Pola nafkah ganda, yaitu dalam satu keluarga terdapat dua atau lebih Pemanfaatan kelembagaan ekonomi, seperti dengan memanfaatkan

keputusan. Mereka juga mudah sekali mengikuti anggota masyarakat lain yang mempunyai status dan wewenang lebih tinggi tanpa berpikir lebih lanjut dan tanpa kritik. Terdapat tiga faktor yang menyebabkan sikap tersebut, yaitu perasaan tidak pasti dan tidak berdaya, pandangan bahwa hidup ini ditentukan oleh nasib, dan pandangan bahwa keputusan-keputusan hanya untuk orang-orang kaya dan terpelajar. Hasil penelitian Lewis 1988 menunjukkan, bahwa kelompok miskin memiliki efektivitas partisipasi yang rendah dan integrasinya dalam lembaga- lembaga utama masyarakat. Hal tersebut diakibatkan oleh faktor langkanya sumber-sumber daya ekonomi, diskriminasi, rasa takut dan curiga, rendahnya pendapatan, minimnya harta milik berharga dan terbatasnya uang tunai. Semua kondisi tersebut tidak memungkinkan mereka untuk berpartisipasi dengan efektif ke dalam sistem ekonomi terlebih, untuk urusan bantuan sosial. Pada individu yang miskin terdapat ciri-ciri utama yaitu kuatnya perasaan tidak berharga, tidak berdaya, ketergantungan, rendah diri, perasaan tidak berguna dan pasrah. Akan tetapi mereka mempunyai sikap yang kritis terhadap peraturan yang mendasar yang didominasi oleh kaum yang kaya dan berkuasa, benci kepada polisi, tidak percaya kepada pemerintah dan bahkan bersikap sinis terhadap keagamaan. Kaum miskin ini mempunyai tingkat melek huruf dan pendidikan yang rendah, memiliki akses yang rendah pada rumah sakit dan bank. Mereka seringkali sulit memenuhi kebutuhan pokok seperti makanan. Hal tersebut dikarenakan jumlah tanggungan keluarga yang sangat banyak. Bahkan dalam satu rumah ditempati hingga sembilan orang yang menjadikan rumah penuh dan sesak, sehingga mereka seringkali berhutang kepada tetangga atau kerabat yang kebetulan juga bertetangga dengannya. Strategi nafkah mereka ialah menjalankan pekerjaan sambilan dengan menangkap sejumlah peluang yang mampu menghasilkan uang. Menurut Musyarofah 2006, terdapat sembilan strategi nafkah yang dilakukan oleh komunitas-komunitas miskin di perkotaan. Strategi-strategi nafkah tersebut antara lain:

1. Pola nafkah ganda, yaitu dalam satu keluarga terdapat dua atau lebih

pekerjaan yang dilakukan, baik oleh satu orang atau terbagi pada seluruh anggota keluarga.

2. Pemanfaatan kelembagaan ekonomi, seperti dengan memanfaatkan

kelembagaan arisan, sistem kredit dan bank keliling. 3. Pemanfaatan jaringan sosial, dapat berupa jejaring kemitraan bisnis atau berupa ikatan pertetanggaan dan ikatan persaudaraan. Ikatan ketetanggaan dan persaudaraan ini dimaksudkan untuk memberikan akses bagi rumah tangga miskin untuk mendapatkan bantuan ketika membutuhkan sesuatu. 4. Basis perdagangan, seperti berjualan nasi uduk untuk memperoleh pendapatan yang akan digunakan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari atau dengan membuka warung kecil untuk membiayai sekolah anak-anaknya. 5. Mengganti jenis makanan, dilakukan ketika rumah tangga miskin berada dalam kondisi sulit. Strategi ini bagian dari proses penekanan pengeluaran. Mereka mengganti menu makan menjadi makanan yang lebih sederhana. 6. Basis rumah kontrakan, dilakukan dengan memanfaatkan modal mereka untuk membangun rumah kontrakan. 7. Basis peluang kerja di sektor industri, terkait dengan keberadaan sektor industri di lingkungan mereka yang menimbulkan strategi nafkah berupa peluang kerja di sektor industri. 8. Berhutang, dilakukan ketika kondisi rumah tangga komunitas miskin berada pada kondisi krisis dengan meminjam uang kepada tetangga yang berhubungan baik sehingga menimbulkan sikap saling percaya. 9. Mencairkan aset rumah tangga, dilakukan dengan menjual aset rumah tangga yang dimiliki seperti menjual barang elektronik. Strategi ini dilakukan ketika mereka dalam kondisi krisis. Permasalahan yang dihadapi oleh komunitas-komunitas miskin di perkotaaan antara lain timbul akibat rendahnya kualitas sumber daya yang mereka miliki dan keterampilan yang kurang memadai dari mereka untuk mencari pekerjaan dan bersosialisasi dengan masyarakat lainnya di kota. Jayanti 2007 merumuskan pemaknaan kemiskinan bagi komunitas miskin di perkotaan yang juga dapat dirumuskan sebagai permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh mereka. Permasalahan-permasalahan tersebut meliputi:

1. Rendahnya pendapatan, terkait dengan jenis pekerjaan yang dijalani