155
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hukum laut internasional tidak hanya berubah dalam ruang dan
letaknya; melainkan juga berubah dalam lintasan waktu. Artinya hukum laut internasional itu berkembang dari zaman ke zaman, mulai
dari zaman sebelum, pada waktu dan sesudah zaman Romawi sampai kepada zaman modern. Perdebatan-perdebatan konsepsi mengenai
wilayah lautan serta berbagai kasus penuntutan wilayah perairan dari berbagai negara kemudian mengilhami masyarakat internasional
untuk membentuk kodifikasi mengenai hukum laut melalui berbagai perundingan atau konferensi. Setelah konferensi hukum laut ke-III
yang dilaksanakan di Venezuela dan New York, sebuah naskah final mengenai hukum laut akhirnya disepakati dan saat ini sudah
diratifikasi oleh hampir seluruh negara di dunia, yang dikenal dengan Konvensi Hukum Laut PBB 1982.
2. Pengaturan mengenai kawasan dasar laut internasional dalam
Konvensi Hukum Laut PBB 1982 berawal dari prinsip common heritage of mankind CHM yang memandang kawasan dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya merupakan warisan bersama umat manusia. Oleh karena itu dipandang bahwa hukum laut bersifat
publik, khususnya yaitu hukum laut internasional yang pada dasarnya merupakan cabang dari hukum internasional. Prinsip ini juga dianut
Universitas Sumatera Utara
156
oleh UNCLOS 1982 bahkan dijadikan sebagai norma hukum sebagaimana diatur dalam pasal 136 UNCLOS 1982 yang
berbunyi:“The Area and its resources are the common heritage of mankind.” Pada sisi lain pasal 1 ayat 1 UNCLOS 1982 mengatur
bahwa KawasanArea adalah dasar laut dan dasar samudera dalam serta tanah di bawahnya di luar batas-batas yurisdiksi nasional suatu
negara. Namun perlu digarisbawahi bahwa kawasan dasar laut yang dimaksud dalam pasal tersebut berbeda dengan kawasan dasar laut
pada landas kontinen, sebab kawasan dasar laut pada landas kontinen masih termasuk dalam yurisdiksi suatu negara pantai. Oleh karena itu
pengaturan mengenai kawasan dasar laut internasional dalam hukum laut internasional tunduk kepada UNCLOS 1982 berikut lampiran-
lampirannya dan tunduk pula kepada hukum internasional lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan UNCLOS 1982.
3. International
Seabed Authority
ISA dalam
melaksanakan kewenangannya tidak hanya mengatur dan mengawasi kegiatan
eksplorasi dan eksploitasi sumber daya mineral yang berlangsung di area, namun badan ini juga bertindak sebagai pelaksana kegiatan
eksplorasi dan eksploitasi sumber daya mineral tersebut melalui salah satu organnya yang disebut enterprise. Pelaksanaan kewenangan ISA
dalam eksplorasi dan ekploitasi mencakup beberapa hal yaitu : a. pelaksanaan kewenangan untuk memproses permohonan eksplorasi
dengan meneliti kualifikasi personal Pemohon, kemampuan tehnik
Universitas Sumatera Utara
157
dan keuangannya serta Rencana Kerjanya. Jika permohonan diijinkan maka ijin dimaksud langsung dibuat dalam bentuk kontrak; b
pelaksanaan kewenangan yang berkaitan dengan syarat-syarat kontrak baik yang berhubungan dengan ketentuan dan prosedur ISA maupun
kesepakatan bersama; c. pelaksanaan kewenangan memberikan atau menolak permohonan ijin produksi kepada satuan-satuan yang
mengajukan permohonan dan; d. pelaksanaan kewenangan untuk menerima, menagih iuran-iuran yang diwajibkan kepada kontraktor-
kontraktor yang melakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi di kawasan.
B. Saran