III UNCLOS 1982 dimana ISA berwenang memilih pemohon mana yang akan diberikan ijin produksi, tetapi ISA memberikan prioritas kepada Pemohon yang telah memberikan jaminan tehnik dan keuangan yang lebih baik yang disebut dalam Rencana Kerja yang telah disetujui sebelumnya.

b. Fungsi International Seabed Authority (ISA)

Fungsi ISAyang Penulis maksudkan dalam hal ini adalah fungsi dari dan yang dijalankan oleh organ-organ yang ada pada ISA yaitu :


(46)

1) Majelis;berfungsi untuk memilih anggota-anggota dewan,

sekjen, direktur jenderal perusahaan, dan membentuk badan-badan yang dianggap perlu bagi pelaksanaan fungsi-fungsinya.

Menurut Penulis kewenangan majelis untuk membentuk badan-badan yang dianggap perlu bagi pelaksanaan fungsi-fungsi; menunjukkan bahwa ISA telah didesain secara futuristik dan efisien. Artinya ISA tidak perlu membuat aturan baru jika pada masa depan diperlukan badan-badan yang sesuai dengan tuntutan zaman, karena sudah majelis yang difungsikan untuk itu.

2) Dewan; berfungsi untuk :

a) Mengawasi dan mengkoordinasikan pelaksanaan ketentuan-ketentuan kawasan yaitu : (1) Ketentuam Umum Kawasan; (2) Asas-Asas Yang Mengatur Kawasan; (3) Pengembangan Kekayaan-Kekayaan di Kawasan; (4) Otorita dan ; (5) Penyelesaian Sengketa dan Pendapat Berupa Nasehat.119

b) Mengusulkan kepada Majelis suatu daftar calon untuk pemilihan Sekretaris Jenderal;

119


(47)

c) Merekomendasikan kepada Majelis calon-calon untuk dipilih sebagai anggota-anggota Dewan Pimpinan dan Direktur Jenderal Perusahaan;

d) Dimana perlu dan dengan memperhatikan faktor ekonomis dan efisiensi, membentuk badan tambahan yang mungkin diperlukan untuk pelaksanaan fungsi-fungsinya sesuai dengan Bab XI, dalam komposisi badan tambahan, tekanan harus diberikan pada kebutuhan akan anggota-anggota yang cakap dan ahli hukum dalam masalah-masalah teknis yang relevan yang termasuk urusan badan-badan tersebut, dengan ketentuan bahwa harus diperhatikan asas pembagian geografis yang adil dan kepentingan-kepentingan khusus lainnya;

e) Menetapkan ketentuan-ketentuan mengenai prosedur termasuk metode pemilihan Ketua Dewan;

f) Atas nama Otorita dan dalam batas kewenangannya mengadakan perjanjian-perjanjian dengan PBB dan organisasi-organisasi internasional lainnya, dengan persetujuan Majelis;

g) Mengkaji laporan-laporan Perusahaan dan meneruskannya kepada Majelis beserta rekomendasi-rekomendasinya;


(48)

h) Menyampaikan kepada Majelis laporan-laporan tahunan dan laporan-laporan khusus lainnya yang dapat diminta oleh Majelis;

i) Mengeluarkan petunjuk-petunjuk bagi Perusahaan dalam rangka pengarahan dan pengawasan Perusahaan yang operasional;

j) Menyetujui rencana-rencana kerja Perusahaan . Dalam hal ini. Dewan harus menentukan sikap dalam jangka waktu 60 hari setelah penyerahan persetujuan oleh Komisi Hukum dan Teknik dalam satu sidang Dewan sesuai dengan prosedur-prosedur berikut:

(1) Apabila Komisi merekomendasikan diterimanya suatu rencana kerja, maka rencana kerja itu dianggap telah diterima oleh Dewan apabila dalam jangka waktu 14 hari tidak ada anggota Dewan menyampaikan kepada Ketua Dewan suatu keberatan tertulis yang menyatakan tidak terpenuhinya persyaratan dalam Lampiran III pasal 6. Dalam hal terdapat suatu keberatan, maka berlaku prosedur konsiliasi seperti tercantum dalam pasal 161, ayat 8 (e). Apabila pada akhir proses konsiliasi keberatan itu tetap dipertahankan, maka rencana kerja itu dianggap telah disetujui oleh Dewan


(49)

kecuali jika Dewan menolak dengan konsensus di antara anggotanya dengan mengecualikan setiap negara atau negara-negara pemohon atau sponsor pemohon;

(2) Apabila Komisi merekomendasikan ditolaknya suatu rencana kerja atau sama sekali tidak mengajukan rekomendasinya, Dewan dapat memutuskan untuk menyetujui rencana kerja itu dengan mayoritas tiga perempat dari anggota yang hadir dan memberikan suara, dengan ketentuan bahwa mayoritas tersebut mencakup mayoritas dari anggota yang berperan serta dalam bidang itu.

k) Menyetujui rencana-rencana kerja yang diserahkan oleh Perusahaan sesuai dengan Lampiran IV pasal 12, dengan menerapkan, mutatis mutandis, prosedur-prosedur Otorita; l) Melakukan pengawasan atas kegiatan-kegiatan di Kawasan sesuai dengan Pasal 153 ayat (4), dan ketentuan, peraturan-peraturan, serta prosedur-prosedur Otorita; m) Berdasarkan rekomendasi dari Komisi Perencanaan

Ekonomi mengambil tindakan yang perlu dan tepat sesuai dengan pasal 150 sub-ayat (h), untuk memberikan perlindungan terhadap akibat-akibat ekonomi yang merugikan, sebagaimana disebutkan di dalamnya;


(50)

n) Menyampaikan rekomendasi kepada Majelis, berdasarkan saran dari Komisi Perencanaan Ekonomi, bagi suatu sistem ganti rugi atau tindakan-tindakan penyesuaian ekonomi lainnya sebagaimana diatur dalam pasal 151 ayat (10);

o) Pertama,merekomendasikan kepada Majelis

ketentuan-ketentuan, peraturan-peraturan dan prosedur-prosedur tentang pembagian keuntungan keuangan dan keuntungan ekonomi lainnya yang adil yang diperoleh dari kegiatan-kegiatan di Kawasan dan pembayaran serta iuran yang diadakan menurut pasal 82, dengan memperhatikan secara khusus kepentingan dan kebutuhan negara-negara berkembang dan bangsa-bangsa yang belum mencapai kemerdekaan penuh atau status ber-pemerintah sendiri dan; Kedua, menetapkan dan melaksanakan untuk sementara, sambil menunggu persetujuan Majelis, ketentuan-ketentuan, peraturan-peraturan dan prosedur-prosedur Otorita, dan setiap usul perubahan terhadapnya, dengan memperhatikan rekomendasi-rekomendasi dari Komisi Hukum dan Teknik atau badan kelengkapan. p) Meninjau pemungutan semua pembayaran yang harus

dilakukan oleh atau kepada Otorita sehubungan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan di kawasan;


(51)

q) Memilih di antara para pemohon yang mengajukan permohonan ijin produksi yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan;

r) Mengajukan rancangan anggaran tahunan Otorita kepada Majelis untuk dimintakan persetujuannya;

s) Mengajukan rekomendasi-rekomendasi kepada Majelis berkenaan dengan kebijaksanaan mengenai setiap masalah atau hal yang termasuk wewenang Otorita;

t) Mengajukan rekomendasi kepada Majelis berkenaan dengan penangguhan pelaksanaan hak-hak dan hak-hak istimewa keanggotaan;

u) Atas nama Otorita mengajukan perkara di hadapan Kamar Sengketa Dasar Laut dalam hal terjadinya kelalaian; v) Memberitahukan Majelis mengenai keputusan Kamar

Sengketa Dasar Laut atas perkara yang diajukan sebagaimana dimaksud dalam sub-ayat (u), dan menyampaikan rekomendasi yang dipandang perlu kepada Majelis berkenaan dengan tindakan-tindakan yang harus diambil;

w) Mengeluarkan perintah-perintah darurat yang dapat mencakup perintah untuk penangguhan atau penyesuaian operasi, untuk mencegah kerusakan yang berat bagi


(52)

lingkungan laut yang terjadi karena kegiatan-kegiatan di Kawasan;

x) Tidak menyetujui daerah-daerah untuk dieksploitasikan oleh kontraktor atau Perusahaan dalam hal terdapat bukti yang kuat yang menunjukkan kemungkinan terjadinya kerusakan yang berat terhadap lingkungan laut;

Dalam hal ini dapat membentuk suatu badan tambahan untuk menyusun secara terperinci rancangan ketentuan-ketentuan, peraturan-peraturan dan prosedur-prosedur keuangan;

y) Menetapkan mekanisme yang tepat untuk mengendalikan dan mengawasi suatu staf inspektur-inspektur yang akan melakukan pengawasan kegiatan-kegiatan di Kawasan untuk menetapkan apakah, ketentuan-ketentuan, peraturan-peraturan, dan prosedur-prosedur Otorita serta ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat tiap kontrak dengan Otorita telah dipenuhi.

3) sekretariat; berfungsi untuk:

a) Melaksanakan fungsi-fungsi administratif lain yang dilimpahkan oleh organ-organ dari Otorita120 ;

b) Membuat laporan tahunan kepada Majelis mengenai pekerjaan Otorita121 ;

120


(53)

c) Membuat pengaturan yang diperlukan mengenai hal-hal yang termasuk kewenangan Otorita, untuk mengadakan konsultasi dan kerjasama dengan dewan organisasi-organisasi internasional dan organisasi-organisasi-organisasi-organisasi non-pemerintah yang diakui oleh Dewan Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa122.

4) perusahaan (the enterprise);memiliki fungsi yaitu melaksanakan kegiatan-kegiatan di kawasan secara langsung, maupun pengangkutan, pengolahan, dan pemasaran mineral-mineral yang dihasilkan dari Kawasan.123

3. Organ-Organ International Seabed Authority (ISA)

Organ-organ ISA sebagaimana Penulis telah uraikan pada fungsi ISA di atas; masih Penulis harus lengkapi dengan penjelasan secara rinci tentang susunan organ-organnya berikut dengan prosedur-prosedurnya. Dalam pasal 158 ayat (1) UNCLOS 1982 dinyatakan bahwa organ-organ utama ISAterdiri dari satu Majelis, satu Dewan, dan satu Sekretariat. Dalam ayat (2) kemudian menambahkan perusahaan (enterprise) sebagai pelaksana fungsi ISA sebagaimana termuat dalam Konvensi.

121

Pasal 166 ayat (4) UNCLOS 1982. 122

Pasal 169 ayat (1) UNCLOS 1982. 123


(54)

Organ-organ sebagaimana disebutkan di atas dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Majelis (Assembly)

Bahwa Majelis merupakan satu-satunya organ dari ISA yang keanggotaannya terdiri dari semua anggota ISA. Hal ini secara tegas telah diatur dalam ketentuan pasal 159 ayat (1) yaitu:

“The Assembly shall consist of all the members of the Authority. Each member shall have one representative in the Assembly, who may be accompanied by alternates and advisers.”

Dalam hal ini Majelis terdiri dari semua anggota Otorita. Setiap anggota mempunyai seorang wakil di Majelis, yang dapat didampingi oleh pengganti-pengganti dan penasehat-penasehat.

Sedangkan pasal 159 ayat (2) UNCLOS 1982 mengatur mengenai persidangan Majelis yang terdiri dari sidang tahunan yang bersifat tetap dan di dalam sidang-sidang khusus yang diputuskan oleh Majelis atau diadakan oleh Sekretaris Jenderal atas permintaan Dewan atau atas permintaan mayoritas anggota ISA. Sidang-sidang tersebut sebagaimana diuraikan dalam pasal 159 ayat (2) diadakan di tempat kedudukan ISA, yang dalam hal ini adalah di Jamaika, kecuali jika Majelis menentukan lain.

Selain daripada uraian di atas Dalam hal pemungutan suara, disebutkan dalam Pasal 159 ayat (6) bahwa setiap anggota Majelis


(55)

mempunyai satu suara. Dalam ayat sebelumnya yakni pasal 159 ayat (5), quorum dalam menentukan keabsahan persidangan Majelis adalah mayoritas anggota yang hadir.

b. Dewan (Council)

Dewan, menurut pasal 162 ayat (1) UNCLOS 1982, merupakan badan eksekutif Otorita/ISA. Lebih lanjut lagi dalam pasal tersebut menyebutkan bahwa Dewan memiliki kekuasaan untuk menentukan sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam UNCLOS 1982 dan kebijaksanaan umum yang ditetapkan oleh Majelis. Dewan juga mempunyai kekuasaan untuk menetapkan kebijaksanaan-kebijaksanaan khusus yang harus dijalankan oleh ISA mengenai setiap masalah serta hal-hal lainnya yang menjadi wewenang ISA.

Dewan juga memiliki badan kelengkapan yang terdiri dari Komisi Perencanaan Ekonomi (an Economic Planning Commission) serta Komisi Hukum dan Teknik (Legal and

Technical Commission).124 Komisi-komisi ini dibentuk dalam

rangka untuk kelancaran dalam pelaksanaan tugas dewan itu sendiri.

Menurut ketentuan Pasal 161 UNCLOS 1982 bahwa Dewan terdiri dari 36 anggota yang dibagi dalam 5 (lima) grup, yaitu :

124


(56)

1) Grup A adalah 4 (empat) negara pengimpor jenis barang tambang mineral yang dihasilkan dari Kawasan;

2) Grup B adalah 4 (empat) negara yang telah menanamkan modalnya yang terbesar untuk kegiatan penambangan di Kawasan;

3) Grup C adalah 4 (empat) negara kelompok pengekspor dari salah satu jenis barang tambang mineral yang dihasilkan dari Kawasan;

4) Grup D adalah 6 (enam) negara berkembang yang mewakili kepentingan khusus; dan

5) Grup E adalah 18 (delapan belas) negara yang dipilih berdasarkan prinsip distribusi geografis yang adil di mana termasuk di dalamnya paling sedikit 14 (empat belas) negara berkembang.125

c. Sekretariat (Secretariat)

Sekretariat ISA dipimpin oleh seorang Sekretaris Jenderal (Secretary General) dan dibantu oleh suatu staf yang diperlukan ISA.126 Dalam hal ini pengertian Sekretaris Jenderal adalah kepala pejabat administrasi Otorita dan bertindak dalam kapasitas itu

125

Dikdik Mohammad Sodik, Op. Cit., Hlm. 204, sebagaimana termuat dalam Pat Brazil AO, “Implications for the Australian Mining Industry”, “The United Nations Conventions on The

Law of The Sea: What it Means to Australia and Australia’s Maritime Industries”, Martin

Tsamenyi, Sam Bateman and John Delaney(eds), Wolonggong Paper on Maritime Policy No. 8, Centre for Maritime Policy, University of Wollonggong, New South Wales, Australia, 1996, Hlm. 69.

126


(57)

dalam semua pertemuan Majelis, Dewan, dan badan tambahan manapun, serta melaksanakan fungsi-fungsi administratif lainnya yang diserahkan kepadanya oleh badan tersebut. Pasal 166 ayat (2) UNCLOS 1982 menyebutkan bahwa seorang Sekretaris Jenderal dipilih oleh Majelis, yang calon-calonnya berasal dari usulan Dewan. Lebih lanjut lagi dalam pasal tersebut disebutkan bahwa masa jabatan seorang Sekretaris Jenderal adalah selama 4 (empat) tahun, dan dapat dipilih kembali.

Sekretariat sebagai sub-organ pelaksana dari Otorita, baik ke dalam maupun ke luar, memiliki karakter internasional.127 Dengan adanya sifat internasional tersebut, sekretariat yang terdiri dari sekretaris jenderal dan stafnya tidak akan meminta atau menerima instruksi-instruksi dari pemerintah manapun atau dari pihak lain manapun selain Otorita. Dengan kata lain, Sekretariat hanya menjalankan fungsinya untuk kepentingan ISA saja.

d. Perusahaan (Enterprise)

Organ lainnya yang merupakan organ ISA adalah perusahaan (enterprise), yang dalam UNCLOS 1982 diatur dalam Pasal 170. Enterprise adalah badan otorita yang harus melaksanakan kegiatan-kegiatan di Kawasan secara langsung, baik yang berhubungan dengan sistim eksplorasi dan eksploitasi yang ditetapkan (akan Penulis uraikan dalam analisis Persetujuan

127


(58)

Rencana Kerja)., maupun yang berhubungan dengan pengangkutan, pengolahan dan pemasaran mineral-mineral yang dihasilkan dari Kawasan. Perusahaan harus dilengkapi dengan dana secukupnya yang dibutuhkan dalam melaksanakan tugasnya dan harus menerima tekhnologi.128

4. Keuangan International Seabed Authority (ISA)

Keuangan setiap subjek hukum (termasuk ISA sebagai badan hukum internasional merupakan subjek hukum) adalah sumber energi. Jika ISA sebagai subjek hukum mempunyai kemampuan keuangan yang besar, maka ISA mempunyai sumber energi yang besar yang memungkinkannya melakukan manuver dalam melakukan pengaturan maupun pengawasan eksplorasi dan eksploitasi yang dilakukan enterprise. Oleh karena tidak dapat tidak; keuangan ISA adalah suatu substansi yang harus diatur dan dikelola dengan baik untuk keberlangsungan ISA itu sendiri yang pada gilirannya adalah keberlangsungan pengaturan dan pengawasan. Dana-dana otorita meliputi:

a. Iuran anggota Otorita yang ditaksir kepada anggaran administratif ISA sesuai dengan skala taksiran yang disepakati berdasarkan skala yang digunakan untuk anggaran tetap PBB, sampai ISA

128

Pasal 144 ayat (1) huruf a UNCLOS 1982 menyatakan bahwa Otorita dalam hal alih teknologi harus mengambil tindakan-tindakan untuk memperoleh tehknologi dan pengetahuan ilmiah yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan di Kawasan.


(59)

mempunyai penghasilan yang cukup dari sumber-sumber lain untuk memenuhi pengeluaran-pengeluaran administratifnya; b. Dana-dana yang diterima Otorita yaitu : 1) dari

penghasilan-penghasilan produksi komersial; 2) penanaman modal dan teknologi bagi eksplorasi dan eksploitasi Kawasan; 3) pungutan dari pemohon sebagai biaya administrasi memproses permohonan dan kontrak.129;

c. Dana-dana yang dipindahkan dari Perusahaan, yang pada awalnya dana-dana tersebut dibayar oleh Perusahaan kepada ISA dan selanjutnya Majelis akan menetapkan bagian yang menjadi pendapatan bersih Perusahaan yang harus ditahan sebagai cadangan Perusahaan. Majelis akan membebaskan Perusahaan dari pembayaran dana-dana tersebut dan membiarkan seluruh pendapatan bersih Perusahaan dalam cadangannya selama masa permulaan yang diperlukan oleh Perusahaan untuk dapat berdiri sendiri, yaitu tidak lebih dari 10 tahun terhitung dari dimulainya produksi komersial oleh Perusahaan;

d. Dana-dana yang berasal dari pinjaman. Dalam hal ini dewan mempunyai kewenangan untuk meminjam dana, tetapi pinjaman tersebut tidak mengikat kepada negara perseta ISA sehingga tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada negara-negara peserta ISA;

129


(60)

e. Sumbangan-sumbangan sukarela dari anggota atau satuan-satuan lainnya; dan

f. Pembayaran-pembayaran kepada suatu dana ganti rugi yang berupa bantuan penyesuaian ekonomi termasuk kerjasama dengan badan-badan khusus dan organisasi-organisasi internasional lain untuk membantu negara-negara berkembang yang menderita akibat buruk yang berat terhadap penerimaan ekspor atau ekonomi mereka yang diakibatkan oleh penurunan harga mineral atau jumlah ekspor mineral itu, sejauh penurunan tersebut disebabkan oleh kegiatan di Kawasan.

5. Status Hukum, Hak Istimewa danKekebalanInternational Seabed Authority (ISA)

a. Status Hukum International Seabed Authority (ISA)

Pasal 176 UNCLOS 1982 menyebutkan bahwa ISA memiliki status badan hukum internasional (international legal personality). Sebagai pribadi hukum internasional, yang berarti juga sebagai subjek hukum internasional. Oleh karena itu ISA memiliki kemampuan hukum (legal capacity), tegasnya kemampuan untuk melakukan hubungan-hubungan hukum dengan segala hak dan kewajiban hukum yang ditimbulkan,


(61)

sebagai wujud dari pelaksanaan atas fungsi-fungsi dan dalam rangka mencapai tujuannya.130

b. Hak Istimewa dan Kekebalan International Seabed Authority (ISA)

Sebagaimana yang telah Penulis uraikan sebelumnya, fungsi-fungsi Otorita atau ISA; yang terbagi dalam setiap organ ISA, harus dilaksanakan oleh ISA sesuai dengan ketentuan yang ada. Pasal 177 UNCLOS 1982 menegaskan bahwa untuk memungkinkan ISA menjalankan fungsi-fungsinya, ISA menikmati hak-hak istimewa dan kekebalan dalam wilayah tiap negara anggotanya.

Hak istimewa dan kekebalan tersebut yaitu berupa kekebalan dari tuntutan hukum; tidak hanya berlaku bagi ISA, namun berlaku juga pada harta milik dan harta kekayaannya. Hak istimewa dan kekebalan-kekebalan yang dimiliki oleh ISA disebutkan dalam pasal 177 sampai dengan pasal 181 UNCLOS 1982, yang dapat Penulis uraikan sebagai berikut:

1) Kekebalan dari Tuntutan Hukum

Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 178 UNCLOS 1982, ISA beserta milik dan kekayaannya, memiliki kekebalan dari tuntutan hukum kecuali dalam hal ISA secara tegas melepaskan kekebalannya dalam suatu perkara tertentu.

130


(62)

2) Kekebalan dari Penggeledahan Data dan Setiap Bentuk Penyitaan

Kekebalan ini diatur dalam Pasal 179 UNCLOS 1982 dan mengandung makna bahwa milik dan kekayaan ISA, di manapun letaknya dan siapapun yang menguasainya, tidak dapat dilakukan penggeledahan, pengambilan, perampasan, pencabutan hak milik atau bentuk penyitaan lainnya dengan alasan apapun dari eksekutif atau legislatif dari negara anggota.

3) Pembebasan dari Pembatasan-Pembatasan,

Pengaturan-Pengaturan, Pengawasan-Pengawasan dan Moratorium

Pasal 180 UNCLOS 1982 mengatur mengenai larangan terhadap negara-negara anggota untuk melakukan pembatasan, pengaturan, pengawasan dan moratorium dalam bentuk apapun terhadap aset dan kekayaan ISA.131 Larangan ini jelas menggambarkan bahwa ISA, beserta aset dan kekayaannya, memiliki kekebalan terhadap hal tersebut. Kekebalan ini membantu ISA dalam rangka menjalankan tugas, wewenang, beserta fungsinya.

131


(63)

4) Arsip dan Komunikasi Resmi ISA

ISA sebagai suatu badan otorita yang menjalankan fungsi pengawasan terhadap kegiatan di kawasan yang dilakukan negara-negara anggotanya tentunya memiliki arsip terkait dengan data-data terkait kegiatan yang dilakukan negara anggotanya serta hal-hal lainnya. Pasal 181 ayat (1) UNCLOS 1982 mengatur bahwa arsip ISA, di manapun lokasinya, tidak boleh diganggu gugat. Selanjutnya, ayat (2) mengatur bahwa data pemilikan (propietary data), rahasia-rahasia industri (industrial secrets), ataupun informasi serupa (similar information) serta catatan personalia (personnel records) tidak boleh ditempatkan dalam arsip yang terbuka bagi umum. Sementara itu, berkaitan dengan komunikasi resmi dari ISA, dalam ayat (3) disebutkan bahwa setiap negara peserta harus memberikan perlakuan yang sama baiknya pada ISA seperti yang diberikannya kepada organisasi internasional lainnya.

Selain kekebalan yang Penulis uraikan di atas (terhadap badan hukum ISA); ada juga kekebalan terhadap orang-orang tertentu yang ada hubungannya dengan otorita ISA yaitu, wakil-wakil negara peserta yang menghadiri sidang -sidang Majelis, Dewan, Sekjen dan staf ISA kebal terhadap proses dan tuntutan


(1)

vii

C. Pembagian Wilayah Laut Menurut Konvensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa 1982 (United Nations Convention

on The Law of The Sea) ... 41

1. Wilayah Laut Yang Merupakan Yurisdiksi Nasional ... 42

2. Wilayah Laut Yang Berada di Luar Yurisdiksi Nasional...54

BAB III PENGATURAN MENGENAI KAWASAN DASAR LAUT INTERNASIONAL (AREA) DALAM KONVENSI HUKUM LAUT 1982 A. Latar Belakang dan Pengertian Prinsip Common Heritage of Mankind ... 59

B. Pengertian Kawasan (Area) ... 65

C. Wilayah yang Termasuk Dalam Kawasan (Area) ... 66

D. Kekayaan Alam yang Terdapat di Kawasan (Area) ... 69

E. Pengakomodasian Semua Kegiatan di Kawasan (Area) dan di dalam Lingkungan Laut...80

F. Status Hukum Kawasan, Kekayaan Alam di Kawasan, Wilayah Perairan Laut di Atas Kawasan dan Wilayah Udara di Atas Kawasan (Area)...83

1. Status Hukum Kawasan dan Kekayaan Alamnya...83

2. Status Hukum Wilayah Perairan dan Wilayah Udara di Atas Kawasan...87


(2)

BAB IV KEWENANGAN INTERNATIONAL SEABED AUTHORITY (ISA) DALAM KEGIATAN EKSPLORASI DAN EKSPLOITASI SUMBER DAYA MINERAL DI KAWASAN DASAR LAUT INTERNASIONAL (AREA)

A. International Seabed Authority (ISA) Sebagai Badan Utama

Kawasan Dasar Laut Internasional...90 1. Sejarah Berdirinya International Seabed Authority

(ISA)...90 2. Asas dan Fungsi International Seabed Authority

(ISA)...93 3. Organ-Organ International Seabed Authority

(ISA)...106 4. Keuangan International Seabed Authority

(ISA)...111 5. Status Hukum, Hak Istimewa dan Kekebalan

International Seabed Authority (ISA)...113

B. Pengaturan Kewenangan International Seabed Authority (ISA) Dalam Hal Eksplorasi dan Eksploitasi Sumber Daya Mineral di Kawasan (Area) dalam Hukum Laut Internasional...117

1. Eksplorasi dan Eksploitasi Menurut Konvensi Hukum Laut PBB 1982 (United Nations Convention on The


(3)

ix

2. Sumber Daya Mineral Menurut Konvensi Hukum Laut PBB 1982 (United Nations Convention on The Law of

The Sea)...120

C. Pelaksanaan Kewenangan International Seabed Authority (ISA) Dalam Hal Eksplorasi dan Eksploitasi Sumber Daya Mineral di Kawasan (Area)...122

1. Pelaksanaan Kekuasaan-Kekuasaan dan Fungsi

International Seabed Authority (ISA) Dalam Hal

Eksplorasi dan Eksploitasi Sumber Daya Mineral di Kawasan

(Area)...124

2. Pelaksanaan Kekuasaan-Kekuasaan dan Fungsi

International Seabed Authority (ISA) Dalam Hal

Pemberian Sanksi Terhadap Perusahaan Yang Melakukan Pelanggaran Eksplorasi dan Eksploitasi Sumber Daya Mineral di Kawasan (Area)

...149

BAB V PENUTUP

1. Kesimpulan ... 155 2. Saran ... 157


(4)

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Gambar 1 Wilayah “Kawasan” atau“Area”………...69 Tabel 1. Daftar Status Kontrak Eksplorasi Nodul Polimetalik Polymetallic

Nodules)……….73

Tabel 2. Daftar Status Kontrak Eksplorasi Deposit Sulfida (Polymetallic

Sulphides)………..76

Tabel3. Daftar Status Kontrak Eksplorasi Kerak Mangan (Ferromanganese


(5)

xi

DAFTAR SINGKATAN

CHM : Common Heritage of Mankind

CLCS : Commision on The Limits of The Continental Shelf

ISA : International Seabed Authority

LBB : LigaBangsa-Bangsa

MU PBB : MajelisUmumPerserikatanBangsa-Bangsa PBB : PerserikatanBangsa-Bangsa

UN : United Nations


(6)

ABSTRAKSI Bela Titis Gantika P.* Prof. Dr. Suhaidi, S.H., M.H.**

Arif, S.H., M.Hum.***

Wilayah lautan merupakan suatu wilayah yang memiliki banyak potensi yang mencakup berbagai bidang seperti perikanan, pelayaran, industri dan jasa maritim, energi kelautan, hingga wisata bahari. Potensi-potensi tersebut merupakan sektor penting dalam pembangunan nasional negara-negara di dunia dalam hal pemenuhan kebutuhan di dalam negeri masing-masing.

Perkembangan teknologi kelautan membawa signifikan terhadap potensi kelautan dimaksud, khususnya dalam bidang energi kelautan yakni sumber daya mineral. Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya mineral di Kawasan yang berada di luar yurisdiksi nasional diorganisasikan, dilaksanakan dan dikendalikan oleh suatu otorita yang dikenal dengan International Seabed

Authority (ISA). Pelaksanaan kegiatan tersebut dilakukan oleh organ ISA yang

dinamakan dengan perusahaan (enterprise). Namun, enterprise yang terdiri dari perusahaan, perorangan dan badan hukum yang mewakili negara-negara peserta Konvensi Hukum Laut PBB 1982 tidak dapat berdiri sendiri sebab masih berada di bawah naungan suatu badan. Maka, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimana perkembangan hukum laut internasional? Bagaimana pengaturan mengenai kawasan dasar laut internasional (area) menurut Konvensi Hukum Laut 1982? Serta bagaimanakah kewenangan ISA terkait dengan pelaksanaan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya mineral di Kawasan

(area)?

Dengan menggunakan metode penelitian yuridis normatif, yang menganalisis ketentuan hukum yang tertulis,dapat disimpulkan bahwa organ-organ ISA yang terdiri dari majelis, dewan, sekretariat dan perusahaan akan saling berkoordinasi satu sama lain dalam pelaksanaan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya mineral di Kawasan tersebut. Hal tersebut akan terlihat dari kewenangannya masing-masing sebagai organ dari ISA.

Ketentuan mengenai eksplorasi dan eksploitasi sumber daya mineral di Kawasan diatur dalam Bab XI dan Lampiran III Konvensi Hukum Laut III PBB tahun 1982 (UNCLOS). Pelaksanaan kewenangan ISA dalam eksplorasi dan ekploitasi mencakup beberapa hal seperti pelaksanaan kewenangan untuk memproses permohonan eksplorasi, pelaksanaan kewenangan yang berkaitan dengan syarat-syarat kontrak baik yang berhubungan dengan ketentuan dan prosedur ISA maupun kesepakatan bersama, pelaksanaan kewenangan memberikan atau menolak permohonan ijin produksi kepada satuan-satuan yang mengajukan permohonan dan pelaksanaan kewenangan untuk menerima, menagih iuran-iuran yang diwajibkan kepada kontraktor-kontraktor yang melakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi di Kawasan.

Kata Kunci:Eksplorasi Dan Eksploitasi, International Seabed Authority, Kewenangan

* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ** Dosen Pembimbing I


Dokumen yang terkait

Tindakan Eksploitasi Sumber Daya Perikanan Di Wilayah Laut Zee Oleh Kapal Asing Menurut Hukum Internasional

7 138 143

PENENGGELAMAN KAPAL ASING DALAM UPAYA PERLINDUNGAN SUMBER DAYA LAUT DI INDONESIA : PERSPEKTIF HUKUM INDONESIA DAN HUKUM INTERNASIONAL

0 2 16

PELAKSANAAN EKSPLORASI MINYAK DAN GAS BUMI OLEH PT. CALTEX PACIFIC INDONESIA DALAM PERSPEKTIF HUKUM LAUT INTERNASIONAL

0 2 114

Kewenangan International Seabed Authority (ISA) Dalam Pelaksanaan Kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi Sumber Daya Mineral di Kawasan (Area) Dalam Perspektif Hukum Laut Internasional

0 1 15

Kewenangan International Seabed Authority (ISA) Dalam Pelaksanaan Kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi Sumber Daya Mineral di Kawasan (Area) Dalam Perspektif Hukum Laut Internasional

0 0 1

Kewenangan International Seabed Authority (ISA) Dalam Pelaksanaan Kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi Sumber Daya Mineral di Kawasan (Area) Dalam Perspektif Hukum Laut Internasional

1 3 21

Kewenangan International Seabed Authority (ISA) Dalam Pelaksanaan Kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi Sumber Daya Mineral di Kawasan (Area) Dalam Perspektif Hukum Laut Internasional

5 13 37

Kewenangan International Seabed Authority (ISA) Dalam Pelaksanaan Kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi Sumber Daya Mineral di Kawasan (Area) Dalam Perspektif Hukum Laut Internasional

0 0 5

Tindakan Eksploitasi Sumber Daya Perikanan Di Wilayah Laut Zee Oleh Kapal Asing Menurut Hukum Internasional

0 0 35

Tindakan Eksploitasi Sumber Daya Perikanan Di Wilayah Laut Zee Oleh Kapal Asing Menurut Hukum Internasional

0 0 13