90
BAB IV KEWENANGAN INTERNATIONAL SEA BED AUTHORITY ISA DALAM
KEGIATAN EKSPLORASI DAN EKSPLOITASI SUMBER DAYA MINERAL DI KAWASAN DASAR LAUT INTERNASIONAL AREA
A. InternationalSeabed Authority ISASebagaiBadan Otorita Utama
Kawasan Dasar Laut Internasional
1. Sejarah berdirinya International Seabed Authority ISA
Sejarah pembentukan Otorita atau ISA tidak jauh dari sejarah terbentuknya rezim Kawasan dalam perkembangan hukum laut
internasional yang telah Penulis uraikan dalam bab-bab sebelumnya. Berawal dari ditemukannya mineral-mineral oleh kapal negara-negara
yang memiliki teknologi pertambangan dasar laut yang berujung pada usulan delegasi Malta yang bernama Arvid Pardo dalam Sidang
Majelis Umum PBB Tahun 1967 mengenai kawasan dasar laut harus ditetapkan sebagai warisan bersama umat manusia. Sebelumnya juga
terdapat Proklamasi Truman tahun 1945 yang salah satunya berisikan perihal Amerika Serikat yang berhak untuk mengambil kekayaan di
dasar laut yang berbatasan dengan pantainya. Kemudian, setelah usulan Arvid Pardo tersebut diterima, Majelis
Umum PBB mengeluarkan Resolusi Majelis Umum PBB Nomor 2749 XXV tanggal 17 Desember 1970 yang dengan khidmat menyatakan
inter alia bahwa baik kawasan dasar laut dan dasar samudera dan
Universitas Sumatera Utara
91
tanah di bawahnya, di luar batas yurisdiksi nasional, maupun sumber kekayaannya, adalah warisan bersama umat manusia, yang eksplorasi
dan eksploitasinya harus dilaksanakan bagi kemanfaatan umat manusia sebagai suatu keseluruhan, tanpa memandang lokasi geografis negara-
negara. Kemudian, Resolusi MU PBB Nomor 2750 XXV dikeluarkan oleh MU PBB tahun 1970 guna melaksanakan Konferensi
Hukum Laut III yang dipercayakan kepada suatu komite yang dinamakan The Committee of Peaceful Uses of The Seabed and Ocean
Floor Beyond The Limits of National Jurisdiction atau yang dikenal dengan UN Seabed Committee. UN Seabed Committee tersebut dibagi
ke dalam 3 tiga sub-komite, yaitu
113
: a.
Sub-Komite I yang menangani rezim hukum laut internasional tentang penambangan dasar laut samudera dalam;
b. Sub-Komite II menangani semua permasalahan dalam hukum laut
internasional umum seperti zona ekonomi eksklusif, landas kontinen dan lain sebagainya;
c. Sub-Komite III, yang antara lain menangani masalah penelitian
ilmiah dan alih teknologi kelautan. Sub-Komite I yang fokus pada hal terkait penambangan di dasar
laut berhasil mencapai kesepakatan mengenai batas terluas landas kontinen suatu negara yang menjadi ukuran yang jelas dalam
menetapkan kawasan dasar laut samudera dalam yang berada di luar
113
Dikdik Mohammad Sodik, Op. Cit., Hlm. 193-194.
Universitas Sumatera Utara
92
batas yurisdiksi nasional.
114
Selain itu, dari sub-komite ini ditetapkan sistem paralel untuk melakukan kegiatan eksplorasi di Kawasan,
dimana sistem paralel merupakan sistem yang sama dan serupa yaitu
115
: 1 diakui perlunya ada Badan Otorita Internasional; 2 Otorita ini akan membentuk The Enterprise yang akan melakukan
kegiatan penambangan di dasar laut samudera dalam; 3 Otorita akan memberikan izin pertambangan kepada The Enterprise atau
Perusahaan dari suatu negara atau negara dengan membangi suatu daerah pertambangan di dasar laut samudera dalam menjadi dua
secara sama dan serupa, yang diberikan kepada The Enterprise dan kepada Perusahaannegara yang meminta izin; 4 di bawah pengaturan
dan pengawasan Otorita, perusahaan investor negara maju diharapkan akan mengalihkan teknologinya kepada The Enterprise.
Berdasarkan hal tersebut, kemudian dibentuklah International Seabed Authority disingkat “The Authority” atau yang dalam
Bahasa Indonesia disebut dengan Badan Otorita Dasar Laut InternasionalOtorita. Perihal mengenai pembentukan OtoritaISA
diatur dalam Pasal 156 UNCLOS 1982, yang memuat hal-hal berikut : 1
ayat pertama menjelaskan bahwa pembentukan Otorita Dasar Laut Internasional yang akan berfungsi sesuai dengan ketentuan
dalam Bab XI UNCLOS 1982;
114
Bandingkan dengan Ibid.
115
Bandingkan dengan Ibid., sebagaimana termuat dalam Munadjat Danusaputro, “Wawasan Nusantara Dalam Gejolak Teknologi dan Konstitusi Laut dan Samudera Buku V ,
Penerbit Alumni, Bandung, 1983, Hlm. 15.
Universitas Sumatera Utara
93
2 ayat kedua menyebutkan bahwa semua negara peserta negara
yang meratifikasi UNCLOS 1982 secara otomatis atau ipso facto adalah anggota ISA;
3 ayat ketiga, yang mengatur mengenai peninjau observer ISA
yang merupakan subjek-subjek hukum internasional selain negara
116
; 4
ayat keempat, yang menyebutkan bahwa ISA berkedudukan di Jamaika;
5 ayat kelima, yang menyebutkan bahwa ISA dapat membentuk
pusat-pusat atau kantor-kantor regional regional offices yang dianggap perlu bagi pelaksanaan fungsi-fungsinya.
2. Asas dan Fungsi International Seabed Authority ISA