Hipotesis Uji Definisi Operasional

2.3 Hipotesis Uji

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis uji, yaitu; Kerentanan sosial berpengaruh terhadap taraf hidup kelompok miskin kota. Hipotesis ini dapat didetilkan sebagai berikut: 1. Kekerabatan, keterampilan, etnisitas dan kolektivitas berpengaruh terhadap kondisi ekonomi orang miskin dalam kelompoknya. 2. Kekerabatan, keterampilan, etnisitas dan kolektivitas berpengaruh terhadap aksesibilitas kebutuhan dasar orang miskin dalam kelompoknya. 3. Kekerabatan, keterampilan, etnisitas dan kolektivitas berpengaruh terhadap partisipasi orang miskin dalam kelompoknya.

2.4 Definisi Operasional

A. Kerentanan sosial, adalah kondisi individu yang mengakibatkan ketidakmampuan menghadapi suatu tekanan. Variabel yang diteliti antara lain: A.1 Faktor Internal adalah faktor yang berasal dari dalam individu. A.1.1 Kekerabatan a.Hubungan generasi orang tua adalah sebaik apakah hubungan responden kepada ayah, ibu, paman, bibi dan mertua. Hal ini dapat diukur dengan indikator: Indeks Kerentanan Sosial Pengaruh Kerentanan Sosial terhadap Taraf Hidup Kelompok Miskin Kota Sangat Baik 5 Baik 0,15 4 Cukup Baik 0,5 3 Kurang Baik 0,85 2 Tidak Baik 1 1 b.Hubungan generasi setara adalah sebaik apakah hubungan responden kepada kakak, adik, sepupu dan ipar. Hal ini dapat diukur dengan indikator: Indeks Kerentanan Sosial Pengaruh Kerentanan Sosial terhadap Taraf Hidup Kelompok Miskin Kota Sangat Baik 5 Baik 0,15 4 Cukup Baik 0,5 3 Kurang Baik 0,85 2 Tidak Baik 1 1 c.Hubungan generasi anak adalah sebaik apakah hubungan responden kepada anak, menantu dan keponakan. Hal ini dapat diukur dengan indikator: Indeks Kerentanan Sosial Pengaruh Kerentanan Sosial terhadap Taraf Hidup Kelompok Miskin Kota Sangat Baik 5 Baik 0,15 4 Cukup Baik 0,5 3 Kurang Baik 0,85 2 Tidak Baik 1 1 Penilaian terhadap kekerabatan yaitu dengan mengakumulasi jumlah skor dari hubungan responden dengan generasi orang tua, setara dan bawah. Kekerabatan dapat dikategorikan menjadi: Kategori Akumulasi Indeks Sangat Tinggi 0,45 Tinggi 0,45 ≤ X 1,5 Cukup 1,5 Rendah 1,5 X ≤ 2,55 Sangat Rendah 2,55 A.1.2 Keterampilan a.Kemampuan komunikasi adalah seberapa besar kemampuan komunikasi responden dapat diterima oleh orang lain. Hal ini dapat diukur dengan indikator: Indeks Kerentanan Sosial Pengaruh Kerentanan Sosial terhadap Taraf Hidup Kelompok Miskin Kota Sangat Mampu 5 Mampu 0,15 4 Cukup Mampu 0,5 3 Kurang Mampu 0,85 2 Tidak Mampu 1 1 b.Teknis adalah kemampuan responden dalam mengolah hasil memulung menjadi barang yang dapat dijual. Hal ini dapat diukur dengan indikator: Indeks Kerentanan Sosial Pengaruh Kerentanan Sosial terhadap Taraf Hidup Kelompok Miskin Kota Sangat Mampu 5 Mampu 0,15 4 Cukup Mampu 0,5 3 Kurang Mampu 0,85 2 Tidak Mampu 1 1 Penilaian terhadap keterampilan yaitu dengan mengakumulasi indeks dari kemampuan berkomunikasi dan teknis responden. Keterampilan dapat dikategorikan menjadi: Kategori Akumulasi Indeks Sangat Tinggi 0,3 Tinggi 0,3 ≤ X 1 Cukup 1 Rendah 1 X ≤ 1,7 Sangat Rendah 1,7 Penilaian terhadap faktor internal yaitu dengan mengakumulasi jumlah indeks dari kekerabatan dan keterampilan. Faktor internal dapat dikategorikan menjadi: Kategori Akumulasi Indeks Sangat Tinggi 0,75 Tinggi 0,75 ≤ X 2,5 Cukup 2,5 Rendah 2,5 X ≤ 4,25 Sangat Rendah 4,25 A.2 Faktor Eksternal Faktor yang berasal dari luar individu. A.2.1 Etnisitas a.Bahasa adalah seberapa sering responden berkomunikasi dengan bahasa daerah asalnya. Hal ini dapat diukur dengan indikator: Indeks Kerentanan Sosial Pengaruh Kerentanan Sosial terhadap Taraf Hidup Kelompok Miskin Kota Sangat Sering 5 Sering 0,15 4 Cukup Sering 0,5 3 Jarang 0,85 2 Tidak Pernah 1 1 b.Asal daerah adalah seberapa sering responden berkumpul dengan sedaerah dengannya. Hal ini dapat diukur dengan indikator: Indeks Kerentanan Sosial Pengaruh Kerentanan Sosial terhadap Taraf Hidup Kelompok Miskin Kota Sangat Sering 5 Sering 0,15 4 Cukup Sering 0,5 3 Jarang 0,85 2 Tidak Pernah 1 1 c.Perilaku adalah seberapa besar pola perilaku yang menunjukkan kebersamaan responden dengan orang sesama daerahnya. Hal ini dapat diukur dengan indikator: Indeks Kerentanan Sosial Pengaruh Kerentanan Sosial terhadap Taraf Hidup Kelompok Miskin Kota Sangat Sesuai 5 Sesuai 0,15 4 Cukup Sesuai 0,5 3 Kurang Sesuai 0,85 2 Tidak Sesuai 1 1 Penilaian terhadap etnisitas yaitu dengan mengakumulasi indeks dari bahasa, asal daerah dan perilaku responden. Etnisitas dapat dikategorikan menjadi: Kategori Akumulasi Indeks Sangat Tinggi 0,45 Tinggi 0,45 ≤ X 1,5 Cukup 1,5 Rendah 1,5 X ≤ 2,55 Sangat Rendah 2,55 A.2.2 Kolektivitas a.Sikap terhadap kepentingan bersama adalah sebesar apa responden setuju dengan kegiatan sosial. Hal ini dapat diukur dengan indikator: Indeks Kerentanan Sosial Pengaruh Kerentanan Sosial terhadap Taraf Hidup Kelompok Miskin Kota Sangat Setuju 5 Setuju 0,15 4 Cukup Setuju 0,5 3 Kurang Setuju 0,85 2 Tidak Setuju 1 1 b.Perilaku terhadap kepentingan bersama adalah sesering apa responden terlibat dalam kegiatan sosial. Hal ini dapat diukur dengan indikator: Indeks Kerentanan Sosial Pengaruh Kerentanan Sosial terhadap Taraf Hidup Kelompok Miskin Kota Sangat Sering 5 Sering 0,15 4 Cukup Sering 0,5 3 Jarang 0,85 2 Tidak Pernah 1 1 Penilaian terhadap kolektivitas yaitu dengan mengakumulasi indeks dari sikap dan perilaku responden terhadap kegiatan kepentingan bersama. Kolektivitas dapat dikategorikan menjadi: Kategori Akumulasi Indeks Sangat Tinggi 0,3 Tinggi 0,3 ≤ X 1 Cukup 1 Rendah 1 X ≤ 1,7 Sangat Rendah 1,7 Penilaian terhadap faktor eksternal yaitu dengan mengakumulasi jumlah indeks dari etnisitas dan kolektivitas. Faktor eksternal dapat dikategorikan menjadi: Kategori Akumulasi Indeks Sangat Tinggi 0,75 Tinggi 0,75 ≤ X 2,5 Cukup 2,5 Rendah 2,5 X ≤ 4,25 Sangat Rendah 4,25 B. Taraf hidup kelompok miskin kota adalah kondisi atau keadaan yang dialami oleh kelompok miskin kota. Variabel yang diteliti antara lain: B.1 Kondisi Ekonomi a.Pendapatan adalah sejumlah uang yang didapat dari hasil bekerja selama satu hari oleh responden. Hal ini dapat diukur dengan indikator yang mengacu dari UMR kota Jakarta sebesar Rp 1.290.000 per bulan: 1. Sangat tinggi = 5 Rp 60.000 2. Tinggi = 4 Rp 43.000 P ≤ Rp 60.000 3. Cukup = 3 Rp 43.000 4. Rendah = 2 Rp 20.000 ≤ P Rp 43.000 5. Sangat rendah = 1 Rp 20.000 b.Tanggungan adalah jumlah orang yang dibiayai responden. Hal ini dapat diukur dengan indikator: 1. Tidak ada = 5 0 orang 2. Sedikit = 4 1-2 orang 3. Cukup = 3 3 orang 4. Banyak = 2 4-5 orang 5. Sangat banyak = 1 5 orang c.Pemenuhan kebutuhan pokok adalah kemampuan responden untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan. Hal ini dapat diukur dengan indikator: 1. Sangat mampu = 5 2. Mampu = 4 3. Cukup = 3 4. Kurang mampu = 2 5. Tidak mampu = 1 Penilaian terhadap kondisi ekonomi pada taraf hidup kelompok miskin kota yaitu dengan mengakumulasi jumlah skor dari pendapatan, tanggungan dan pemenuhan kebutuhan pokok. Kondisi ekonomi pada taraf hidup kelompok miskin kota dapat dikategorikan menjadi: Kategori Akumulasi Skor Sangat Tinggi 12 Tinggi 9 X ≤ 12 Cukup 6 X ≤ 9 Rendah 3 X 6 Sangat Rendah 3 B.2 Aksesibilitas Kebutuhan Dasar a.Pendidikan adalah kemampuan responden untuk menyekolahkan anaknya. Hal ini dapat diukur dengan indikator: 1. Sangat mampu = 5 2. Mampu = 4 3. Cukup = 3 4. Kurang mampu = 2 5. Tidak mampu = 1 b.Kesehatan adalah kemampuan responden untuk berobat ke lembaga kesehatan. Hal ini dapat diukur dengan indikator: 1. Sangat mampu = 5 2. Mampu = 4 3. Cukup = 3 4. Kurang mampu = 2 5. Tidak mampu = 1 c.Modal adalah responden untuk mendapatkan bantuan modal dari orang lain. Hal ini dapat diukur dengan indikator: 1. Sangat mampu = 5 2. Mampu = 4 3. Cukup = 3 4. Kurang mampu = 2 5. Tidak mampu = 1 Penilaian terhadap aksesibilitas kebutuhan dasar pada taraf hidup kelompok miskin kota yaitu dengan mengakumulasi jumlah skor dari pendidikan, kesehatan dan modal. Aksesibilitas kebutuhan dasar pada taraf hidup kelompok miskin kota dapat dikategorikan menjadi: Kategori Akumulasi Skor Sangat Tinggi 12 Tinggi 9 X ≤ 12 Cukup 6 X ≤ 9 Rendah 3 X 6 Sangat Rendah 3 B.3 Partisipasi a.Kehadiran adalah keikutsertaan responden dalam kegiatan sosial. Hal ini dapat diukur dengan indikator: 1. Selalu ikut = 5 2. Sering ikut = 4 3. Kadang-kadang ikut = 3 4. Jarang ikut = 2 5. Tidak ikut = 1 b.Sumbangsih pemikiran adalah keterlibatan responden dalam menyumbangkan pemikirannya dalam pengambilan keputusan kegiatan sosial. Hal ini dapat diukur dengan indikator: 1. Selalu terlibat = 5 2. Sering terlibat = 4 3. Kadang-kadang terlibat = 3 4. Jarang terlibat = 2 5. Tidak terlibat = 1 c.Kritik dan saran adalah aktivitas kritik, saran atau argumen responden pada kegiatan sosial. Hal ini dapat diukur dengan indikator: 1. Selalu terlibat = 5 2. Sering terlibat = 4 3. Kadang-kadang terlibat = 3 4. Jarang terlibat = 2 5. Tidak terlibat = 1 Penilaian terhadap partisipasi pada taraf hidup kelompok miskin kota yaitu dengan mengakumulasi jumlah skor dari kehadiran, sumbangsih pemikiran, kritik dan saran. Partisipasi pada taraf hidup kelompok miskin kota dapat dikategorikan menjadi: Kategori Akumulasi Skor Sangat Tinggi 12 Tinggi 9 X ≤ 12 Cukup 6 X ≤ 9 Rendah 3 X 6 Sangat Rendah 3

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Grogol Selatan, Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Kelurahan Grogol Selatan merupakan salah satu kelurahan di wilayah Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Wilayah administrasi Kelurahan Grogol Selatan sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Gunung di Kecamatan Kebayoran Baru. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Kebayoran Lama Selatan. Sebelah barat berbatasan dengan Kali Pesanggrahan di Kelurahan Ulujami dan sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Grogol Utara. Kelurahan ini memiliki luas wilayah sebesar 2, 85 Km per segi. Kelurahan Grogol Selatan terdiri dari 5.042 keluarga yang tersebar di 114 Rukun Tetangga RT dan sepuluh Rukun Warga RW. Kelurahan Grogol Selatan adalah kawasan yang padat penduduk. Selain sebagai kawasan pemukiman juga sebagai kawasan perkantoran dan bisnis. Hal tersebut dapat dilihat dari infrastruktur bangunan dan jalan sebagai pendukung aktivitas penduduk. Objek-objek bangunan yang terdapat di Grogol Selatan adalah Pasar Simprug Gallery, Rukan Simprug Indah, Apartemen Simprug Indah, Apartemen Simprug Teras, Komplek Kementerian Luar Negeri, Komplek Hankam, Komplek Sekretaris Negara, Perumahan Griya Kebayoran, Pasar Kebayoran Lama, Flyover Kebayoran Lama, Pasar Bata Putih, Griya BNI Simprug Apartemen, Universitas Bina Nusantara, Komplek IAPCO, Komplek Pusdiklat Pertamina, Gedung Phapros dan SMA 82. Selain itu terdapat pula infrastruktur jalan di Grogol Selatan yaitu Jalan Permata Hijau II, Jalan Cidodol, Jalan Kweni, Jalan Seha I, II, III; Jalan Rawa Simprug IA, IB, IC, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X; Jalan Seha Buntu, Jalan Kubur Islam C, Jalan Mesjid Annur, Jalan Jiban Raya I, II, III; Jalan Patal Senayan, Jalan Simprug Garden I, II, III, IV, V, VI, VII; Jalan Teuku Nyak Arif, Jalan Toa Pekong, Jalan Kampus Jaya, Jalan Loka Permai, Jalan Kampus Jaya, Jalan Kangkung, Jalan Cenderawasih, Jalan