Perilaku terhadap Kegiatan Kepentingan Bersama

pemulung sudah sangat banyak menghabiskan tenaga dan waktu sehingga sangat berat untuk melaksanakan siskamling. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa persentase sikap responden terhadap kegiatan menolong teman yang bermasalah pada kategori setuju sebesar 86 per sen, kategori biasa saja sebesar sebelas per sen dan kategori kurang setuju sebesar tiga per sen seperti tampak pada Tabel 17. Dominannya responden yang memiliki sikap setuju terhadap kegiatan menolong teman yang bermasalah dikarenakan responden cenderung memiliki pemahaman bahwa menolong teman yang bermasalah merupakan kegiatan positif yang bermanfaat dan terpuji. Selain itu, berdasarkan Tabel 17, menunjukkan bahwa persentase sikap responden terhadap kegiatan memberikan makanan kepada teman yang kesulitan makan pada kategori sangat setuju sebesar tiga per sen, kategori setuju sebesar 91 per sen, kategori biasa saja sebesar tiga per sen dan kategori kurang setuju sebesar tiga per sen. Begitu juga dengan kegiatan menyumbangkan sebagian pendapatan untuk sodakoh dan membantu membiayai pengobatan teman yang sakit, responden juga meunjukkan dominannya bersikap setuju yaitu 94 per sen dan 91 per sen. Dominannya responden memiliki sikap setuju terhadap kegiatan memberi makanan kepada teman yang kesulitan makan, menyumbang sebagian pendapatan untuk sodakoh dan membantu membiayai pengobatan teman yang sakit dikarenakan responden cenderung memiliki pemahaman bahwa menolong teman yang bermasalah merupakan kegiatan positif yang bermanfaat dan terpuji.

6.2.2 Perilaku terhadap Kegiatan Kepentingan Bersama

Subbab sebelumnya menunjukkan persentase sikap responden terhadap kegiatan kepentingan bersama. Hasil penelitian menunjukkan dominannya sikap setuju responden terhadap kegiatan kepentingan bersama. Namun subbab ini menunjukkan persentase frekuensi responden melakukan kegiatan kepentingan bersama. Sehingga dapat diamati bagaimana kecenderungan frekuensi responden pada kegiatan kepentingan bersama. Hasil penelitan menunjukkan bahwa persentase frekuensi kegiatan kerja bakti pada kategori sangat rendah sebesar 97 per sen. Sedangkan pada kategori sangat tinggi sebesar tiga per sen. Dominannya responden yang memiliki frekuensi sangat rendah pada kegiatan kerja bakti dikarenakan penelitian ini dilakukan pada Bulan Ramadhan sehingga kegiatan kerja bakti yang biasa dilakukan pemulung atas perintah dinas kebersihan setempat hanya dilakukan sebanyak satu kali. Sedangkan pada bulan-bulan sebelumnya sebagian besar responden terlibat kerja bakti sebanyak empat kali. Namun yang menarik adalah terdapat satu responden yang memiliki frekuensi sangat tinggi pada kegiatan kerja bakti. Responden tersebut adalah Bapak HR yang selalu bekerja bakti bersama petugas kebersihan Stasiun Kebayoran setiap malam hari di kawasan Stasiun Kebayoran. Tabel 18 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Perilaku Kolektivitas Terhadap Kepentingan Bersama, Kelurahan Grogol Selatan, Kec. Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, 2011 Perilaku Terhadap Kegiatan Kepentingan Bersama Kategori Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Kegiatan kerja bakti 34 97 1 3 Kegiatan siskamling 35 100 Menolong teman yang bermasalah 35 100 Memberikan makanan kepada teman yang kesulitan makan 19 54 5 14 6 17 1 3 4 12 Menyumbangkan sebagian pendapatan untuk sodakoh 32 91 1 3 2 6 Membantu membiayai pengobatan teman yang sakit 34 97 1 3 Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa persentase frekuensi responden melakukan kegiatan siskamling dan menolong teman yang bermasalah pada kategori sangat rendah sebesar 100 per sen seperti tampak pada Tabel 18. Hal tersebut dikarenakan responden selalu hidup menggelandang dan hanya satu responden yang memiliki kontrakan. Terlebih tidak adanya kegiatan siskamling yang melibatkan mereka. Persentase responden yang memiliki frekuensi memberikan makan kepada teman yang kesulitan makan pada kategori sangat rendah sebesar 54 per sen, pada kategori rendah sebesar 14 per sen, pada kategori sedang sebesar 17 per sen, pada kategori tinggi sebesar tiga per sen dan pada kategori sangat tinggi sebesar 12 per sen seperti tampak pada Tabel 18. Dominannya responden sangat rendah memberikan makanan kepada teman yang kesulitan makan karena tidak setiap hari responden memiliki kelebihan makan, sehingga untuk makan sendiri kurang. Namun saat penelitian berlangsung di kolong jembatan Simprug sekelompok pemulung sedang makan bersama-sama beberapa bungkus roti yang dibawakan oleh Bapak BD. Persentase responden yang memiliki frekuensi menyumbangkan sebagian pendapatan untuk sodakoh pada kategori sangat rendah sebesar 91 per sen, pada kategori sedang sebesar tiga per sen dan pada kategori sangat tinggi sebesar enam per sen seperti tampak pada Tabel 18. Dominannya responden sangat rendah menyumbangkan sebagian pendapatan untuk sodakoh karena tidak setiap hari responden memiliki kelebihan pendapatan, sehingga untuk makan sendiri kurang. Namun ada enam per sen responden yang menunjukkan sangat tingginya frekuensi menyumbangkan sebagian pendapatan untuk sodakoh. Seperti Bapak SB dan Bapak HD yang setiap hari menyisih pendapatan untuk disedekahkan ke masjid atau pengemis. Kedua responden mengaku berusaha beramal karena bertepatan dengan Bulan Ramadhan. Selain itu, persentase responden yang memiliki frekuensi membantu biaya pengobatan teman yang sakit pada kategori sangat rendah sebesar 97 per sen. Selain itu, pada kategori rendah sebesar tiga per sen. Adapun pada kategori sedang, tinggi dan sangat tinggi tidak ditemukan seperti tampak pada Tabel 18. Dominannya responden sangat rendah pada frekuensi membantu biaya pengobatan teman yang sakit dikarenakan sebagian besar responden jarang menemukan teman yang sakit selama sebulan terakhir. Penelitian ini juga memperlihatkan persepsi responden terhadap frekuensi ikut serta dalam kegiatan kerja bakti. Persepsi responden terhadap frekuensi ikut kegiatan kerja bakti dikategorikan menjadi lima, yaitu sangat sering, sering, cukup, jarang dan tidak pernah. Responden yang memiliki persepsi terhadap frekuensi mengikuti kegiatan kerja bakti pada kategori sering sebesar 12 per sen. Selain itu pada kategori cukup sebesar sebelas per sen, kategori jarang sebesar 31 per sen dan kategori tidak pernah sebesar 46 per sen seperti tampak pada Gambar 40. Dominannya responden yang merasa tidak pernah mengikuti kerja bakti karena sebagian besar responden hidup menggelandang sehingga sangat kecil kemungkinan mengikuti kegiatan kerja bakti. Namun terdapat 12 per sen responden yang merasa sering mengikuti kerja bakti karena setiap bulan selalu terlibat kerja bakti yang diadakan dinas kebersihan setempat. Gambar 40 Jumlah dan Persentase Persepsi Responden Terhadap Frekuensi Terlibat dalam Kegiatan Kerja Bakti Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa responden yang memiliki persepsi terhadap frekuensi terlibat dalam kegiatan siskamling pada kategori tidak pernah sebesar 100 per sen. Seluruh responden yang merasa tidak pernah terlibat dalam kegiatan siskamling karena pada umumnya sebagian besar waktu responden dihabiskan untuk bekerja. Terlebih dalam kehidupan pemulung yang selalu di jalan kesempatan untuk mengikuti kegiatan siskamling tidak pernah ditemui. Gambar 41 Jumlah dan Persentase Persepsi Responden Terhadap Frekuensi Menolong Teman yang Sedang dalam Masalah Sering 4 12 Cukup 4 11 Jarang 11 31 Tidak Pernah 16 46 Sering 4 12 Cukup 4 11 Jarang 11 31 Tidak Pernah 16 46 Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa responden yang memiliki persepsi terhadap frekuensi menolong teman yang sedang dalam masalah pada kategori sering sebesar 12 per sen, pada kategori cukup sebesar sebelas per sen, pada kategori jarang sebesar 31 per sen dan pada kategori tidak pernah sebesar 46 per sen seperti tampak pada Gambar 41. Dominannya responden yang merasa tidak pernah menolong teman yang sedang dalam masalah karena pada umumnya sebagian besar responden tidak ingin mencampuri urusan orang lain. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa responden yang memiliki persepsi terhadap frekuensi memberikan sebagian makanan kepada teman yang kesulitan makan pada kategori sangat sering sebesar tiga per sen, pada kategori sering sebesar 46 per sen, pada kategori cukup sebesar enam per sen, pada kategori jarang sebesar 34 per sen dan pada kategori tidak pernah sebesar sebelas per sen seperti tampak pada Gambar 42. Dominannya responden yang merasa sering memberikan sebagaian makanan kepada teman yang kesulitan makan karena pada umumnya responden hidup berkelompok dan memiliki rasa solidaritas dan kepedulian yang tinggi kepada temannya. Gambar 42 Jumlah dan Persentase Persepsi Responden Terhadap Frekuensi Memberikan Sebagian Makanan pada teman yang Kesulitan Makan Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa responden yang memiliki persepsi terhadap frekuensi menyumbangkan sebagian pendapatan untuk sodakoh pada kategori sering sebesar 20 per sen, pada kategori cukup sebesar delapan per sen, pada kategori jarang sebesar 46 per sen dan pada kategori tidak pernah sebesar 26 per sen seperti tampak pada Gambar 43. Dominannya responden yang Sangat Sering 1 3 Sering 16 46 Cukup 2 6 Jarang 12 34 Tidak Pernah 4 11 merasa jarang memnyumbangkan sebagian pendapatan untuk sodakoh karena pada umumnya responden jarang sekali mendapatkan pendapatan yang lebih. Bapak BD mengungkapkan pernah bersedekah kepada pengemis meski jarang. Namun Bapak BD memberikan sedekah kepada pengemis yang benar-benar tidak mampu untuk bekerja lagi seperti dalam keadaan cacat. Gambar 43 Jumlah dan Persentase Persepsi Responden Terhadap Tindakan Menyumbangkan Sebagian Pendapatan Untuk Sodakoh Gambar 44 Jumlah dan Persentase Persepsi Responden Terhadap Frekuensi Mengeluarkan Uang untuk Membantu Pengobatan Teman yang Sakit Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa responden yang memiliki persepsi terhadap frekuensi mengeluarkan uang untuk membantu biaya pengobatan teman yang sakit pada kategori sering sebesar sebelas per sen, pada kategori cukup sebesar sembilan per sen, pada kategori jarang sebesar 29 per sen dan pada kategori tidak pernak sebesar 51 per sen seperti tampak pada Gambar 44. Dominannya responden yang merasa tidak memngeluarkan uang untuk biaya pengobatan teman yang sakit karena pada umumnya responden tidak pernah Sering 7 20 Cukup 3 8 Jarang 16 46 Tidak Pernah 9 26 Sering 4 11 Cukup 3 9 Jarang 10 29 Tidak Pernah 18 51 menemui teman yang sakit dan membutuhkan pertolongan biaya pengobatan. Namun yang menarik adalah terdapat sebelas per sen yang sering membantu pengobatan teman yang sakit. Sebagai contoh Bapak BD sering membelikan obat warung untuk teman sesama pemulung yang sakit. Bapak BD mengaku meski hidup di jalan tetapi memiliki kelompok yang harus diperhatikan agar bisa bertahan hidup.

BAB VII KERENTANAN SOSIAL PEMULUNG

7.1 Faktor Internal

Faktor internal kerentanan sosial seperti yang dibahas pada Bab V terdiri dari variabel kekerabatan dan keterampilan. Faktor internal yang terdiri dari kekerabatan dan keterampilan dijadikan faktor kerentanan sosial yang diadopsi dari teori trust Fukuyama 2007. Berdasarkan teori trust tersebut kekerabatan dan keterampilan dapat mempengaruhi kepercayaan seseorang kepada diri individu sehingga dapat menjadi daya dukung untuk bertahan dalam kehidupan individu ketika menghadapi suatu tekanan hidup. Gambar 45 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Akumulasi Faktor Internal Kerentanan Sosial. Penelitian ini menunjukkan bagaimana tingkat kekerabatan dan tingkat keterampilan pemulung yang diakumulasikan ke dalam faktor internal kerentanan sosial. Hasil pengakumulasian kekerabatan dan keterampilan responden dikategorikan menjadi sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Pada Gambar 45 menunjukkan bahwa persentase responden yang memiliki akumulasi faktor internal kerentanan sosial pada kategori rendah sebesar tiga per sen. Sedangkan persentase responden yang memiliki akumulasi faktor internal Sangat Tinggi 24 68 Tinggi 8 23 Sedang 2 6 Rendah 1 3