Pengaruh Kerentanan Sosial terhadap Partisipasi Kelompok Miskin

aksesibilitas kebutuhan dasar. Hal tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2 bahwa B kolektivitas persepsi frekuensi tidak berada dalam selang kepercayaan 95 per sen. Tidak berpengaruhnya kolektivitas persepsi frekuensi terhadap aksesibilitas kebutuhan dasar dikarenakan sebagian besar responden memiliki persepsi terhadap frekunsi kolektivitas yang relatif seragam.

9.3 Pengaruh Kerentanan Sosial terhadap Partisipasi Kelompok Miskin

Kota Kerentanan sosial dalam penelitian ini terdiri dari empat variabel, yaitu kekerabatan, keterampilan, etnisitas dan kolektivitas. Masing-masing variabel diakumulasikan berdasarkan data frekuensi objektif dan persepsi subjektif. Maka variabel yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah kekerabatan objektif, kekerabatan persepsi, keterampilan objektif, keterampilan persepsi, etnisitas objektif, etnisitas persepsi, kolektivitas objektif, kolektivitas persepsi frekuensi, kolektivitas persepsi sikap dan kolektivitas persepsi total. Variabel tersebut dapat diuji pengaruhnya dengan uji Regresi Linear. Uji Regresi Linear dilakukan dengan memasukkan seluruh variabel independent sekaligus sebagai variabel berpengaruh terhadap variabel partisipasi. Analisis dilakukan pada selang kepercayaan 95 per sen. Fungsi yang dihasilkan dari uji Regresi Linear tersebut adalah sebagai berikut: V29 = 12,357 + 0,066 v1 - 0,070 v2 + 0,029 v3 + 0,018 v4 - 0,097 v5 + 0,185 v6 - 0,016 v7 - 0,790 v9 + 0,845 v10 Keterangan: v1 = Kekerabatan objektif v6 = Etnisitas persepsi v2 = Kekerabatan persepsi v7 = Kolektivitas objektif v3 = Keterampilan objektif v9 = Kolektivitas persepsi sikap v4 = Keterampilan persepsi v10 = Kolektivitas persepsi total v5 = Etnisitas objektif V29 = Partisipasi Berdasarkan fungsi di atas dapat diketahui bahwa setiap kenaikan satu nilai pada kekerabatan objektif maka akan meningkatkan partisipasi sebesar 0,066. Selain itu dapat diketahui bahwa setiap kenaikan satu nilai pada kekerabatan persepsi maka akan mengurangi partisipasi sebesar 0,070. Setiap kenaikan satu nilai pada keterampilan objektif maka akan meningkatkan partisipasi sebesar 0,029. Setiap kenaikan satu nilai pada keterampilan persepsi maka akan meningkatkan partisipasi sebesar 0,018. Setiap kenaikan satu nilai pada etnisitas objektif maka akan mengurangi partisipasi sebesar 0,097. Setiap kenaikan satu nilai pada etnisitas persepsi maka akan meningkatkan partisipasi sebesar 0,185. Setiap kenaikan satu nilai pada kolektivitas objektif maka akan mengurangi partisipasi sebesar 0,016. Setiap kenaikan satu nilai pada kolektivitas persepsi sikap maka akan mengurangi partisipasi sebesar 0,790. Setiap kenaikan satu nilai pada kolektivitas persepsi total maka akan meningkatkan partisipasi sebesar 0,845. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel Coefficients pada Lampiran 2. Hasil uji Regresi Linear pada Lampiran 2 menunjukkan bahwa B 0,066 kekerabatan objektif berada pada selang kepercayaan 95 per sen dengan lower bound -0,102 dan upper bound 0,235. Maka disimpulkan kekerabatan objektif memiliki pengaruh positif terhadap partisipasi. Hal tersebut dikarenakan aktivitas komunikasi dan silaturahmi dengan kerabat dapat mengurangi waktu responden untuk memulung. Terlebih komunikasi dan silaturahmi relatif sulit dilakukan oleh responden karena sebagian besar kerabat responden berada di kampung halaman. Selain itu partisipasi pemulung sangat rendah karena kehidupannya yang menggelandang. Sehingga terlihat bahwa semakin rendah kekerabatan pemulung maka semakin rendah pula tingkat partisipasinya. Selain itu B -0,070 kekerabatan persepsi juga berada pada selang kepercayaan 95 per sen dengan lower bound -0,157 dan upper bound 0,018. Maka disimpulkan kekerabatan persepsi memiliki pengaruh negatif terhadap partisipasi. Hal tersebut dikarenakan persepsi responden yang menganggap berkomunikasi dan silaturahmi dengan kerabat sudah cukup jika hanya setiap setahun sekali. Komunikasi dan silaturahmi dilakukan pada saat lebaran dan hari raya lainnya. Hasil uji Regresi Linear pada Lampiran 2 juga menunjukkan bahwa B 0,029 keterampilan objektif berada pada selang kepercayaan 95 per sen dengan lower bound -0,116 dan upper bound 0,173. Maka disimpulkan keterampilan objektif memiliki pengaruh positif terhadap partisipasi. Hal tersebut dikarenakan keterampilan yang dibutuhkan bagi pemulung tidaklah sulit dan keterampilan seperti memilah sampah organik dan anorganik relatif dilakukan setiap hari oleh sebagian besar responden. Selain itu keterampilan khusus seperti memperbaiki barang yang rusak sehingga dapat dijual dengan harga lebih tinggi jarang dilakukan responden. Kemudian dari segi keterampilan berkomunikasi pemulung dalam penguasaan bahasa indonesia, bahasa daerah asal dan bahasa daerah lain dapat menjadikan responden lebih partisipatif dalam kegiatan kemasyarakatan. Meski dalam kenyataannya kehidupan menggalandang sangat kecil kesempatannya untuk berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan. Selanjutnya B 0,018 keterampilan persepsi juga berada pada selang kepercayaan 95 per sen dengan lower bound -0,097 dan upper bound 0,134. Maka disimpulkan keterampilan persepsi memiliki pengaruh positif terhadap partisipasi. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar persepsi responden mampu berbahasa Indonesia, dan bahasa daerah lain. Kemampuan berbahasa tersebut merupakan suatu konsekuensi yang sangat memungkinkan dikuasai karena hidup di Jakarta yang heterogen masyarakatnya. Sehingga kemampuan berbahasa responden mampu meningkatkan kepercayaan responden untuk berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan. Hasil uji Regresi Linear pada Lampiran 2 juga menunjukkan bahwa B - 0,097 etnisitas objektif berada pada selang kepercayaan 95 per sen dengan lower bound -0,299 dan upper bound 0,105. Maka disimpulkan etnisitas objektif memiliki pengaruh negatif terhadap partisipasi. Hal tersebut dikarenakan aktivitas komunikasi dan pergaulan responden dengan sesama etnis dapat meningkatkan rasa solidaritas. Pemulung yang sebagian besar hidup menggelandang memiliki partisipasi yang sangat rendah. Partisipasi yang sangat rendah pada pemulung dikarenakan kehidupan pemulung yang terbatas pada suatu kelompok yang terkadang terbentuk atas persamaan etnis. Sehingga pemulung kurang dapat bergaul dengan masyarakat luas yang konsisten melakukan kegiatan kemasyarakatan seperti kerjabakti, siskamling dan pengajian. Selanjutnya B 0,185 etnisitas persepsi juga berada pada selang kepercayaan 95 per sen dengan lower bound -0,029 dan upper bound 0,399. Maka disimpulkan etnisitas persepsi memiliki pengaruh positif terhadap partisipasi. Rasa etnisitas yang tinggi oleh responden menjadikan eksklusif dalam kelompoknya. Sehingga kehidupannya sangat terbatas pada kelompoknya dan keterlibatan atau partisipasi pada kegiatan kemasyarakatan sangat rendah. Hasil uji Regresi Linear pada Lampiran 2 juga menunjukkan bahwa B - 0,016 kolektivitas objektif berada pada selang kepercayaan 95 per sen dengan lower bound -0,472 dan upper bound 0,440. Maka disimpulkan kolektivitas objektif memiliki pengaruh negatif terhadap partisipasi. Hal tersebut dikarenakan pemulung hidup secara berkelompok dengan rasa solidaritas yang tinggi, hidup saling membentu dalam kelompoknya. Namun kelompok pemulung hidup tidak bergaul dengan masyarakat luas. Sehingga terlihat eksklusif dan keterlibatan kelompok miskin kota ini sangat rendah dalam kegiatan kemasyarakatan. Selanjutnya B -0,790 kolektivitas persepsi sikap juga berada pada selang kepercayaan 95 per sen dengan lower bound -1,329 dan upper bound -0,252. Selain itu B 0,845 kolektivitas persepsi total juga berada pada selang kepercayaan 95 per sen dengan lower bound 0,579 dan upper bound 1,111 Maka disimpulkan kolektivitas persepsi sikap memiliki pengaruh positif terhadap partisipasi. Hal tersebut dikarenakan dominannya responden yang setuju terhadap kegiatan untuk kepentingan bersama seperti kerja bakti, siskamling, menolong teman yang sesulitan ekonomi. Sehingga sikap terhadap kegiatan untuk kepentingan bersama yang terbentuk oleh responden memberikan pengaruh yang positif pada pembentukan perilaku responden dalam berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan. Meski dalam realitanya jarang sekali responden yang melakukan kegiatanan untuk kepentingan bersama terutama pada kerja bakti dan siskamling. Kegiatan yang demikian sangat sulit dilakukan oleh responden yang hidupnya menggelandang. Hasil uji Regresi Linear dengan selang kepercayaan sebesar 95 per sen menunjukkan kolektivitas persepsi frekuensi tidak memiliki pengaruh terhadap partisipasi. Hal tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2 bahwa B kolektivitas persepsi frekuensi tidak berada dalam selang kepercayaan 95 per sen. Tidak berpengaruhnya kolektivitas persepsi frekuensi terhadap partisipasi dikarenakan sebagian besar responden memiliki persepsi terhadap frekunsi kolektivitas yang relatif seragam.

BAB V FAKTOR INTERNAL KERENTANAN SOSIAL