86
komoditas hortikultura sayuran yang paling unggul di daerah hulu DAS Jeneberang. Sedangkan komoditas tomat merupakan komoditas non basis di
daerah ini. Menurut Rusastra et al., 2002 dalam Hendayana, 2003, menjelaskan bahwa yang dimaksud komoditas basis adalah komoditas yang hasilnya dari suatu
masyarakat baik berupa barang maupun jasa ditujukan untuk ekspor ke luar dari lingkungan masyarakat atau yang berorientasi keluar, regional, nasional, dan
internasional. Konsep efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis sangat menentukan dalam pertumbuhan basis suatu wilayah.
Tabel 13. Nilai LQ komoditas hortikultura sayuran pada lahan berlereng di hulu DAS Jeneberang, Kecamatan Tinggi Moncong
No. Jenis Komoditas Luas Tanam Kabupaten
ha Luas Tanam
Kecamatan ha Nilai LQ
1. Kentang
970 902
2,75 2.
Kubis
337 298
2,41 3.
Bawang Daun
756 500
1,80 4.
Wortel
109 108
2,70 5.
Sawi
307 216
1,92 6.
Tomat
310 26
0,23
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Gowa, diolah. Selain komoditas unggulan di atas, di daerah hulu DAS Jeneberang
terdapat komoditas khas daerah ini yaitu markisah dan avokad. Tanaman markisah dikembangkan petani di Kecamatan Tinggi Moncong sampai tahun 1990 an,
setelah itu harga komoditas markisah turun sehingga petani beralih menanam tanaman sayuran.
6.3.2. Hasil Analisis Sifat Kimia Tanah dan Status Kesuburan Tanah
Pengambilan sampel tanah didasarkan pada peta satuan lahan. Sampel tanah diambil pada 28 titik pengamatan, sampel tanah yang diambil yaitu sampel
tanah utuh dan sampel tanah tidak utuh. Analisis tanah yang dilakukan yaitu sifat kimia dan sifat fisika tanah. Sifat kimia tanah meliputi pH, KTK, C-organik, N-
total, P-tersedia, basa-basa dapat tukar, Al-dd, dan salinitas. Sedangkan sifat fisik tanah meliputi tekstur dan permeabilitas. Hasil analisis tanah disajikan dalam
87
Tabel 14 berikut ini. Penilaian status kesuburan tanah didasarkan pada kriteria Pusat Penelitian Tanah 1983.
Sifat kimia dan kesuburan tanah sangat dipengaruhi oleh jenis bahan induk, tingkat pelapukan tanah serta topografi suatu wilayah. Reaksi tanah pH
sangat mempengaruhi ketersediaan unsur hara dan kejenuhan basa di dalam tanah. Hasil analisis menunjukkan bahwa tanah di daerah hulu DAS Jeneberang
mempunyai pH tanah sangat masam sampai agak masam 4,23 – 6,13. Reaksi
tanah di daerah ini menjadi masam disebabkan oleh curah hujan yang tinggi sehingga terjadi pencucian basa-basa, disisi lain juga disebabkan karena topografi
yang berlereng dengan curah hujan yang tinggi maka erosi yang terjadi cukup tinggi. Akibatnya tanah lapisan atas top soil hilang tererosi dan muncul ke
permukaan lapisan subsoil. Bahan organik berpengaruh penting terhadap sifat fisik dan kimia tanah.
Pengaruhnya terhadap sifat fisik tanah adalah merangsang granulasi, menurunkan daya kohesi, menurunkan berat jenis tanah, memperbaiki permeabilitas tanah dan
meningkatkan kemampuan tanah mengikat air. Pengaruhnya terhadap sifat kimia tanah yaitu meningkatkan ketersediaan unsur hara N, P, K, S dan unsur mikro
serta meningkatkan kapasitas tukar kation tanah. Indikator kandungan bahan organik tanah dapat dilihat dari kadar C-organik tanah. Hasil analisis tanah
menunjukkan bahwa kandungan C-organik tanah daerah hulu DAS Jeneberang tergolong rendah sampai tinggi 1,32
– 4,55 . Kadar C-organik yang rendah disebabkan karena lapisan permukaan mengalami erosi sehingga bahan organik
hilang tererosi bersama dengan tanah. Kehilangan bahan organik juga disebabkan oleh adanya pengolahan tanah intensif yang menyebabkan laju degradasi bahan
organik berjalan lebih cepat. Khusus untuk tanah pada dataran tinggi zona agroekologi pada elevasi ≥ 700 m dpl, kadar C-organik cukup tinggi karena
pemberian pupuk organik pupuk kandang dilakukan pada setiap penanaman. Nitrogen merupakan unsur hara esensial bagi tanaman. Nitrogen dalam
tanah terdapat dalam bentuk senyawa organik dan anorganik. Tanaman menyerap nitrogen dalam bentuk NO
3 -
dan NH
4 +
. Kadar nitrogen tanah dinyatakan dalam bentuk N-total tanah. Hasil analisis N-total tanah di daerah hulu DAS Jeneberang
tergolong sangat rendah sampai rendah 0,09 – 0,14 . Nitrogen dalam tanah-
Tabel 14. Hasil analisis sifat kimia tanah dan status kesuburan tanah dari lokasi penelitian Satuan
Lahan Sifat Kimia
Status Kesuburan
pH C-org
N-tot P-trsd
ppm K-dd
cmolkg
Na-dd
cmolkg
Ca-dd
cmolkg
Mg-dd
cmolkg
KTK
cmolkg
KB Al-dd
cmolkg
Salin mscm
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
Zona Agroekologi pada Elevasi 700 m dpl PL1
5,09 2,15
0,08 12,05
0,24 0,15
2,85 1,57
16,70 28,80 0,35
0,10 rendah
PL2 4,55
2,03 0,09
11,85 0,21
0,12 2,74
1,46 35,70 12,69
0,42 0,10
rendah PL3
4,77 2,33
0,10 11,64
0,22 0,13
2,94 1,66
25,90 19,11 0,52
0,01 rendah
PL4 4,31
2,27 0,12
11,84 0,14
0,15 2,66
1,38 17,10 25,32
0,36 0,10
rendah PL5
4,49 1,92
0,01 11,32
0,19 0,10
3,16 1,88
21,10 25,26 0,39
0,08 rendah
PL6 4,88
1,86 0,13
11,48 0,15
0,12 2,85
1,57 18,40 25,49
0,42 0,08
rendah PL7
4,75 1,68
0,14 11,52
0,18 0,11
3,09 1,81
16,60 31,26 0,48
0,05 rendah
PL8 5,23
2,81 0,12
11,48 0,21
0,12 2,47
1,19 17,60 22,67
0,41 0,18
rendah Zona Agroekologi pada Elevasi
≥ 700 m dpl SP1
5,05 3,17
0,09 11,25
0,29 0,14
2,95 1,77
13,70 37,59 0,62
0,16 rendah
SP2 4,94
3,11 0,11
10,59 0,39
0,14 2,98
1,89 14,70 36,73
0,53 0,13
rendah SP3
5,54 2,39
0,12 12,21
0,28 0,12
2,54 1,26
9,10 46,15
0,66 0,85
rendah SP4
4,30 1,74
0,11 11,59
0,39 0,13
2,65 1,37
12,80 35,47 0,52
0,32 rendah
SP5 5,43
1,38 0,09
11,85 0,25
0,14 2,75
1,47 9,00
51,22 0,54
0,14 rendah
SP6 6,13
3,41 0,14
12,45 0,21
0,12 3,01
1,73 11,10 45,68
0,59 0,49
rendah SP7
5,70 4,55
0,12 11,85
0,29 0,12
2,55 1,27
15,00 28,20 0,62
0,11 rendah
SP8 5,44
1,32 0,12
11,95 0,20
0,11 2,46
1,18 13,70 28,83
0,45 0,14
rendah SP9
5,93 2,99
0,11 12,54
0,28 0,12
2,54 1,26
15,80 26,58 0,55
0,15 rendah
SP10 5,94
3,71 0,09
11,87 0,26
0,17 2,62
1,34 10,40 42,21
0,81 0,79
rendah SP11
5,31 3,65
0,11 12,54
0,24 0,15
2,84 1,56
16,80 28,51 0,52
0,11 rendah
SP12 5,79
2,81 0,11
11,95 0,17
0,15 2,97
1,69 12,30 40,49
0,62 0,16
rendah SP13
4,96 3,47
0,12 13,25
0,15 0,11
2,08 1,06
13,80 24,64 0,58
10,00 rendah
SP14 4,77
3,77 0,09
11,45 0,29
0,12 2,05
1,07 11,60 30,43
0,55 0,17
rendah SP15
5,48 1,92
0,12 10,25
0,21 0,12
2,47 1,19
15,10 26,42 0,61
0,02 rendah
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
SP16 4,23
3,77 0,13
11,98 0,25
0,14 2,01
1,03 11,10 31,26
0,68 0,06
rendah SP17
5,91 2,03
0,11 12,08
0,39 0,13
2,65 1,37
9,00 50,44
0,55 0,19
rendah SP18
5,63 2,39
0,12 11,45
0,32 0,12
2,58 1,30
9,00 48,00
0,42 0,19
rendah SP19
5,82 3,41
0,14 11,95
0,39 0,13
2,65 1,37
7,40 61,35
0,62 0,11
rendah SP20
4,94 2,93
0,11 12,08
0,28 0,12
2,54 1,26
11,10 37,84 0,57
0,43 rendah
90
bersumber dari penambahan bahan organik dan pemberian pupuk anorganik. Rendahnya kandungan nitrogen dalam tanah disebabkan karena pencucian ion
nitrat dan amonium serta terikut bersama tanah yang tererosi. Fosfor merupakan unsur hara makro kedua setelah nitrogen. Fosfor di
dalam tanah terdapat dalam bentuk organik dan anorganik, dengan ketersediaan yang sangat ditentukan oleh pH tanah. Pada pH tanah 6,0
– 7,0 merupakan pH dimana ketersediaan fosfor yang optimum. Tanaman umumnya menyerap fosfor
dalam bentuk H
2
PO
4 -
dan HPO
4 =
. Hasil analisis tanah di daerah hulu DAS Jeneberang menunjukkan bahwa kandungan P-tersedia rendah, berkisar antara
10,25 – 13,25 ppm. Rendahnya ketersediaan fosfor disebabkan karena rendahnya
pH tanah 4,23 – 6,13 dan adanya kandungan Al-dd 0,42 – 0,81 cmolkg
sehingga memungkinkan terbentuknya fiksasi fosfor oleh aluminium membentuk senyawa Al-P yang sukar larut dan menjadi tidak tersedia bagi tanaman.
Kalium merupakan unsur hara makro esensil ketiga setelah N dan P. Sumber utama kalium di dalam tanah adalah bahan mineral, bahan organik dan
pupuk anorganik. Hasil analisis sampel tanah di daerah hulu DAS Jeneberang menunjukkan bahwa kandungan kalium berkisar antara rendah sampai sedang
0,17 – 0,39 cmolkg. Kalium sangat labil di dalam tanah karena muatannya +1,
sehingga mudah tercuci oleh air perkolasi dan mudah tererosi bersama tanah. Pemberian pupuk yang mengandung kalium sangat diperlukan mengingat
kandungan kalium tanah yang rendah dan sifat kalium sangat labil Nursyamsi et al
., 2007. Kapasitas tukar kation KTK merupakan kemampuan tanah untuk
menjerap dan mempertukarkan kation-kation dalam larutan tanah. KTK yang tinggi merupakan petunjuk untuk menjerap unsur hara yang besar sehingga
menghindari terjadinya pencucian. Hasil analisis tanah di daerah hulu DAS Jeneberang menunjukkan nilai KTK berkisar antara sangat rendah sampai rendah
5,10 – 16,80 cmolkg. KTK tanah sangat ditentukan oleh tekstur tanah,
kandungan bahan organik, kandungan liat tanah, tipe liat, reaksi tanah, pemupukan, dan pengapuran.
Kejenuhan basa KB menunjukkan jumlah kation basa yang terjerap pada kompleks jerapan tanah, dinyatakan sebagai perbandingan antara jumlah kation
91
basa yang dapat dipertukarkan terhadap nilai KTK efektif tanah. Pada umumnya semakin tinggi kejenuhan basa suatu tanah, nilai pH semakin tinggi dan kesuburan
tanahnya cenderung lebih baik. Kejenuhan basa tanah-tanah di daerah hulu DAS Jeneberang menunjukkan kisaran antara sedang sampai sangat tinggi 26,58 -
78,24 . 6.3.3.
Dominansi Relatif Tutupan Lahan Eksisting pada Satuan LahanTitik- Titik Pengamatan
Tanaman tertentu akan mendominasi tutupan lahan karena terciptanya habitat yang sesuai untuk jenis tanaman tersebut yang diakibatkan oleh
penanaman atau budidaya oleh petani. Dominansi relatif tutupan lahan diamati untuk mengetahui jenis komoditas hortikultura yang dominan ditanam oleh petani.
Pengamatan dominansi relatif tutupan lahan eksisting dilakukan pada 28 satuan lahan, 8 satuan lahan pada zona agroekologi elevasi 700 m dpl dan 20 satuan
lahan pada zona agroekologi elevasi ≥ 700 m dpl. Hasil pengamatan menunjukkan
bahwa pada zona agroekologi elevasi 700 m dpl, dominansi relatif tutupan lahan eksisitingnya yaitu tanaman hortikultura buah-buahan. Sedangkan pada zona
agroekologi elevasi ≥ 700 m dpl, hasil pengamatan menunjukkan bahwa
dominansi relatif tutupan lahannya adalah hortikultura sayuran, kecuali satuan lahan SP 16 yang dominansi relatif tutupan lahannya adalah markisah. Data hasil
pengamatan dominansi relatif tutupan lahan eksisting pada masing-masing satuan lahan disajikan pada Tabel 15 dan penyebaran masing-masing satuan lahan di
hulu DAS Jeneberang disajikan pada Gambar 8 dan titik koordinatnya disajikan pada Tabel Lampiran 2.
Hasil pengamatan dominansi relatif tutupan lahan pada Tabel 15 menunjukkan bahwa zona agroekologi pada elevasi 700 m dpl, komoditas
rambutan yang paling dominan PL1, PL2, PL4, dan PL6, disusul komoditas durian PL4, PL5, dan PL7, komoditas mangga PL1 dan PL8, dan komoditas
pisang PL3 dan PL5. Dominansi relatif tutupan komoditas rambutan yang terluas, hal ini sesuai dengan hasil analisis komoditas unggulan buah-buahan yaitu
rambutan yang tertinggi dengan nilai LQ sebesar 1,77. Pada zona agroekologi pada elevasi
≥ 700 m dpl, komoditas kentang yang paling dominan SP2, SP4, SP6, SP7, SP18, dan SP19, diikuti komoditas kubis SP1, SP3, SP9, SP10, SP11,
92
Gambar 8. Peta lokasi contoh pengamatan dominansi relatif tutupan lahan tanaman hortikultura di hulu DAS Jeneberang.
93 Tabel 15. Dominansi relatif tutupan lahan tanaman hortikultura di hulu DAS
Jeneberang pada masing-masing satuan lahan yang diamati
No. Satuan Lahan
Luas Dominansi Relatif Tutupan Lahan Eksisting
Zona Agroekologi pada Elevasi 700 m dpl 1.
PL1 279,04
Rambutan dan Mangga 2.
PL2 87,38
Rambutan 3.
PL3 15,78
Pisang 4.
PL4 252,67
Durian dan Rambutan 5.
PL5 218,68
Durian, Jeruk dan Pisang 6.
PL6 1.066,17
Rambutan 7.
PL7 22,64
Durian 8.
PL8 21,39
Mangga Zona Agroekologi pada Elevasi ≥ 700 m dpl
9. SP1
338,92 Bawang Daun dan Kubis
10 SP2
192,91 Kentang
11. SP3
52,38 Kubis
12. SP4
18,05 Kentang
13. SP5
24,93 Wortel
14. SP6
126,80 Kentang
15. SP7
171,07 Kentang
16. SP8
158,06 Sawi
17. SP9
6,56 Kubis dan Tomat
18. SP10
10,62 Kubis
19. SP11
95,56 Kubis
20. SP12
22,40 Wortel
21. SP13
99,77 Bawang Daun
22. SP14
489,02 Bawang Daun
23. SP15
16,44 Bawang Daun
24. SP16
111,82 Markisah
25. SP17
179,36 Kubis
26. SP18
91,56 Kentang
27. SP19
71,34 Kentang
28. SP20
23,07 Wortel
Total 4.264,37
94 dan SP17, komoditas bawang daun SP1, SP13, SP14, dan SP15, komoditas wortel
SP5, SP12, dan SP20, komoditas sawi SP8, komoditas markisah SP16, dan komoditas tomat SP9. Komoditas kentang sebagai dominansi relatif tutupan terluas,
hal ini sesuai dengan hasil analisis komoditas unggulan hortikultura sayuran, dimana nilai LQ dari komoditas kentang tertinggi yaitu 2,75 dibandingkan dengan komoditas
lainnya.
6.3.4. Klasifikasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Hortikultura