Sikap terhadap Kegiatan Kepentingan Bersama

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa responden yang memiliki persepsi terhadap frekuensi mendapatkan pertolongan dari teman sekampung ketika mendapatkan masalah pada kategori sangat sering sebesar tiga per sen. Selain itu pada kategori sering sebesar sebelas per sen, kategori cukup sebesar tiga per sen, kategori jarang sebesar 26 per sen dan kategori tidak pernah sebesar 57 per sen seperti tampak pada Gambar 39. Dominannya responden yang merasa tidak pernah mendapatkan pertolongan dari teman sekampung ketika mendapatkan masalah karena sebagian besar responden sulit menemui teman sekampung di Jakarta. Namun sebagian besar responden mengaku saerin mendapatkan pertolongan dari teman-temannya sesama pemulung meski dengan latarbelakang daerah asal yang berbeda.

6.2 Kolektivitas Pemulung

6.2.1 Sikap terhadap Kegiatan Kepentingan Bersama

Pemulung di Kota Jakarta yang biasanya merupakan pendatang dari berbagai daerah pedesaan tidak memiliki seseorang yang dikenal terlebih dengan kerabatnya. Sebagai manusia yang memiliki jiwa sosial yang merasa tidak bisa hidup tanpa adanya interaksi dengan orang lain, maka pemulung membetuk suatu kelompok atas dasar persamaan profesi sebagai pemulung. Seperti yang diungkapkan oleh Suparlan 1984, bahwa seseorang yang berasal dari desa dan bermigrasi ke kota cenderung tetap mempertahankan budaya yang terinternalisasi dalam dirinya. Kehidupan di desa yang sangat tinggi solidaritasnya kepada sesama warganya dan tingkat kolektivitas yang tinggi akan sulit untuk dihilangkan oleh orang desa meski telah hidup di lingkungan kota yang sangat heterogen dan kompleks masyarakatnya. Penelitian ini akan menunjukkan tingkat koletivitas pemulung di Kota Jakarta yang diukur dari sikapnya kepentingan bersama dan perilakunya terhadap kepentingan bersama. Adapun sikap responden terhadap kepentingan bersama kaitkan dengan kegiatan dan tindakan untuk kepentingan bersama seperti kegiatan kerja bakti, siskamling, menolong teman, memberikan makanan kepada teman, bersodakoh, dan membantu biaya berobat teman. Tabel 17 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Sikap Kolektivitas Terhadap Kepentingan Bersama, Kelurahan Grogol Selatan, Kec. Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, 2011 Sikap Terhadap Kepentingan Bersama Kategori Sangat Setuju Setuju Biasa Saja Kurang Setuju Tidak Setuju Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Kegiatan kerja bakti 2 6 30 86 3 8 Kegiatan siskamling 32 91 2 6 1 3 Menolong teman yang bermasalah 30 86 4 11 1 3 Memberikan makanan kepada teman yang kesulitan makan 1 3 32 91 1 3 1 3 Menyumbangkan sebagian pendapatan untuk sodakoh 1 3 33 94 1 3 Membantu membiayai pengobatan teman yang sakit 1 3 32 91 1 3 1 3 Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase sikap responden terhadap kegiatan kerja bakti pada kategori sangat setuju sebesar enam per sen, kategori setuju sebesar 86 per sen dan kategori biasa saja sebesar delapan per sen seperti tampak pada Tabel 17. Dominannya responden yang memiliki sikap setuju terhadap kegiatan kerja bakti dikarenakan responden cenderung memiliki pemahaman bahwa kerja bakti merupakan kegiatan positif yang bermanfaat untuk kepentingan bersama. Pendapat responden yang demikian juga berlaku terhadap kegiatan siskamling. Dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase sikap responden terhadap kegiatan siskamling pada kategori setuju sebesar 91 per sen. Sedangkan pada kategori biasa saja hanya sebesar enam persen dan kategori tidak setuju sebesar tiga persen seperti tampak pada Tabel 17. Namun yang menarik adalah terdapat tiga per sen responden yang memiliki sikap tidak setuju pada kegiatan siskamling. Responden tersebut adalah Bapak AN, menurutnya siskamling sudah cukup dijalankan oleh hansip atau satpam. Terlebih kegiatan pemulung sudah sangat banyak menghabiskan tenaga dan waktu sehingga sangat berat untuk melaksanakan siskamling. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa persentase sikap responden terhadap kegiatan menolong teman yang bermasalah pada kategori setuju sebesar 86 per sen, kategori biasa saja sebesar sebelas per sen dan kategori kurang setuju sebesar tiga per sen seperti tampak pada Tabel 17. Dominannya responden yang memiliki sikap setuju terhadap kegiatan menolong teman yang bermasalah dikarenakan responden cenderung memiliki pemahaman bahwa menolong teman yang bermasalah merupakan kegiatan positif yang bermanfaat dan terpuji. Selain itu, berdasarkan Tabel 17, menunjukkan bahwa persentase sikap responden terhadap kegiatan memberikan makanan kepada teman yang kesulitan makan pada kategori sangat setuju sebesar tiga per sen, kategori setuju sebesar 91 per sen, kategori biasa saja sebesar tiga per sen dan kategori kurang setuju sebesar tiga per sen. Begitu juga dengan kegiatan menyumbangkan sebagian pendapatan untuk sodakoh dan membantu membiayai pengobatan teman yang sakit, responden juga meunjukkan dominannya bersikap setuju yaitu 94 per sen dan 91 per sen. Dominannya responden memiliki sikap setuju terhadap kegiatan memberi makanan kepada teman yang kesulitan makan, menyumbang sebagian pendapatan untuk sodakoh dan membantu membiayai pengobatan teman yang sakit dikarenakan responden cenderung memiliki pemahaman bahwa menolong teman yang bermasalah merupakan kegiatan positif yang bermanfaat dan terpuji.

6.2.2 Perilaku terhadap Kegiatan Kepentingan Bersama