Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Model Pertumbuhan Ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Sukirno 1994 Pertumbuhan ekonomi Economic Growth adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.

2.2 Komponen Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Todaro dan Smith 2006, tiga komponen pertumbuhan ekonomi yang mempunyai arti penting bagi setiap negara adalah akumulasi modal, tenaga kerja, dan kemajuan teknologi.

2.2.1 Akumulasi Modal

Akumulasi modal termasuk semua investasi baru seperti tanah, peralatan fisik, dan sumber daya manusia melalui perbaikan di bidang kesehatan, pendidikan, dan keterampilan kerja. Akumulasi modal akan diperoleh bila sebagian dari pendapatan yang diterima saat ini ditabung dan diinvestasikan lagi dengan tujuan meningkatkan output dan pendapatan di masa depan. Pabrik-pabrik, mesin, peralatan, dan bahan-bahan baku baru akan meningkatkan stok modal fisik suatu negara yaitu total nilai riil neto dari semua barang modal produktif secara fisik dan memungkinkan untuk meningkatkan tingkat output yang ingin dicapai. Investasi produktif secara langsung tersebut ditopang oleh investasi infrastruktur seperti jalan, listrik, air dan sanitasi, komunikasi, dan sebagainya. Sebagai contoh, investasi yang dilakukan oleh seorang petani dalam traktor baru dapat meningkatkan output total dari sayur-sayuran yang diproduksi, tetapi tanpa fasilitas transportasi yang memadai untuk mengangkut produk ekstra ini ke pasar lokal, maka investasinya tidak dapat menambah produksi pangan nasional. Ada beberapa cara yang tidak langsung untuk melakukan investasi dalam sumber daya suatu negara. Pembuatan fasilitas irigasi dapat memperbaiki kualitas lahan pertanian sehingga produktivitasnya meningkat. Bila 100 hektar tanah yang mendapat saluran irigasi dapat memproduksi output yang setara dengan 200 hektar tanah yang tidak mendapat saluran irigasi, maka pembuatan irigasi semacam itu sama saja dengan melipatgandakan kuantitas tanah yang belum mendapat irigasi. Penggunaan pupuk buatan dan pembasmian hama dengan pestisida sehingga dapat menaikkan produktivitas lahan pertanian yang sudah ada. Semua bentuk investasi tersebut merupakan cara untuk memperbaiki kualitas sumber daya alam yang ada saat ini. Akan tetapi pengaruhnya sama saja dengan membuka lahan baru. Demikian juga investasi dalam sumber daya manusia yang dapat memperbaiki kualitas pekerja sehingga mempunyai pengaruh yang sama atau bahkan lebih kuat terhadap produksi seiring dengan meningkatnya jumlah manusia. Selain itu, perbaikan di bidang kesehatan secara signifikan juga dapat meningkatkan produktivitas. Dengan demikian konsep investasi di bidang sumber daya manusia dan penciptaan modal manusia analog dengan perbaikan kualitas. Semua fenomena tersebut dan banyak yang lainnya merupakan bentuk- bentuk investasi yang bertujuan untuk mengakumulasi modal. Akumulasi modal juga dapat menambah sumber daya baru misalnya membuka lahan tidur.

2.2.2 Populasi dan Pertumbuhan Angkatan Kerja

Pertumbuhan jumlah penduduk, dan yang pada akhirnya dihubungkan dengan kenaikan angkatan kerja secara tradisional dianggap sebagai faktor positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Jika angkatan kerja tersedia dalam jumlah yang lebih besar berarti tersedia juga lebih banyak pekerja yang produktif. Akan tetapi masih diragukan apakah pertumbuhan penawaran tenaga kerja yang cepat di negara-negara berkembang sehingga menimbulkan surplus tenaga kerja memberikan dampak positif atau negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal itu akan tergantung pada kemampuan sistem perekonomian untuk menyerap dan mempekerjakan secara produktif tambahan tenaga kerja tersebut. Kemampuan ini sangat berhubungan dengan tingkat dan jenis akumulasi modal serta ketersediaan faktor-faktor terkait seperti keterampilan manajerial dan administratif.

2.2.3 Kemajuan Teknologi

Dalam bentuk yang paling sederhana, kemajuan teknologi dihasilkan dari pengembangan cara-cara lama atau penemuan metode baru dalam menyelesaikan tugas-tugas tradisional seperti bercocok tanam, membuat baju, atau membangun rumah. Ada tiga klasifikasi dasar dari kemajuan teknologi yaitu: kemajuan teknologi yang bersifat netral, kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja, dan kemajuan teknologi yang hemat modal. Kemajuan teknologi yang bersifat netral terjadi bila tingkat output yang lebih tinggi dicapai dengan kuantitas dan kombinasi faktor-faktor input yang sama. Inovasi sederhana seperti yang berasal dari pembagian tenaga kerja dapat menghasilkan tingkat output total yang lebih tinggi dan tingkat konsumen yang lebih besar bagi semua individu. Ditinjau dari analisis kemungkinan produksi, perubahan teknologi yang bersifat netral akan melipatgandakan output total secara konseptual sama dengan melipatgandakan semua input-input produksi. Sebaliknya, kemajuan teknologi dapat dihasilkan dengan menghemat salah satu dari modal atau tenaga kerja yakni tingkat output yang lebih tinggi dapat dicapai dengan kuantitas input modal atau tenaga kerja yang sama. Komputer, internet, alat tenun otomatis, mesin bor berkecepatan tinggi, traktor, dan mesin bajak dan banyak jenis mesin serta peralatan modern lainnya dapat diklasifikasikan sebagai produk dari kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja. Kemajuan teknologi yang hemat modal adalah fenomena yang relatif langka. Hal ini terutama disebabkan karena hampir semua riset teknologi dan ilmu pengetahuan di dunia dilakukan di negara-negara maju. Akan tetapi di negara- negara berkembang di mana tenaga masih banyak yang menganggur, kemajuan teknologi yang menghemat modal adalah hal yang paling mereka butuhkan. Kemajuan seperti itu dihasilkan dari metode produksi padat karya yang lebih efisien biaya yang lebih murah. Sebagai contoh, mesin pemotong rumput dan mesin pengayak yang digerakkan oleh tangan atau roda, pompa yang digerakkan oleh kaki, dan penyemprot mekanik yang dipanggul di punggung bagi pertanian berskala kecil. Kemajuan teknologi dapat juga berupa penambahan modal atau tenaga kerja. Kemajuan teknologi yang meningkatkan tenaga kerja terjadi apabila kualitas atau keterampilan tenaga kerja ditingkatkan, misalnya dengan penggunaan kaset vidio, televisi, dan media komunikasi elektronik lainnya dalam pengajaran di kelas. Demikian juga, kemajuan teknologi yang meningkatkan modal dihasilkan dari penggunaan barang-barang modal yang ada secara lebih produktif, misalnya mengganti bajak dari kayu dengan bajak dari baja.

2.3 Model Pertumbuhan Ekonomi

Seiring dengan perkembangan zaman, model tentang pertumbuhan ekonomi juga mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Namun pasca perang dunia kedua, model pertumbuhan ekonomi didominasi oleh empat aliran pemikiran yang terkadang bersaing satu sama lain. Keempat pendekatan itu adalah: 1 model pertumbuhan tahapan linear; 2 pola perubahan struktural; 3 revolusi ketergantungan internasional; dan 4 kontra revolusi pasar bebas neoklasik. Hal ini dikemukakan oleh Todaro dan Smith 2006. Model pertumbuhan ekonomi yang akan dibahas menggunakan pendekatan pola perubahan struktural yang dirumuskan oleh W. Arthur Lewis yang dikenal dengan Teori Pembangunan Lewis. Teori perubahan struktural memusatkan perhatiannya pada mekanisme yang memungkinkan negara-negara yang masih terbelakang untuk mentransformasikan struktur perekonomian dalam negeri mereka dari pola perekonomian pertanian tradisional ke perekonomian yang lebih modern, lebih berorientasi ke kehidupan perkotaan, serta memiliki sektor industri manufaktur yang lebih bervariasi dan sektor jasa-jasa yang tangguh. Model perubahan struktur tersebut dalam analisisnya menggunakan perangkat-perangkat neoklasik berupa teori harga dan alokasi sumber daya, serta metode-metode ekonometri modern untuk menjelaskan terjadinya proses transformasi. Lewis mengemukakan dua asumsi perihal sektor pertanian tradisional di Pedesaan. Yang pertama adalah adanya “surplus tenaga kerja”. Kedua, bahwasanya semua pekerjaan di daerah pedesaan menghasilkan output yang sama sehingga tingkat upah real di daerah pedesaan ditentukan oleh produktivitas tenaga kerja rata-rata, bukan produktivitas tenaga kerja marjinal seperti pada sektor modern. Asumsikanlah bahwa ada sejumlah tenaga kerja pertanian yang menghasilkan produk pangan sebanyak , dan masing-masing tenaga kerja menghasilkan output pangan dalam jumlah yang persis sama, yakni sebanyak ini sama dengan hasil hitungan . Dengan demikian asumsi surplus tenaga kerja berlaku pada seluruh pekerja yang melebihi . Tingkat output dari barang-barang manufaktur yang ada di perkotaan, merupakan fungsi dari input variabel tenaga kerja . Pada sumbu horizontal, kuantitas tenaga kerja yang dikerahkan untuk menghasilkan sejumlah output misalnya dengan stok modal dinyatakan dalam ribuan pekerja perkotaan . Dalam model Lewis, stok modal di Perkotaan dimungkinkan untuk bertambah dari menjadi , kemudian menjadi dan seterusnya, sebagai akibat dari adanya kegiatan reinvestasi keuntungan oleh para kapitalis industri. Hal tersebut akan menggeser kurva total produk ke atas, dari ke , dan akhirnya ke . Kurva produksi tenaga kerja marjinal dari sektor industri modern di perkotaan merupakan turunan dari kurva-kurva . menunjukkan tingkat rata-rata pendapatan real dari sektor ekonomi tradisional di daerah-daerah pedesaan. Dengan demikian memperlihatkan tingkat upah real pada sektor kapitalis modern. Pada tingkat upah itu, penawaran tenaga kerja pedesaan diasumsikan “tidak terbatas” atau elastis sempurna. Dengan kata lain, Lewis mengasumsikan bahwa pada tingkat upah di perkotaan sebesar yang lebih tinggi dari pada tingkat pendapatan pedesaan , maka para penyedia lapangan kerja di sektor modern dapat merekrut tenaga kerja pedesaan sebanyak yang diperlukan tanpa harus merasa kuatir bahwa tingkat upah akan meningkat. Rangkaian proses pertumbuhan berkesinambungan dan perluasan kesempatan kerja di sektor modern tersebut di atas diasumsikan akan terus berlangsung sampai semua surplus tenaga kerja pedesaan diserap habis oleh sektor industri. Selanjutnya tenaga kerja tambahan yang berikutnya hanya dapat ditarik dari sektor pertanian dengan biaya yang lebih tinggi karena hal tersebut pasti akan mengakibatkan merosotnya produksi pangan. Dengan demikian, tatkala tingkat upah serta kesempatan kerja di sektor modern terus mengalami pertumbuhan, kemiringan kurva penawaran tenaga kerja bernilai positif. Transformasi struktural perekonomian dengan sendirinya akan menjadi suatu kenyataan, dan perekonomian itu pun pada akhirnya pasti beralih dari perekonomian pertanian tradisional yang berpusat di daerah pedesaan menjadi sebuah perekonomian industri modern yang berorientasi pada pola kehidupan perkotaan.

2.4 Perubahan Struktur Ekonomi