Kasus 2: Kecenderungan menabung pedesaan sedang
Untuk menentukan modal saat ekuilibrium setelah terjadi perubahan struktural tetapi belum stabil secara numerik dengan menggunakan Mathematica.
Dalam simulasi kali ini masih menggunakan parameter-parameter yang dipakai saat simulasi di setiap titik waktu yakni Tabel 4.1 hanya diubah tingkat
kecenderungan konsumsi di daerah pedesaannya, yakni diturunkan menjadi 52 dengan kata lain menaikkan kecenderungan untuk menabung menjadi 48.
Sebelum menentukan titik tetapnya, terlebih dahulu menentukan medan arah agar lebih kelihatan secara nyata. Adapun gambar medan arahnya sebagai berikut:
Gambar 4.24 Medan arah modal saat kecenderungan menabung pedesaan sedang.
Dari Gambar 4.24 dapat dilihat bahwa modal saat ekuilibrium berada pada 2 titik yang berbeda yaitu 493,475; -145,66, 323,961; 404,935. Dari kedua
titik tersebut yang stabil adalah titik yaitu titik 323,961; 404,935 yang artinya pada saat ekuilibrium modal daerah pedesaan mencapai 323,961, sedangkan
. .
100 100
200 300
400 500
600 200
200 400
600
K
1
t K
2
t
modal daerah perkotaan mencapai 404,935. Berdasarkan Gambar 4.2 yang didapatkan dari persamaan 3.13 modal daerah pedesaan mencapai 323,961 saat
t=57,7 dan modal daerah perkotaan mencapai 404,935 saat t=279,6.
Kasus 3: Kecenderungan menabung pedesaan tinggi
Saat terjadi perubahan struktural dengan stabil modal tetap dapat ditentukan dengan menggunakan simulasi. Dalam simulasi kali ini masih
menggunakan parameter-parameter yang dipakai saat simulasi di setiap titik waktu yakni Tabel 4.1 hanya diubah lagi tingkat kecenderungan konsumsi di
daerah pedesaannya, yakni diturunkan menjadi 32 dengan kata lain menaikkan kecenderungan untuk menabung menjadi 68. Sebelum menentukan titik
tetapnya, terlebih dahulu menentukan medan arah agar lebih kelihatan secara nyata. Adapun gambar medan arahnya sebagai berikut:
Gambar 4.25 Medan arah modal saat kecenderungan menabung pedesaan tinggi.
Dari Gambar 4.25 dapat dilihat bahwa modal saat ekuilibrium berada pada 2 titik yang berbeda yaitu 10.162,6; 416,401, -204,109; 817,204. Dari kedua
. .
2000 4000
6000 8000
10 000 1000
1000 2000
3000 4000
5000
K
1
t K
2
t
titik tersebut yang stabil adalah titik 10.162,6; 416,401 yang artinya pada saat ekuilibrium modal daerah pedesaan mencapai 10.162,6, sedangkan modal daerah
perkotaan mencapai 416,401. Berdasarkan Gambar 4.3 yang didapatkan dari persamaan 3.13 modal daerah pedesaan mencapai 10.162,6 saat t=165 dan
modal daerah perkotaan mencapai 416,401 saat t=173. Dari ketiga kondisi di atas masing-masing titik tetap stabilnya dapat
digambarkan menjadi satu sebagai berikut:
Gambar 4.26 Titik tetap stabil modal dalam tiga kondisi. Selain dapat dibuatkan gambar titik tetap stabil dalam tiga kondisi, untuk
melihat pola dari ketiga kondisi saat ekuilibrium juga dapat dibuatkan tabel titik tetap stabil modal dalam tiga kondisi sebagai berikut:
Tabel 4.2 Titik tetap stabil modal dalam tiga kondisi Kondisi Perubahan Struktural
K
1
K
2
Sebelum terjadi Sudah terjadi tapi belum stabil
Sudah terjadi dengan stabil 53,8229
323,961 10.162,6
595,162 404,935
416,401 Kasus 1
Kasus 2 Kasus 3
. .
.
2000 4000
6000 8000
10 000 K
1
t 200
400 600
800 K
2
t
Dari Tabel 4.2 terlihat kecenderungan modal dari sebelum terjadi perubahan struktural menuju ke perubahan struktural untuk daerah pedesaan
mengalami kenaikan, sedangkan untuk daerah perkotaan mengalami penurunan tapi kemudian naik lagi.
4.2.2 Pendapatan Bersih
Dengan menggunakan data pada modal saat ekuilibrium dan persamaan 3.14, selanjutnya akan dibahas tentang pendapatan bersih pada saat ekuilibrium.
Pendapatan bersih saat ekuilibrium di mana perubahan struktural belum terjadi, untuk daerah pedesaan sebesar 126,125 sedangkan untuk daerah perkotaan
sebesar 261,021. Pendapatan bersih saat ekuilibrium di mana perubahan struktural sudah
terjadi akan tetapi belum stabil, untuk daerah pedesaan sebesar 354,197 sedangkan untuk daerah perkotaan sebesar 177,593. Pendapatan bersih saat
ekuilibrium di mana perubahan struktural sudah terjadi dengan stabil, untuk daerah pedesaan sebesar 4884,02 sedangkan untuk daerah perkotaan sebesar
182,622. Berdasarkan penjelasan di atas, untuk melihat pola dari ketiga kondisi dapat dibuatkan tabel pendapatan bersih masing-masing daerah dalam tiga kondisi
sebagai berikut: Tabel 4.3 Pendapatan bersih masing-masing daerah saat
ekuilibrium dalam tiga kondisi
Dari Tabel 4.3 terlihat kecenderungan pendapatan bersih dari sebelum terjadi perubahan struktural menuju ke perubahan struktural untuk daerah
pedesaan mengalami kenaikan, sedangkan untuk daerah perkotaan mengalami penurunan tapi kemudian naik lagi.
Kondisi Perubahan Struktural Y
1
Y
2
Sebelum terjadi Sudah terjadi tapi belum stabil
Sudah terjadi dengan stabil 126,125
354,197 4.884,02
261,021 177,593
182,622
4.2.3 Konsumsi dan Tabungan
Pada pembahasan kali ini, masih menggunakan data pada modal saat ekuilibrium dan persamaan 3.15. Untuk besarnya tabungan saat ekuilibrium
sama persis dengan besarnya modal, sehingga tidak perlu dibahas secara khusus. Sedangkan besarnya konsumsi proporsional dengan modal.
Konsumsi saat ekuilibrium di mana perubahan struktural belum terjadi, untuk daerah pedesaan sebesar 125,587sedangkan untuk daerah perkotaan
sebesar 23,067. Konsumsi saat ekuilibrium di mana perubahan struktural sudah terjadi akan tetapi belum stabil, untuk daerah pedesaan sebesar 350,958
sedangkan untuk daerah perkotaan sebesar 138,84. Konsumsi bersih saat ekuilibrium di mana perubahan struktural sudah terjadi dengan stabil, untuk
daerah pedesaan sebesar 4782,4 sedangkan untuk daerah perkotaan sebesar 4355,4.
Berdasarkan penjelasan di atas, untuk melihat pola dari ketiga kondisi dapat dibuatkan tabel konsumsi masing-masing daerah dalam tiga kondisi sebagai
berikut: Tabel 4.4 Konsumsi masing-masing daerah saat ekuilibrium dalam
tiga kondisi
Dari Tabel 4.4 terlihat kecenderungan konsumsi dari sebelum terjadi perubahan struktural menuju ke perubahan struktural untuk daerah pedesaan
maupun daerah perkotaan semuanya mengalami kenaikan. Kondisi Perubahan Struktural
C
1
C
2
Sebelum terjadi Sudah terjadi tapi belum stabil
Sudah terjadi dengan stabil 125,587
350,958 4.782,4
23,067 138,84
4.355,4
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Dari kajian terhadap model dinamika pertumbuhan ekonomi pedesaan dan perkotaan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Model dinamika pertumbuhan ekonomi pedesaan dan perkotaan yang berhasil dirumuskan adalah suatu model sistem persamaan diferensial tak linear dua
dimensi. 2. Kondisi ekuilibrium didapat sebagai persamaan implisit dari fungsi modal
perkotaan dan pedesaan. 3. Hasil studi simulasi numerik adalah sebagai berikut:
i. Semakin besar kecenderungan menabung daerah pedesaan, maka perubahan struktural akan terwujud dengan cepat dan begitu pula
sebaliknya. Saat kecenderungan menabung daerah pedesaan 30 perubahan struktural belum terjadi, dan saat kecenderungan menabungnya
meningkat menjadi 48 perubahan struktural hampir terjadi. Kemudian saat kecenderungan menabungnya meningkat lagi menjadi 68 perubahan
struktural sudah terjadi. ii. Semua nilai dari variabel endogen pada saat perubahan struktural telah
terjadi selalu lebih besar apabila dibandingkan dengan kondisi saat perubahan struktural belum terjadi, kecuali pada variabel perpindahan
tenaga kerja. Dengan demikian cara untuk mengoptimalkan variabel- variabel tersebut sebaiknya didorong terjadinya perubahan struktural
terlebih dahulu. iii. Pada kondisi ekuilibrium, baik terjadi ataupun tidak terjadi perubahan
struktural, masing-masing kasus mempunyai satu titik tetap yang stabil.