80
sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan terganggu, sehingga secara ekonomis tanaman tersebut tidak menguntungkan
FAO, 1993 dalam Sicat, Carranza, dan Nidumolu, 2005. Karakteristik lahan dan iklim di kawasan lahan kering hulu DAS
Jeneberang sesuai untuk pengembangan tanaman hortikultura. Keberhasilan penanaman suatu jenis tanaman sangat dipengaruhi oleh kondisi biofisik lokasi
yang akan ditanami. Seberapa jauh tingkat kesesuaiannya tergantung dari kecocokan antara persyaratan tumbuh tanaman dengan kondisi biofisik lokasi
penanaman. Kondisi biofisik yang tidak sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan terganggu, sehingga
secara ekonomis tanaman tersebut tidak menguntungkan. Selain itu daerah tersebut sebagian besar merupakan daerah perbukitan yang mempunyai lereng
yang cukup curam dan curah hujan yang tinggi. Berdasar hal tersebut maka perlu dikaji kembali tingkat kesesuaian lahannya untuk jenis tanaman hortikultura.
Meskipun secara sosial ekonomi tanaman hortikultura ini dapat diterima masyarakat dan menguntungkan, serta lokasi ini telah menjadi tempat studi
banding bagi daerah lain, namun informasi tentang kesesuaian lahan penting untuk dilakukan dan untuk diketahui. Dengan diketahuinya tingkat kesesuaian
lahan, maka informasi ini dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan secara teknis bagi pengembangan tanaman hortikultura di Kabupaten Gowa khususnya di
hulu DAS Jeneberang. Suatu jenis tanaman dapat hidup meskipun produktivitasnya rendah, dan dapat masuk pada kelas tidak sesuai, tergantung dari
faktor-faktor dalam menentukan kelas kesesuaian lahan. Meskipun secara fisik tidak sesuai tetapi kenyataannya secara sosial dapat dianggap sesuai oleh
masyarakat setempat.
6.2. Metode Penelitian
6.2.1. Tahap Pertama : Penentuan Komoditas Unggulan Hortikultura
6.2.1.1. Sumber dan Teknik Pengambilan Data
Jenis data yang digunakan dalam penentuan komoditas unggulan yaitu data sekunder. Data sekunder meliputi jenis komoditas hortikultura, produktivitas,
luas tanam dan luas panen di tingkat kabupaten dan tingkat kecamatan.
81
6.2.1.2. Metode Analisis Data
Komoditas unggulan merupakan komoditas basis atau penggerak utama pertumbuhan ekonomi dari sektor pertanian. Komoditas unggulan adalah
komoditas yang dominan diusahakan masyarakat, merupakan komoditas spesifik lokasi,
dibudidayakan berdasarkan
agroekologi, besaran
ekonominya menguntungkan, memiliki prospek pasar, meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan keluarga petani, potensi dan sumberdaya lahan yang luas, digemari oleh masyarakat, diusahakan sepanjang tahun, dan merupakan komoditas
dominan. Komoditas unggulan di hulu DAS Jeneberang dibagi dalam dua wilayah kecamatan sesuai dengan elevasinya. Kecamatan Parangloe zona agroekologi
pada elevasi 700 m dpl sebagai daerah pengembangan komoditas hortikultura buah-buahan dan Kecamatan Tinggi Moncong zona agroekologi padab elevasi
≥ 700 m dpl sebagai daerah pengembangan komoditas hortikultura sayuran.
Analisis komoditas unggulan menggunakan beberapa kriteria yang dapat dijadikan sebagai dasar penilaian, yaitu :
a. Pengusahaan komoditas dominan, dengan indikator luas tanam. b. Tingkat produktivitas wilayah dengan indikator penilaian nilai relatif
produktivitas komoditas. c. Memiliki keunggulan komparatif, dengan indikator penilaian nilai location
quotient LQ luas tanam. Rumus LQ adalah sebagai berikut :
X
kec
X
skec
LQ
ij
= X
kab
X
Skab
imana : X
kec
= luas tanam komoditas tertentu di kecamatan tertentu X
skec
= luas tanam seluruh komoditas di kecamatan tertentu X
kab
= luas tanam komoditas tertentu di kabupaten X
Skab
= luas total komoditas di kabupaten Hasil perhitungan LQ menghasilkan tiga kriteria yaitu :
Jika LQ 1, artinya komoditas tersebut menjadi basis atau menjadi sumber pertumbuhan. Komoditas menjadi keunggulan komparatif,
hasilnya tidak saja dapat memenuhi kebutuhan di wailayah bersangkutan akan tetapi juga dapat diekspor ke luar wilayah.
82
Jika LQ = 1, artinya komoditas tersebut tergolong non basis, tidak memiliki keunggulan komparatif. Produksinya hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan tidak mampu untuk diekspor.
Jika LQ 1, artinya komoditas ini juga termasuk non basis. Produksi komoditas di suatu wilayah tidak dapat memenuhi
kebutuhan sendiri sehingga perlu pasokan atau impor dari luar. d. Komoditas diperdagangkan antar wilayah, dengan indikator penilaian
adalah nilai LQ produksi komoditas.
6.2.2. Tahap Kedua: Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas