B -0,135 kolektivitas persepsi sikap juga berada pada selang kepercayaan 95 per sen dengan lower bound -0,362 dan upper bound 0,091. Selain itu B -
0,029 kolektivitas persepsi total juga berada pada selang kepercayaan 95 per sen dengan lower bound -0,140 dan upper bound 0,083 Maka disimpulkan
kolektivitas persepsi sikap memiliki pengaruh negatif terhadap kondisi ekonomi. Hal tersebut dikarenakan dominannya responden yang setuju terhadap kegiatan
untuk kepentingan bersama seperti kerja bakti, siskamling, menolong teman yang kesulitan ekonomi. Namun dalam realitanya jarang sekali responden yang
melakukan kegiatanan untuk kepentingan bersama terutama pada kerja bakti dan siskamling. Kegiatan yang demikian sangat sulit dilakukan oleh responden yang
hidupnya menggelandang. Hasil uji Regresi Linear dengan selang kepercayaan sebesar 95 per sen
menunjukkan kolektivitas persepsi frekuensi tidak memiliki pengaruh terhadap kondisi ekonomi. Hal tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2 bahwa B kolektivitas
persepsi frekuensi tidak berada dalam selang kepercayaan 95 per sen. Tidak berpengaruhnya kolektivitas persepsi frekuensi terhadap kondisi ekonomi
dikarenakan sebagian besar responden memiliki persepsi terhadap frekunsi kolektivitas yang relatif seragam.
9.2 Pengaruh Kerentanan Sosial terhadap Aksesibilitas Kebutuhan Dasar
Kelompok Miskin Kota
Kerentanan sosial dalam penelitian ini terdiri dari empat variabel, yaitu kekerabatan, keterampilan, etnisitas dan kolektivitas. Masing-masing variabel
diakumulasikan berdasarkan data frekuensi objektif dan persepsi subjektif. Maka variabel yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah
kekerabatan objektif, kekerabatan persepsi, keterampilan objektif, keterampilan persepsi, etnisitas objektif, etnisitas persepsi, kolektivitas
objektif, kolektivitas persepsi frekuensi, kolektivitas persepsi sikap dan kolektivitas persepsi total. Variabel tersebut dapat diuji pengaruhnya dengan uji
Regresi Linear. Uji Regresi Linear dilakukan dengan memasukkan seluruh variabel independent sekaligus sebagai variabel berpengaruh terhadap variabel
aksesibilitas kebutuhan dasar. Analisis dilakukan pada selang kepercayaan 95 per
sen. Fungsi yang dihasilkan dari uji Regresi Linear tersebut adalah sebagai berikut:
v25 = 57,049 - 0,680 v1 + 0,250 v2 - 0,315 v3 + 1,115 v4 + 0,870 v5 - 0,434 v6 + 1,464 v7 - 0,850 v9 + 0,690 v10
Keterangan: v1 = Kekerabatan objektif
v6 = Etnisitas persepsi v2 = Kekerabatan persepsi
v7 = Kolektivitas objektif v3 = Keterampilan objektif
v9 = Kolektivitas persepsi sikap v4 = Keterampilan persepsi
v10 = Kolektivitas persepsi total v5 = Etnisitas objektif
V25 = Aksesibilitas kebutuhan dasar Berdasarkan fungsi di atas dapat diketahui bahwa setiap kenaikan satu
nilai pada kekerabatan objektif maka akan mengurangi aksesibilitas kebutuhan dasar sebesar 0,680. Selain itu dapat diketahui bahwa setiap kenaikan satu nilai
pada kekerabatan persepsi maka akan meningkatkan aksesibilitas kebutuhan dasar sebesar 0,250. Setiap kenaikan satu nilai pada keterampilan objektif maka
akan mengurangi aksesibilitas kebutuhan dasar sebesar 0,315. Setiap kenaikan satu nilai pada keterampilan persepsi maka akan meningkatkan aksesibilitas
kebutuhan dasar sebesar 1,115. Setiap kenaikan satu nilai pada etnisitas objektif maka akan meningkatkan aksesibilitas kebutuhan dasar sebesar 0,870. Setiap
kenaikan satu nilai pada etnisitas persepsi maka akan mengurangi aksesibilitas kebutuhan dasar sebesar 0,434. Setiap kenaikan satu nilai pada kolektivitas
objektif maka akan meningkatkan aksesibilitas kebutuhan dasar sebesar 1,464. Setiap kenaikan satu nilai pada kolektivitas persepsi sikap maka akan
mengurangi aksesibilitas kebutuhan dasar sebesar 0,850. Setiap kenaikan satu nilai pada kolektivitas persepsi total maka akan meningkatkan aksesibilitas
kebutuhan dasar sebesar 0,690. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel Coefficients pada Lampiran 2.
Hasil uji Regresi Linear pada Lampiran 2 menunjukkan bahwa B -0,680 kekerabatan objektif berada pada selang kepercayaan 95 per sen dengan lower
bound -1,873 dan upper bound 0,512. Maka disimpulkan kekerabatan objektif memiliki pengaruh negatif terhadap aksesibilitas kebutuhan dasar. Hal
tersebut dikarenakan aktivitas komunikasi dan silaturahmi dengan kerabat dapat mengurangi waktu responden untuk memulung. Terlebih komunikasi dan
silaturahmi relatif sulit dilakukan oleh responden karena sebagian besar kerabat responden berada di kampung halaman. Sebagian besar responden tidak
mengandalkan kerabatnya untuk hidup lebih baik di Jakarta seperti dengan meminta pinjaman modal. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya kerabat di
Jakarta. Selain itu B 0,250 kekerabatan persepsi juga berada pada selang kepercayaan 95 per sen dengan lower bound -0,369 dan upper bound 0,869.
Maka disimpulkan kekerabatan persepsi memiliki pengaruh positif terhadap aksesibilitas kebutuhan dasar. Hal tersebut dikarenakan persepsi responden yang
menganggap berkomunikasi dan silaturahmi dengan kerabat sudah cukup jika hanya setiap setahun sekali. Komunikasi dan silaturahmi dilakukan pada saat
lebaran dan hari raya lainnya. Hasil uji Regresi Linear pada Lampiran 2 juga menunjukkan bahwa B -
0,315 keterampilan objektif berada pada selang kepercayaan 95 per sen dengan lower bound -1,340 dan upper bound 0,710. Maka disimpulkan keterampilan
objektif memiliki pengaruh negatif terhadap aksesibilitas kebutuhan dasar. Hal tersebut dikarenakan keterampilan yang dibutuhkan bagi pemulung tidaklah sulit
dan keterampilan seperti memilah sampah organik dan anorganik relatif dilakukan setiap hari oleh sebagian besar responden. Selain itu keterampilan khusus seperti
memperbaiki barang yang rusak sehingga dapat dijual dengan harga lebih tinggi jarang dilakukan responden. Selanjutnya B 1,115 keterampilan persepsi juga
berada pada selang kepercayaan 95 per sen dengan lower bound 0,295 dan upper bound 1,935. Maka disimpulkan keterampilan persepsi memiliki pengaruh
positif terhadap aksesibilitas kebutuhan dasar. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar persepsi responden mampu berbahasa Indonesia, dan bahasa daerah lain.
Kemampuan berbahasa tersebut merupakan suatu konsekuensi yang sangat memungkinkan dikuasai karena hidup di Jakarta yang heterogen masyarakatnya.
Sehingga kemampuan berbahasa responden mampu meningkatkan kepercayaan orang lain untuk memberikan pinjaman modal.
Hasil uji Regresi Linear pada Lampiran 2 juga menunjukkan bahwa B 0,870 etnisitas objektif berada pada selang kepercayaan 95 per sen dengan
lower bound -0,556 dan upper bound 2,296. Maka disimpulkan etnisitas objektif memiliki pengaruh positif terhadap aksesibilitas kebutuhan dasar. Hal
tersebut dikarenakan aktivitas komunikasi dan pergaulan responden dengan sesama etnis dapat meningkatkan rasa solidaritas. Sehingga dapat saling memberi
pinjaman modal. Selanjutnya B -0,434 etnisitas persepsi juga berada pada selang kepercayaan 95 per sen dengan lower bound -1,948 dan upper bound
1,080. Maka disimpulkan etnisitas persepsi memiliki pengaruh negatif terhadap aksesibilitas kebutuhan dasar. Hal tersebut dikarenakan dominannya
responden yang merasa tidak pernah berkomunikasi dengan bahasa daerah asal dengan teman sekampung karena pada umumnya responden hidup berkelompok
yang terdiri dari berbagai etnis. Sebagian besar responden merasa sulit untuk menemui teman sekampung di Jakarta. Terlebih untuk menemuinya di kampung
halaman. Hasil uji Regresi Linear pada Lampiran 2 juga menunjukkan bahwa B
1,464 kolektivitas objektif berada pada selang kepercayaan 95 per sen dengan lower bound -1,761 dan upper bound 4,689. Maka disimpulkan kolektivitas
objektif memiliki pengaruh positif terhadap aksesibilitas kebutuhan dasar. Hal tersebut dikarenakan rasa solidaritas dalam kelompok dapat meringankan
kesulitan responden seperti memberikan pinjaman modal untuk kehidupan sehari- hari. Selanjutnya B -0,850 kolektivitas persepsi sikap juga berada pada selang
kepercayaan 95 per sen dengan lower bound -4,658 dan upper bound 2,959. Selain itu B 0,690 kolektivitas persepsi total juga berada pada selang
kepercayaan 95 per sen dengan lower bound -1,191 dan upper bound 2,570 Maka disimpulkan kolektivitas persepsi sikap memiliki pengaruh negatif
terhadap aksesibilitas kebutuhan dasar. Hal tersebut dikarenakan dominannya responden yang setuju terhadap kegiatan untuk kepentingan bersama seperti kerja
bakti, siskamling, menolong teman yang kesulitan ekonomi. Namun dalam realitanya jarang sekali responden yang melakukan kegiatanan untuk kepentingan
bersama terutama pada kerja bakti dan siskamling. Kegiatan yang demikian sangat sulit dilakukan oleh responden yang hidupnya menggelandang.
Hasil uji Regresi Linear dengan selang kepercayaan sebesar 95 per sen menunjukkan kolektivitas persepsi frekuensi tidak memiliki pengaruh terhadap
aksesibilitas kebutuhan dasar. Hal tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2 bahwa B kolektivitas persepsi frekuensi tidak berada dalam selang kepercayaan 95 per
sen. Tidak berpengaruhnya kolektivitas persepsi frekuensi terhadap aksesibilitas kebutuhan dasar dikarenakan sebagian besar responden memiliki persepsi
terhadap frekunsi kolektivitas yang relatif seragam.
9.3 Pengaruh Kerentanan Sosial terhadap Partisipasi Kelompok Miskin