120
1. EksplorasidanEksploitasiMenurutKonvensiHukumLautPBB 1982
United Nations Convention on The Law of The Sea
Pasal 1 ayat 3 UNCLOS 1982 menyebutkan bahwa kegiatan- kegiatan yang dilaksanakan di Kawasan berarti segala kegiatan
eksplorasi dan eksploitasi kekayaan Kawasan dalam hal ini yang berupa mineral-mineral. Eksplorasi dan Eksploitasi merupakan
kesatuan kegiatan di kawasan yang harus diorganisasikan, dilaksanakan, dan dikendalikan oleh ISA atas nama umat manusia
berdasarkan ketentuan pasal 153 UNCLOS 1982, dan ketentuan lainnya dalam Bab XI yang mengatur mengenai Kawasan yang
relevan, juga lampiran-lampiran serta ketentuan-ketentuan peraturan- peraturan, dan prosedur-prosedur yang ditetapkan oleh ISA.
133
2. SumberDaya Mineral MenurutKonvensiHukumLaut PBB 1982
United Nations Convention on The Law of The Sea
UNCLOS 1982 tidak mengenal istilah “sumber daya mineral”, melainkan istilah “kekayaan” yang dinamakan dengan “mineral-
mineral”. Kekayaan alam di Kawasan berupa mineral-mineral yang bersifat padat, cair, atau gas in situ di Kawasan atau di bawah dasar
laut, termasuk nodul-nodul polimetalik polymetallic nodules.
134
133
Lihat Pasal 153 ayat 1 UNCLOS 1982.
134
Lihat Pasal 133 huruf a UNCLOS 1982.
Universitas Sumatera Utara
121
Penulis berpendapat bahwa kekayaan mineral di Kawasan merupakan kekayaan alam yang berupa mineral-mineral yang hanya
terdapat di dasar laut, dasar samudera-dalam, serta tanah di bawah dasar laut dan tanah di bawah dasar samudera-dalam. Mineral-mineral
tersebut tidak meliputi mineral-mineral yang terkandung di wilayah lain selain Kawasan, yang dalam hal ini berarti mineral-mineral di
Kawasan tidak meliputi mineral-mineral yang berada di zona-zona maritim yang berada dalam yurisdiksi nasional suatu negara laut
teritorial, zona ekonomi eksklusif, perairan pedalaman, perairan kepulauan, jalur tambahan dan landas kontinen serta laut lepas yang
berada di luar yurisdiksi nasional. Maka dari itu, apabila sampai tereksploitasinya sumber daya yang berada di dalam yursidksi
nasional negara pantai oleh kegiatan-kegiatan di Kawasan, maka haruslah mendapat persetujuan lebih dahulu dari negara pantai yang
bersangkutan.
135
Jenis-jenis mineral yang terdapat di Kawasan telah Penulis uraikan dalam bab sebelumnya. Jenis-jenis mineral tersebut dikelompokkan
menjadi 3 tiga bagian utama yaitu polymetallic nodules, polymetallic sulphides, dan ferromanganese crusts. Dalam hal eksplorasi dan
eksploitasi ketiga kelompok mineral tersebut masing-masing diatur dalam sebuah Peraturan yang dibentuk oleh ISA, yang juga telah
Penulis uraikan dalam bab sebelumnya.
135
I Wayan Parthiana, Op. Cit., Hlm. 224.
Universitas Sumatera Utara
122
C. PelaksanaanKewenanganInternational Seabed Authority ISADalam
Hal EksplorasidanEksploitasiSumberDaya Mineral di KawasanArea
Pada uraian
sebelumnya yaitu
tentang “pengaturan
kewenangan”ISA dalam hal eksplorasidaneksploitasisumberdaya mineral
di KawasanAreadalam hukum lautinternasional; Penulis telah mengutip bahwa sumber kewenangan selalu berasal dari peraturan perundang-
undangan. Namun dalam menganalisis “pelaksanaan kewenangan” ISA dalam
hal eksplorasidaneksploitasisumberdaya
mineral di
KawasanAreadalam hokum lautinternasionalini; Penulis masih perlu menganalisis suatu kewenangan dari tipe kewenangan yang ada.
Bagaimana tipe kewenangan yang dimiliki oleh ISA dalam hal menjalankan pengaturan dan pengawasan eksplorasidan eksploitasi
sumber daya mineral di KawasanArea. Menurut pendapat Max Weber bahwa suatu wewenang dapat
dibagi ke dalam 3 tiga tipe berikut
136
:pertama,Ratornal-legal authority,
yakni bentuk wewenang yang berkembang dalam kehidupan masyarakat modern. Wewenang ini dibangun atas legitimasi keabsahan yang
menurut pihak yang berkuasa merupakan haknya. Wewenang ini dimiliki oleh
organisasi-organisasi, terutama
yang bersifat
politis;
kedua,Traditional authority, yakni jenis wewenang yang berkembang
dalam kehidupan tradisional. Wewenang ini diambil keabsahannya
136
Wewenang Menurut
Max Weber,
dalam yunisaputro.wordpress.com20110106wewenang-menurut-max-weber diakses pada tanggal 12
Maret 2016 Pukul 21:30 WIB.
Universitas Sumatera Utara
123
berdasar atas tradisi yang dianggap suci dan; ketiga, Charismatic
authority, yakni wewenang yang dimiliki seseorang karena kualitas yang luar biasa, tanpa memperhitungkan apakah kualitas itu sungguh-sungguh
ataukah hanya berdasarkan dugaan orang belaka. Dengan demikian, wewenang kharismatik adalah penguasaan atas diri orang-orang, baik
secara predominan eksternal maupun predominan internal, di mana pihak yang ditaklukkan menjadi tunduk dan patuh karena kepercayaan pada
kualitas luar biasa yang dimiliki orang tersebut. Jika dibandingkan pembagian tipe wewenang menurut Max Weber
tersebut di atas dengan tipe wewenang yang dimiliki ISA menurut UNCLOS 1982, maka wewenang yang dimilik ISA tersebut adalah tipe
Ratornal-legal authorityyakni bentuk wewenang yang berkembang dalam kehidupan masyarakat internasional yang modern dan didorong oleh
keinginan untuk menyelesaikan dalam semangat saling pengertian dan kerjasama semua masalah yang berkaitan dengan hukum laut dan dengan
memperhatikan bahwa pencapaian tujuan; akan merupakan sumbangan bagi perwujudan suatu orde perekonomian internasional yang adil dan
merata. Hal ini tentu sebagai sesuatu yang dibangun atas pengakuan bersama sesama anggota ISA sebagai pihak yang berkuasa dalam hal ini.
Untuk mengalisis pelaksanaan kewenangan ISA sebagaimana Penulis maksudkan dalam penulisan skripsi ini; Penulis menguraikan
pelaksanaan kekuasaan-kekuasaan
dan fungsi
ISA termasuk
kewenangannya untuk memberikan sanksi sebagai berikut di bawah ini :
Universitas Sumatera Utara
124
1. Pelaksanaan Kekuasaan-Kekuasaan dan FungsiInternational
Seabed Authority
ISADalam Hal
EksplorasidanEksploitasiSumberDaya Mineral
di KawasanArea
Bahwa sebelum sampai kepada jawaban atas pertanyaan; bagaimana ISA melaksanakan kewenangannya, Penulis terlebih
dahulu mengalisis beberapa sub permasalahan yang berkaitan dengan kewenangan ISA, baik terhadap pelaksanaan kekuasaan-
kekuasaan ISA maupun terhadap fungsi-fungsi ISA sebagaimana telah Penulis uraikan dalam Bab terdahulu. Hal ini karena beberapa
sub. Permasalahan dimaksud berkaitan langsung dengan pelaksanaan kewenangan ISA. Adapun sub permasalahan yang Penulis
maksudkan adalah sebagai berikut :
a. Sistem Eksplorasi dan Eksploitasi
Sistem eksplorasi dan eksploitasi adalah suatu yang sangat penting untuk dianalisis untuk mengetahui bagaimana ISA
melaksanakan kewenangannya sehubungan dengan diajukannya suatu permohonan untuk melakukan kegiatan di kawasan, dan
bagaimana pula perusahaan melaksanakan kegiatan-kegiatan di kawasan tersebut. Artinya sistem eksplorasi dan eksploitasi
tidak hanya terkait sebatas bagaimana ISA menjalankan kewenangannya,
namun juga
bagaimana perusahaan
melaksanakan kegiatan yang telah disetujui ISA.
Universitas Sumatera Utara
125
Berkaitan dengan uraian tersebut di atas; menurut pasal 153 UNCLOS 1982 menyatakan bahwa semua kegiatan-
kegiatan eksplorasi dan eksploitasi harus diorganasasikan, dilaksanakan dan dikendalikan oleh ISA atas nama umat
manusia sebagai suatu keseluruhan. Menurut Penulis,frasa “mengorganisasikan” dalam hal ini adalah untuk melaksanakan
fungsi manajemen yaitu, kegiatan eksplorasi dan eksploitasi harus ditangani oleh organ-organ yang sesuai dengan fungsinya,
dimana organ yang satu dengan organ yang lain terkait satu sama lain sebagai suatu kesatuan. Dari ketentuan tersebut dapat
dianalisa bahwa ada kewajiban hukum bagi ISA untuk mengorganisasikan setiap ekplorasi dan eksploitasi dimaksud.
Oleh karena itu ISA berwenang mengorganisasikannya sebagai suatu sistem eksplorasi dan eksploitasi.
Dalam tataran ini ISA, baik dalam hal mengorganisasikan eksplorasi dan eksploitasi itu maupun dalam melaksanakan serta
dalam mengendalikannya; harus langsung mengoperasionalkan organ-organ ISA sesuai dengan fungsi masing-masing; antara
lain :
1 Dewan ditugaskan dengan fungsi untuk : a Mengawasi dan
mengkoordinasikan pelaksanaan
ketentuan-ketentuan kawasan; b Mengkaji laporan-laporan Perusahaan dan
meneruskannya kepada Majelis beserta rekomendasi-
Universitas Sumatera Utara
126
rekomendasinya; c Mengeluarkan petunjuk-petunjuk bagi Perusahaan dalam rangka pengarahan dan pengawasan
Perusahaan yang operasional dan lain sebagainya yang berkaitan dengan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi.
2Sekretariat ditugaskan
dengan fungsiuntuk
: a
Melaksanakan fungsi-fungsi
administratif lain
yang dilimpahkan oleh organ-organ dari Otorita ; b Membuat
laporan tahunan kepada Majelis mengenai pekerjaan Otorita dan;
3 Perusahaan the enterprisejika telah diberikan izin;
ditugaskan dengan fungsimelaksanakan kegiatan-kegiatan di kawasan secara langsung, maupun pengangkutan,
pengolahan, dan
pemasaran mineral-mineral
yang dihasilkan dari Kawasan
Dengan demikian sistem eksplorasi dan eksploitasi dalam tataran kewenangan ISA dilaksanakan dengan cara organ-organ
ISA difungsikan sebagai suatu sistim yang terkait satu sama lain. Artinya organ-organ tersebut mempunyai hubungan kerja
yang saling mendukung satu sama lain. Selain itu sistem eksplorasi dan eksploitasi, setiap kegiatan
eksplorasi dan eksploitasi harus dilaksanakan berdasarkan Rencana Kerja yang dibuat secara tertulis dan resmi serta telah
disetujui oleh Dewan setelah ditelaah oleh Komisi Hukum dan
Universitas Sumatera Utara
127
Tehnik. Dalam hal Permohonan persetujuan Rencana Kerja disetujui maka harus dibuat dibuat dalam bentuk kontrak.
Namun permasalahan yang perlu dijawab juga adalah; apakah eksplorasi dan eksploitasi dalam wewenang ISA pelaksanaannya
disetujuidiijinkan sekaligus atau sendiri-sendiri. Artinya, apakah eksplorasi dipisahkan dengan eksploitasi. Penulis telah
menganalisis ini sesuai dengan UNCLOS 1982 maupun terkait dengan lampiran-lampirannya. Menurut Penulis Pemohon dapat
mengajukan permohonannya
secara terpisah.
Artinya mengajukan permohonan eksplorasi dengan mencantumkan
Rencana Kerja, namun kemudian dapat mengajukan izin produksi yang juga sesuai dengan Rencana Kerja. Pendapat
Penulis ini; Penulis senderkan kepada ketentuan 151 ayat 2 huruf f UNCLOS 1982 Jo. Pasal 3 ayat 3 Lampiran-III
UNCLOS 1982. Pada pasal 151 ayat 2 huruf f UNCLOS 1982 dinyatakan bahwa apabila permohonan operator untuk ijin
produksi ditolak, maka setiap waktu operator tersebut dapat mengajukan lagi permohonan kepada Otorita. Kemudian pasal 3
ayat 3 Lampiran-III UNCLOS 1982 menyatakan bahwa eksplorasi dan eksploitasi hanya dapat dilakukan dalam kawasan
yang ditentukan dalam Rencana Kerja. Dari penafsiran kedua ketentuan tersebut di atas, baik
UNCLOS 1982 maupun Lampiran-III nya; dapat ditarik suatu
Universitas Sumatera Utara
128
penafsiran bahwa Pemohon harus terlebih dahulu mengajukan permohonan eksplorasi yang memuat Rencana Kerja dan setelah
disetujui oleh ISA dalam bentuk kontrak, maka diajukan permohonan produksi tetapi harus juga mengacu kepada
Rencana Kerja yang telah diajukan dan disetujui. Hal ini terkait dengan ketentuan yang menyatakan apabila permohonan
operator untuk ijin produksi ditolak, maka setiap waktu operator tersebut dapat mengajukan lagi permohonan kepada Otorita.
b. Kualifikasi Permohonan Pemohon
Dalam hal ISA menerima permohonan untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi di Kawasan area; maka ISA
berkewajiban melaksanakan kewenangannya untuk meneliti; apakah kualifikasi permohonan Pemohon telah memenuhi
ketentuan UNCLOS 1982 termasuk namun tidak terbatas pada Lampiran-III UNCLOS 1982. Jika tidak memenuhi, maka
permohonan tentunya tidak dapat diberikan persetujuan. Pasal 4 Lampiran-III UNCLOS 1982 mengatur kualifikasi-kualifikasi
permohonan pemohon sebagai berikut di bawah ini : 1
Standar Kualifikasi Personal Pemohon.
Pemohon untuk melakukan kegiatan-kegiatan di Kawasan sesuai ketentuan pasal 153 ayat 3 adalah oleh :
a Perusahaan dan; b bersama-sama dengan ISA oleh negara-negara Perserta atau perusahaan negara atau badan
Universitas Sumatera Utara
129
hukum atau perorangan yang memiliki kebangsaan negara- negara Peserta atau yang secara efektif dikendalikan oleh
mereka atau warga negara mereka. Dengan demikian pemohon selain Perusahaan, memenuhi syarat apabila
mereka memiliki kewarganegaraan atau berada di bawah pengawasan dan disponsori oleh negara peserta atau
perusahaan ISA atau badan hukum yang memiliki kebangsaan negara peserta atau yang secara efektif
dikendalikan oleh mereka atau oleh warga negara mereka. Dalam menentukan kualifikasi pemohon; apakah sudah
memenuhi syarat atau tidak; ISA mempunyai prosedur untuk menilai yaitu Pemohon harus menyatakan dalam
permohonannya yaitu : a
tanpa terkecuali menerima sebagai bagian dari permohonannya untuk menerima sebagai sesuatu yang
dapat dipaksakan dan sesuai dengan kewajiban- kewajiban yang berlaku, baik yang bersumber dari
UNCLOS 1982 maupun prosedur-prosedur ISA dan ketentuan-ketentuan kontrak dengan ISA;
b menerima pengawasan oleh ISA atas kegiatan-
kegiatannya sebagaimana diizinkan;
Universitas Sumatera Utara
130
c memberikan suatu jaminan tertulis kepada ISA bahwa
kewajiban-kewajibannya berdasarkan kontrak akan dipenuhi dengan itikad baik;
d memenuhi ketentuan-ketentuan tentang alih teknologi.
Jika personalitas Pemohon tidak memenuhi kriteria tersebut di atas, maka permohonan pemohon dinyatakan
tidak memenuhi standar kualifikasi sehingga harus ditolak.
2 Standar
Kualisifikasi Kemampuan
Tehnik dan
Keuangan Pemohon.
Pemohon akan dinyatakan oleh ISA memenuhi persyaratan untuk diterima permohonannya jika telah
mempunyai standar kualifikasi tehnik dan keuangan termasuk jika telah pernah bekerja adalah prestasi
kerjanya dalam setiap kontrak sebelumnya dengan ISA. Kemampuan tehnik dalam hal ini menurut Penulis dapat
diukur dari; apakah ada atau tidak pada perusahaan pemohon yang telah mempunyai sertifikat keahlian tehnik
eksplorasi dan eksploitasi yang diakui. Selanjutnya
permasalahan standar
kualifikasi keuangan perusahaan dapat diukur dari modal perusahaan
dengan adanya biasanya gransi bank yang menunjukkan kemampuan perusahaan telah mempunyai dana untuk
Universitas Sumatera Utara
131
melakukan operasional. Hal ini berkaitan nantinya dengan ketentuan ketentuan pasal 7 Lampiran-III UNCLOS 1982
dimana ISA berwenang memilih pemohon mana yang akan diberikan izin produksi, tetapi ISA memberikan prioritas
kepada Pemohon yang telah memberikan jaminan teknik dan keuangan yang lebih baik yang disebut dalam Rencana
Kerja yang telah disetujui sebelumnya. Dengan demikian, jika kualifikasi personal, teknik dan
keuangan dari pemohon tidak memenuhi standar tersebut di atas; ISA berkewajiban untuk menolak permohonan.
c. Persetujuan Rencana Kerja
Pemohon harus mengajukan Rencana Kerja perusahaan yang akan disetujui atau ditolak oleh ISA. Jika disetujui, maka
persetujuan dimaksud dibuat dalam bentuk kontrak. Sebelum itu, semua Rencana Kerja yang diajukan wajib diproses ISA
menurut urutan-urutan penerimaannya. Norma ini diatur pada Lampiran-III UNCLOS 1982 pasal 6 ayat 3. Menurut Penulis
aturan ini bersumber dari asas non-diskriminasi. Rencana Kerja ini menurut Penulis sangat penting karena
menunjukkan kemampuan riil dari perusahaan dimaksud; apakah perusahaan mampu secara teknik dan keuangan untuk
melaksanakan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang dimohonkan atau tidak. Demikian juga dari segi waktu kegiatan
Universitas Sumatera Utara
132
yang akan dilakukan, lokasi kawasan, alih teknologi dan lain sebagainya sehingga diperlukan kepastian hukum tentang
permohonan Pemohon. Oleh karena itu dalam hal meneliti permohonan Pemohon; Dewan harus menentukan sikap dalam
jangka waktu 60 hari setelah penyerahan persetujuan oleh Komisi Hukum dan Teknik dalam satu sidang Dewan sesuai
dengan prosedur-prosedur berikut: 1
Apabila Komisi merekomendasikan diterimanya suatu rencana kerja, maka rencana kerja itu dianggap telah
diterima oleh Dewan apabila dalam jangka waktu 14 hari tidak ada anggota Dewan menyampaikan kepada Ketua
Dewan suatu keberatan tertulis yang menyatakan tidak terpenuhinya persyaratan. Dalam hal terdapat suatu
keberatan, maka berlaku prosedur konsiliasi, dimana Ketua Dewan dalam waktu 3 tiga hari setelah penetapan
tersebut akan membentuk dan menyidangkan suatu panitia konsiliasi, yang beranggotakan lebih dari sembilan
anggota Dewan yang diketuainya sendiri, dengan tujuan untuk mempertemukan perbedaan-perbedaan pendapat
dan mengajukan usul yang dapat diterima secara konsensus. Panitia Konsiliasi harus bekerja secepatnya
dan melapor pada Dewan dalam waktu 14 hari setelah pembentukannya. Apabila pada akhir proses konsiliasi
Universitas Sumatera Utara
133
keberatan itu tetap dipertahankan, maka rencana kerja itu dianggap telah disetujui oleh Dewan kecuali jika Dewan
menolak dengan konsensus di antara anggotanya dengan mengecualikan setiap negara atau negara-negara pemohon
atau sponsor pemohon; 2
Apabila Komisi merekomendasikan ditolaknya suatu rencana kerja atau sama sekali tidak mengajukan
rekomendasinya, Dewan dapat memutuskan untuk menyetujui rencana kerja itu dengan mayoritas tiga
perempat dari anggota yang hadir dan memberikan suara, dengan ketentuan bahwa mayoritas tersebut mencakup
mayoritas dari anggota yang berperan serta dalam bidang itu.
Selain hal-hal yang Penulis uraikan di atas, ISA juga harus meneliti apakah suatu permohonan persetujuan atas suatu
rencana kerja telah disertai dengan suatu penilaian mengenai dampak lingkungan atas kegiatan-kegiatan yang diusulkan dan
dengan suatu deskripsi program untuk studi oseanografi dan penelitian garis-garis pangkal lingkungan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan, peraturan-peraturan dan prosedurprosedur yang diterima oleh Otorita. Jika tidak ISA berwenang untuk
menyatakan bahwa permohonan ditolak.
Universitas Sumatera Utara
134
Suatu rencana kerja untuk eksplorasi disampaikan atas nama suatu Negara atau entitas, atau setiap bagian dari entitas
tersebut, sesuai dengan resolusi II paragraf 1 a ii atau iiiPersetujuan Implementasi Bab XI Konvensi Perserikatan
Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut 10 Desember1982 selain daripada
investor pioner
yang terdaftar,
yang telah
melaksanakan kegiatan-kegiatan substansial di Kawasan sebelum
mulai berlakunya
Konvensi, atau
investor penggantinya, harus dianggap telah memenuhi kualifikasi-
kualifikasi keuangan dan teknik yang diperlukan guna memperoleh persetujuan atas rencana kerja apabila Negara
sponsor atau Negara-negara menyatakan bahwa si pemohon telah mengeluarkan sejumlah biaya setara dengan US 30 tiga
puluh juta untuk kegiatan-kegiatan penelitian dan eksplorasi serta telah mengeluarkan paling tidak 10
sepuluh persen dari
biaya tersebut dilokasi, penelitian dan evaluasi daerah sebagaimana tercantum dalam rencana kerja.
Suatu hal yang sangat penting untuk dipenuhi ketentuan- ketentuan atau prosedur-prosedur; bahwa Rencana Kerja dibuat
secara tertulis dan resmi diajukan. Menurut analisis Penulis bahwa Rencana Kerja tersebut minimal memuat penjelasan
tentang beberapa hal antara lain :
Universitas Sumatera Utara
135
1 Alih teknologi, berisi uraian umum tentang peralatan dan
metode-metode yang akan digunakan dalam melakukan kegiatan-kegiatan di Kawasan. Selain itu juga termuat
informasi-informasi yang relevan walaupun tidak dimiliki secara eksklusif non proprietary tentang sifat khas
teknologi serta informasi di mana teknologi itu dapat diperoleh. Jika hal ini tidak dimuat dan disanggupi
Pemohon dalam
permohonannya, maka
dalam pelaksanaan
kewenangankekuasaannya, ISA
berkewajiban menolak permohonan dimaksud karena tidak sesuai dengan prosedur dan ketentuan-ketentuan
yang telah ditetapkan dalam UNCLOS 1982. 2
Lokasi dan Luas Kawasan, bahwa lokasi dan luas
Kawasan yang akan dilakukan kegiatan tidak berada di daerah-daerah yang terdapat bukti yang kuat yang
menunjukkan kemungkinan terjadi kerusakan yang berat terhadap lingkungan laut. Oleh karena itu setiap
perusahaan dalam membuat dan mengajukan Rencana Kerjanya, harus mempunyai data dan bukti-bukti bahwa
lokasi Kawasan yang akan dilakukannya kegiatan tidak berpotensi
mengalami kerusakan
berat terhadap
lingkungan laut. ISA sendiri sebelumnya sudah harus mempunyai data tentang lokasi daerah-daerah Kawasan
Universitas Sumatera Utara
136
yang berpotensi kuat yang menunjukkan kemungkinan terjadi kerusakan yang berat terhadap lingkungan laut. Hal
ini telah diatur pada pasal 143 UNCLOS 1982 yang mengatur tentang penelitian ilmiah. Pada pasal tersebut
ditegaskan bahwa ISA dapat melakukan penelitian ilmiah kelautan mengenai kawasan dan kekayaan-kekayaannya
dan dapat mengadakan kontrak-kontrak untuk keperluan tersebut. ISA harus mengembangkan dan mendorong
diadakannya penelitian ilmiah kelautan di kawasan dan mengkoordinasikannya serta menyebarkan hasil-hasil
penelitian dan analisa tersebut bila ada. Dalam hal ini ISA dapat melakukan kontrak kerja dengan prospectoryang
akan melakukan prospekting di daerah kawasan. Artinya bahwa PerusahaanPemohon dalam menentukan lokasi
yang akan
dilakukan kegiatan-kegiatan
dapat menggunakan data-data ISA sendiri
yang sudah disebarkan oleh ISA. Namun jika ISA sendiri belum ada
melakukan penelitian ilmiah danatau belum ada menyebarkan informasi terhadap lokasi yang akan
dilakukan kegiatan, maka juga dapat melakukan penelitian ilmiah sendiri terlebih dahulu atau memakai data
penelitian ilmiah yang telah dilakukan negera-negara perserta ISA. Sedangkan luas Kawasan yang menjadi
Universitas Sumatera Utara
137
tempat dilaksanakannya kegiatan khusus nodul-nodul polimetalik di Kawasan yang tidak dicadangkan yang
bersama-sama dengan bagian manapun dari kawasan yang dicakup dalam permohonan untuk Rencana Kerja luasnya
melebihi 30 tiga puluh persen dari satu kawasan melingkar yang luasnya 400.000 empat ratus ribu
kilometer persegi yang mengelilingi pusat dari bagian manapun kawasan yang dicakup dalam Rencana Kerja
yang diusulkan. Jika hal ini tidak disanggupi oleh perusahaan, maka ISA berwenang untuk menolak
permohonan dimaksud.
3 Lama Kegiatan
Pada Lampiran-III UNCLOS 1982 khususnya pada pasal 17 diatur tentang ketentuan-ketentuan dan prosedur
ISA. Dalam hal ini ISA diwajibkan menetapkan dan menerapkan
secara seragam
ketentuan-ketentuan prosedural
prospekting, eksplorasi
dan eksploitasi
termasuk tentang lamanya kegiatan. Khusus untuk prospekting Pemohon dapat mengajukan permohonan
tanpa batas waktu, sedangkan untuk ekplorasi harus cukup waktu untuk memungkinkan dilakukan survei yang cukup
teliti mengenai kawasan tertentu, pembuatan desain dan kontruksi-kontruksi
peralatan pertambangan,
pabrik
Universitas Sumatera Utara
138
pengolahan ukuran kecil maupun sedang untuk keperluan menguji sistem pertambangan dan pengolahannya.
Selain itu,
lamanya eksplorasi
harus dipertimbangkan dengan usia ekonomi economic life
proyek pertambangan. Oleh karena itu ISA dalam pelaksanaan
kewenangannya untuk
meneliti dan
mempertimbangkan lamanya kegiatan yang dimohonkan; harus menerapkan prinsip keahlian duty of skill principle,
ketelitian duty of care principle dan keadilan fairness dengan menerapkan secara seragam ketentuan-ketentuan
dan prosedur-prosedur yang berlaku. Dengan demikian, lamanya kegiatan dimaksud adalah relatif tergantung
kepada hal-hal yang telah di uraikan di atas. Jika menurut ISA tentang lamanya kegiatan ini juga melanggar prosedur-
prosedur dan ketetapan-ketetapan yang telah ditentuan; ISA juga dapat menolak permohonan dimaksud.
d. Kontrak
Pada penjelasan sebelumnya Penulis telah menguraikan ketentuan tentang sistim eksplorasi dan eksploitasi yang
berkaitan dengan kontrak yaitu; suatu persetujuan tentang Rencana Kerja harus dibuat ISA dalam bentuk kontrak dan
dalam kontrak tersebut dapat ditetapkan pengaturan- pengaturan bersama. Artinya jika ISA menyetujui permohonan
Universitas Sumatera Utara
139
Pemohon, maka persetujuan ISA tersebut dibuat dalam bentuk kontrak bukan dalam bentuk perizinan atau lisensi dalam
bentuk lain. Bahwa yang dimaksud dengan “pengaturan bersama”
dalam kontrak yang dimaksud, harus sesuai dengan ketentuan pasal 11 Lampiran-III UNCLOS 1982 yaitu; kontak-kontrak
dapat menentukan pengaturan bersama antara kontraktor dengan Otorita melalui Perusahaan dalam bentuk usaha-usaha
patungan atau bagi hasil, demikian juga setiap bentuk lain dari pengaturan bersama akan mendapatkan perlindungan yang
sama terhadap revisi, penangguhan dan pengakhiran seperti halnya kontrak-kontrak dengan Otorita.
Penulis berpendapat bahwa selain syarat-syarat umum tentang berlakunya suatu kontrak; dalam hal pembuatan
kontrak dimaksud ISA juga harus mengakomodir dalam kontrak perihal kesanggupan kontraktor sebagai berikut
137
: 1
Menyediakan bagi Perusahaan berdasarkan ketentun- ketentuan dan syarat-syarat komersial yang patut dan wajar
bilamana Otorita
menghendakinya teknologi
yang digunakan dalam melakukan kegiatan-kegiatan di Kawasan
berdasarkan kontrak yang oleh kontraktor dapat dialihkan secara sah menurut hukum. Kesanggupan ini hanya dapat
137
Pasal 5 ayat 3 huruf a, b, c dan d Lampiran-III UNCLOS 1982.
Universitas Sumatera Utara
140
ditagih apabila Perusahaan berkesimpulan tidak bisa mendapatkan teknologi yang sama atau yang mempunyai
efisiensi dan manfaat yang sama di pasaran terbuka berdasarkan ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang
patur dan wajar. 2
Memperoleh jaminan tertulis dari pemilik teknologi apapun yang digunakan dalam melakukan kegiatan-
kegiatan di Kawasan berdasarkan kontrak, yang umumnya tidak tersedia di pasaran bebas serta tidak termasuk dalam
sub-ayat 1, bahwa pemilik bersedia bilamana Otorita menghendakinya, menyediakan teknologi bagi Perusahaan
berdasarkan lisensi atau peraturan lainnya yang tepat dan berdasarkan ketentuan-ketentuan komersial yang patut dan
wajar, sama dengan yang disediakannya kepada kontraktor. Apabila jaminan demikian tidak diperoleh, maka teknologi
yang bersangkutan tidak boleh digunakan oleh kontraktor dalam melakukan kegiatan-kegiatannya di Kawasan.
Ketentuan ini juga menurut analisis Penulis adalah merupakan antisipasi tehnis dari ISA untuk menjamin
bahwa kegiatan-kegiatan di kawasan tidak akan terkendala hanya karena tehnologi.
3 Mendapatkan dari pemilik berdasarkan kontrak yang dapat
dipaksakan atas permintaan Perusahaan dan jika mungkin
Universitas Sumatera Utara
141
melakukannya tanpa mengakibatkan ongkos yang besar bagi kontraktor, suatu hak yang sah untuk mengalihkan
kepada Perusahaan teknologi apapun yang digunakan kontraktor,
dalam melakukan
kegiatan-kegiatan di
Kawasan berdasarkan kontrak, yang sebenarnya secara hukum tidak berhak dialihkannya dan umumnya tidak
tersedia di pasaran bebas. Dalam hal-hal dimana terdapat suatu hubungan usaha yang erat antara kontraktor dan
pemilik teknologi maka keeratan hubungan ini serta tingkat pengawasan atau pengaruh harus diperhitungkan dalam
menetapkan apakah telah diambil semua tindakan yang dapat dilaksanakan untuk memperoleh hak tersebut. Dalam
hal dimana kontraktor melaksanakan pengawasan yang efektif atas pemilik, kegagalan untuk memperoleh hak
yang sah dari pemilik harus dipertimbangkan relevan dengan kualifikasi kontraktor dalam setiap permohonan
berikutnya untuk memperoleh persetujuan suatu rencana kerja.
4 Memudahkan atas permintaan Perusahaan diperolehnya
oleh Perusahaan tiap teknologi yang termasuk sub-ayat 2, berdasarkan lisensi atau pengaturan lainnya yang tepat
serta dengan ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat komersial yang patut dan wajar, jika Perusahaan
Universitas Sumatera Utara
142
memutuskan untuk berunding secara langsung dengan pemilik teknologi tersebut.
5 Mengambil tindakan-tindakan yang sama seperti tersebut
di atas untuk kemanfaatan suatu negara berkembang atau kelompok
negara-negara berkembang
yang telah
mengajukan permohonan untuk suatu kontrak terhadap kegiatan-kegiatan di Kawasan yang dicadangkan dengan
ketentuan bahwa tindakan ini harus terbatas pada eksploitasi bagian kawasan yang diusulkan oleh kontraktor
dengan pengertian bahwa kegiatan-kegiatan menurut kontrak yang dikehendaki oleh negara berkembang atau
kelompok negara-negara berkembang tidak akan mencakup alih teknologi kepada negara ketiga atau warga negara
pada Negara ketiga. Kewajiban menurut ketentuan ini hanya berlaku berkenaan dengan kontraktor tertentu
dimana teknologi tidak diminta oleh Perusahaan atau dialihkan oleh kontraktor kepada Perusahaan.
Menurut Penulis ketentuan-ketentuan tersebut di atas bertujuan untuk mengantisipasi adanya hambatan tehnologi
yang dapat menghambat pelaksanaan kegiatan-kegiatan di Kawasan dan ini merupakan pelaksanaan kewenangan ISA
yang wajib ISA perhatikan dengan penuh ketelitian.Oleh karena itu harus ada antisipasi tehnis dari ISA untuk
Universitas Sumatera Utara
143
menjamin bahwa kegiatan-kegiatan di Kawasan tidak akan terkendala hanya karena teknologi.
Selain hal-hal yang Penulis uraikan di atas; dalam pelaksanaan kewenangan ISA terkait dengan kontrak
dimaksud; ISA juga berwenang untuk membuat syarat- syarat keuangan kontrak-kontrak yang akan disepakati atau
melakukan perundingan dengan para pihak terkait. Namun walaupun
melakukan perundingan;
ISA dalam
melaksanakan kewenangannya harus berpedoman kepada tujuan-tujuan yang hendak dicapai ISA dalam menyepakati
suatu kontrak antara lain
138
: 1
Untuk menjamin pendapatan yang optimum bagi Otorita dari penghasilan-penghasilan produksi komersial;
2 Untuk menarik penanaman modal dan teknologi bagi
eksplorasi dan eksploitasi Kawasan; 3
Untuk menjamin perlakukan keuangan yang sama dan kewajiban keuangan yang sebanding bagi kontraktor-
kontraktor; 4
Untuk memberikan insentif-insentif atas dasar persamaan dan nondiskriminasi bagi kontraktor-kontraktor untuk
mengadakan pengaturan-pengaturan bersama dengan Perusahaan dan negara-negara berkembang atau warga
138
Pasal 13 Lampiran-III UNCLOS 1982.
Universitas Sumatera Utara
144
negara-warga negara mereka, untuk menggalakkan pengalihan teknologi kepada mereka dan melatih Otorita
dan negara-negara berkembang dan; 5
Untuk memungkikan
Perusahaan mengadakan
penambangan dasar alut secara efektif pada waktu yang sama dengan satuan-satuan yang disebut dalam pasal 153
UNCLOS 1982. Demikian juga dengan waktu-waktu pembayaran iuran
dari kontraktor, tata cara pembayaran dan persentase pembayaran iuran dimaksud dapat diatur klausulanya dalam
kontrak. Contohnya sesuai ketentuan pasal 13 ayat 5 huruf a Lampiran-III UNCLOS 1982 diatur bahwa apabila seorang
kontraktor memilih untuk memberikan iuran keuangan kepada Otorita dengan membayar pengutan produksi saja, maka
pengutan itu ditetapkan berdasarkan persentase nilai pasar logam-logam yang diproses dari nodul-nodul polimetalik yang
dihasilkan dari Kawasan sebagaimana diakup dalam kontrak. Persentase ini ditetapkan : a untuk 1 sampai 10 tahun produksi
komersial adalah sebanyak 5 lima persen dan b untuk tahun ke-11 hingga akhir produksi adalah sebanyak 12 dua belas
persen. Sebagaimana lazimnya suatu kontrak juga harus
membuat klausula yang berkaitan dengan sanksi jika
Universitas Sumatera Utara
145
kontraktor melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap prosedur dan ketentuan-ketentuan dari ISA antara lain:
1 Hak-hak seorang kontraktor menurut kontrak dapat
dibekukan atau dicabut hanya dalam hal-hal berikut ini: a
Jika, walaupun telah diberi peringatan-peringatan oleh Otorita, kontraktor telah melakukan kegiatan-
kegiatannya dengan cara sedemikian rupa hingga mengakibatkan pelanggaran-pelanggaran yang berat
terus menerus dan sengaja terhadap ketentuan- ketentuan dasar kontrak, Bab XI dan ketentuan-
ketentuan, peraturan-peraturan
dan prosedur-
prosedur Otorita; atau b
Apabila seorang kontraktor gagal memenuhi suatu keputusan akhir yang mengikat dari suatu badan
penyelesaian sengketa yang berlaku baginya
139
. 2
Otorita dapat menjatuhkan kepada kontraktor hukuman- hukuman denda sebanding dengan beratnya pelanggaran-
pelanggaran yang dilakukannya. Menurut penelitian Penulis, klausula tersebut di atas perlu
dicermati dengan
sebaik-baiknya oleh
ISA jika
akan memberlakukannya. Hal ini karena berkaitan dengan kekuasaan-
kekuasaan dan fungsi-fungsi lain dari ISA, seperti kekuasaan
139
Pasal 18 Lampiran-III UNCLOS 1982.
Universitas Sumatera Utara
146
Dewan untuk untuk mengeluarkan printah-perintah darurat yang dapat mencakup perintah untuk menangguhkan atau penyesuaian
operasi untuk mencegah kerusakan berat bagi lingkungan laut yang terjadi karena kegiatan-kegiatan di kawasan. Dalam hal ini
ISAtidak boleh melaksanakan suatu keputusan yang menyangkut hukuman-hukuman denda, pembekuan atau pencabutan hingga
kontraktor diberikan suatu kesempatan yang pantas untuk menggunakan upaya hukum yang tersedia baginya.
Selain itu dalam pembuatan maupun dalam pelaksanaan kontrak; ISA berwenang untuk membuat syarat-syarat untuk
menjamin terlaksananya kontrak atau mencari solusi jika ditemukan hambatan dalam pelaksanaannya. misalnya, apabila
timbul keadaan atau mungkin timbul keadaan yang menurut pendapat setiap pihak akan dapat mengakibatkan kontrak itu
menjadi tidak adil atau menyebabkan tidak dilaksanakan atau tidak mungkin mencapai sasaran yang ditetapkan dalam kontrak, maka
para pihak harus mengadakan perundingan-perundingan untuk merubahnya. Namun untuk merubah suatu kontrak, ISA harus
berpedoman kepada ketentuan yaitu setiap kontrak yang diadakan hanya dapat dirubah dengan persetujuan para pihak baik karena
ketentuan UNCLOS 1982 maupun ketentuan-ketentuan hukum internasional lainnya.
Universitas Sumatera Utara
147
Selanjutnya mengenai pertanggungjawaban ISA juga berwenang membuat klausula dalam kontrak bahwa Kontraktor
harus bertanggung jawab atau berkewajiban membayar ganti rugi atas setiap kerusakan yang timbul dari kesalahannya dalam
melaksanakan kegiatannya. Namun Kontraktor juga mempunyai hak untuk mengajukan klausula dalam kontrak agar ISA juga
bertanggungjawab dengan memperhitungkan pula bagian kesalahan atau kelalaian dari ISA
140
. Demikian pula, ISA harus bertanggung jawab atau membayar ganti rugi atas setiap kerusakan yang timbul
dari kesalahannya dalam melaksanakan kekuasaan dan fungsinya termasuk pelanggaran menurut pasal 168 ayat 2, dengan
memperhitungkan bagian dari kontraktor atas kesalahan dan kelalaian tersebut. Kewajiban membayar ganti rugi dalam setiap
peristiwa haruslah sama dengan kerugian yang nyata. Ketentuan pasal 168 ayat 2 UNCLOS 1982 menyatakan :
Sekretaris Jenderal dan stafnya tidak boleh mempunyai kepentingan keuangan dalam kegiatan-kegiatan apapun
yang bertalian dengan eksplorasi dan eksploitasi di Kawasan. Sesuai dengan tanggungjawabnya terhadap
Otorita, mereka tidak boleh membuka rahasia industri atau data pemilikan Perusahaan yang sudah dialihkan pada
Otorita menurut Lampiran-III pasal 14 atau informasi yang bersifat rahasia yang dapat mereka ketahui karena
jabatannya pada Otorita, sekalipun jabatan mereka telah berakhir”.
140
Pasal 22 Lampiran-III UNCLOS 1982.
Universitas Sumatera Utara
148
e. Ijin Produksi
UNCLOS 1982 maupun lampiran-lampirannya mengatur; bahwa suatu ijin produksi dapat diperoleh setelah diajukannya
suatu permohonan. ISA sendiri mempunyai wewenang untuk mengeluarkan ijin atau menolak suatu permohonan ijin. Namun
dalam mengeluarkan ijin produksi atau menolak suatu permohonan produksi dimaksud, ISA wajib memperhatikan
ketentuan-ketentuan, prosedur-prosedur dan kebijaksanaan- kebijaksaan yang merupakan kewenangan ISA. Pendapat
Penulis tersebut di atas, Penulis sampaikan setelah Penulis menganalisis ketentuan yang mengatur kewenangan ISA untuk
mengeluarkan ijin atau apabila permohonan ijin produksi di tolak.
Bahwa pada pasal 151 ayat 2 huruf e menyatakan; apabila dikeluarkan, ijin produksi dan permohonan yang disetujui itu
akan menjadi bagian dari Rencana Kerja yang disetujui. Artinya bahwa jika ijin produksi diberikan sudah ada acuan
operasionalnya yaitu Rencana Kerja yang sudah diajukan sebelumnya. Namun jika suatu permohonan ijin produksi
ditolak, maka permohonan dimaksud setiap waktu dapat diajukan kembali, tentunya setelah melakukan perbaikan-
perbaikan yang sesuai dengan ketentuan-ketentudan dan prosedur-prosedur yang ada. Penolakan dapat dikarenakan hak
Universitas Sumatera Utara
149
preferensi dan prioritas diantara para Pemohon. Namun ISA dapat menarik kembali hak preferensi jika pekerjaan operator
ternyata tidak memuaskan sebagaimana yang diharapkan dan direncanakan sebelumnya.
2. Pelaksanaan Kekuasaan-Kekuasaan dan FungsiInternational