PEMBAHASAN UMUM Development of agroecological based horticultural crops on sloping land in Upstream of Jeneberang Watershed, South Sulawesi

207

X. PEMBAHASAN UMUM

Pemanfaatan lahan oleh masyarakat dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan produksi melalui manajemen lahan yang lebih baik, tetapi dapat pula menimbulkan permasalahan yang memberikan pengaruh kurang menguntungkan terhadap keadaan lingkungan secara luas karena mis-management dalam pemanfaatannya. Permasalahan tersebut diantaranya degradasi dan kerusakan lahan, konversi lahan pertanian produktif ke penggunaan non-pertanian, dan disparitas dan fragmentasi pemilikan lahan, yang secara keseluruhan berdampak pada kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan, yang pada akhirnya akan menghambat atau menurunkan produktivitas dalam sistem pertanian berkelanjutan Sabiham, 2008. Sistem pertanian berkelanjutan perlu memperhatikan tiga faktor keberlanjutan yaitu faktor ekologi atau lingkungan, faktor ekonomi, dan faktor sosial. Faktor ekologi atau lingkungan sangat ditentukan oleh kondisi biofisik lahan dan manajemen lahan yang dilakukan oleh petani. Lahan di hulu DAS Jeneberang potensial untuk dimanfaatkan dan dikelola sebagai lahan pertanian, khususnya untuk tanaman hortikultura karena kondisi iklim dan tanahnya sesuai. Pemanfaatan suatu lahan harus disesuaikan dengan kemampuan daya dukung, dan kesesuaian dengan suatu komoditas tanaman. Komoditas yang akan dikembangkan harus sesuai dengan keadaan lahannya, dapat diterima oleh petani, dan mempunyai nilai ekonomi. Dalam bab-bab terdahulu, telah dikemukakan analisis klasifikasi kemampuan lahan, komoditas unggulan, kesesuaian lahan, tingkat bahaya erosi serta kondisi sosial ekonomi masyarakat. Hasil-hasil analisis tersebut perlu digunakan untuk memberikan arahan penggunaan lahan, yang harus disesuaikan dengan kelima faktor tersebut. Lahan yang dimanfaatkan oleh petani harus memperhatikan kemampuan daya dukung dan kesesuaiannya untuk meminimalkan terjadinya degradasi lahan. Daya dukung lahan digambarkan dalam kelas kemampuan lahan. Areal hulu DAS Jeneberang yang dimanfaatkan untuk pertanaman hortikultura termasuk dalam kelas kemampuan II, III, IV, VI dan VII. Faktor pembatas pada lahan tersebut yaitu drainase, hambatan daerah perakaran, dan bahaya erosi. Untuk 208 pemanfaatannya maka ketiga faktor pembatas tersebut perlu pengelolaan sehingga pemanfaatan lahan dapat meminimalkan kerusakannya dan produktivitas tanaman tetap tinggi. Lahan dengan kelas kemampuan II dan III dapat digunakan untuk pertanian khususnya untuk tanaman hortikultura buah-buahan dan sayuran, sedangkan untuk kelas IV untuk pemanfaatannya perlu kehati-hatian dalam mengelola lahan karena kemiringan lerengnya cukup besar. Pemilihan komoditas yang akan diusahakan dalam sistem usahatani harus berdasarkan pada kesesuaian lahannya. Faktor yang paling menentukan dalam kesesuaian lahan untuk komoditas hortikultura adalah curah hujan, ketinggian tempat di atas pemukaan laut elevasi, sifat-sifat tanah fisik dan kimia, serta kemiringan lereng. Kondisi eksisting lahan di hulu DAS Jeneberang dimanfaatkan untuk pengembangan tanaman hortikultura komoditas buah-buahan dan sayuran. Lahan di hulu DAS Jeneberang dibagi menjadi dua zona agroekologi berdasarkan elevasi yaitu 700 m dpl dataran rendah dan ≥ 700 m dpl dataran tinggi. Pada elevasi 700 m dpl, tanaman hortikultura yang sesuai yaitu buah-buahan rambutan, mangga, durian dan pisang dengan kelas kesesuaian aktual S2 dan S3, faktor pembatas retensi hara, media perakaran dan bahaya erosi. Pada elevasi ≥ 700 m dpl, tanaman hortikultura yang sesuai yaitu sayuran kentang, sawi, wortel, kubis dan bawang daun dengan kelas kesesuaian aktuan S2, S3 dan N, faktor pembatas retensi hara, media perakaran dan bahaya erosi. Pengelolaan faktor pembatas tersebut dapat meningkatkan kelas kesesuaian lahannya, seperti pengelolaan faktor retensi hara dengan pemberian pupuk organik dan pengelolaan faktor bahaya erosi dengan pembuatan teras atau guludan. Dengan demikian kelas kesesuaian lahan berpotensi untuk meningkat, pada elevasi 700 m dpl kelas kesesuaian lahan potensial untuk buah-buahan meningkat menjadi S1, S2 dan S3 sedangkan pada elevasi ≥ 700 m dpl kelas kesesuaian lahan potesial untuk sayuran menjadi S1, S2 dan S3. Faktor pembatas dominan pada pemanfaatan lahan untuk tanaman hortikultura di hulu DAS Jeneberang adalah erosi. Hal ini disebabkan karena kemiringan lereng, intensitas curah hujan, jenis vegetasi penutup tanah dan kepekaan tanah terhadap erosi. Erosi yang terjadi di hulu DAS Jeneberang yaitu 2,57 tonhatahun ringan sampai 5.764,82 tonhatahun sangat berat. Sementara 209 erosi yang dapat ditoleransikan berkisar 13,50 tonha – 17,33 tonha. Dengan demikian erosi yang terjadi jauh melampaui erosi yang dapat ditoleransikan, akibatnya lapisan permukaan tanah dengan cepat akan hilang sehingga memerlukan input yang besar untuk menopang pertumbuhan tanaman yang ditanam oleh petani. Hal ini sesuai dengan hasil analisis indeks keberlanjutan dimensi ekologi untuk komoditas sayuran termasuk kategori kurang berkelanjutan. Faktor ekonomi dalam suatu usahatani sangat penting karena berkaitan dengan kebutuhan hidup petani itu sendiri. Salah satu indikator yang dihasilkan dari simulasi model dinamik pengembangan tanaman hortikultura adalah pendapatan petani buah-buahan dan sayuran. Pendapatan petani diasumsikan layak apabila telah memenuhi kebutuhan dasar yaitu sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan sosial lainnya. Simulasi model dinamik pengembangan tanaman hortikultura menunjukkan bahwa pada tahun 2020 menunjukkan produktivitas rambutan dan kentang paling tinggi pada skenario moderat dan optimis, dengan pendapatan petani rambutan sebesar Rp. 34.512.000 per tahun per hehtar dan pendapatan petani kentang sebesar Rp. 69.795.440 per tahun per hektar. Hal ini disebabkan karena adanya introduksi teknologi dan dukungan dari kelembagaan pertanian yang berdampak pada perbaikan sistem budidaya tanaman dan penerapan teknik konservasi tanah dan air. Pendapatan petani rambutan masih lebih rendah dari nilai kebutuhan hidup layak KHL, sedangkan pendapatan petani kentang telah melampaui besaran nilai kebutuhan hidup layak. Arahan dan Rekomendasi Kebijakan Faktor-faktor biofisik lahan kondisi eksisting, kemampuan lahan, kesesuaian lahan dan prediksi erosi yang terjadi dan faktor ekonomi serta sosial yang menjadi bahan pertimbangan dalam penentuan arahan pemanfaatan lahan di hulu DAS Jeneberang Tabel 50. Arahan pengembangan tanaman hortikultura di lahan berlereng hulu DAS Jeneberang mengacu pada : 1 kondisi eksisting lahan setempat, dengan memperhatikan komoditas dominan yang ditanam petani; 2 kondisi eksisting sosial ekonomi petani; 3 hasil evaluasi kelas kemampuan dan 210 kesesuaian lahan untuk komoditas yang diunggulkan; 4 dampak terhadap kejadian erosi kaitannya dengan jenis tanaman yang akan ditanam; 5 status keberlanjutan dari masing-masing komoditas; 6 analisis kelayakan finansial suatu komoditas; dan 7 memperhatikan batas kawasan hutan dan areal penggunaan lain APL. Berdasarkan hasil-hasil penelitian ini maka direkomendasikan kepada Pemerintah Kabupaten Gowa khususnya Dinas Pertanian, Dinas Kehutanan dan Bapeda serta DPRD Kabupaten Gowa selaku pengambilan kebijakan, tentang pemanfaatan lahan di hulu DAS Jeneberang khususnya untuk pengembangan tanaman hortikultura, yaitu: - Penyuluhan perlu diintensifkan pelaksanaannya sehingga dapat meningkatkan kompetensi petani yang latar belakang pendidikan formalnya rendah. - Lahan yang telah dibuka dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk usahatani hortikultura buah dan sayuran supaya pengelolaannya mengacu pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 47PermentanOT.140102006 tentang Pedoman Umum Budidaya Pertanian pada Lahan Pegunungan. - Lahan yang telah dibuka namun tidak dikelola dengan baik oleh masyarakat karena produktivitasnya rendah, agar supaya dihutankan kembali. - Tidak membuka areal baru untuk pengembangan tanaman hortikultura khususnya bagi kawasan hutan, kecuali yang termasuk dalam kawasan areal penggunaan lain APL atau kawasan budidaya non kehutanan KBNK. 211 Tabel 50. Tanaman dominan pada kondisi eksisting, kelas kesesuaian lahan, permasalahan, usaha perbaikan dan arahan pemanfaatan pada masing-masing satuan lahan homogen Satuan Lahan Tanaman Dominan Kondisi Eksisting Kelas Kesesuaian Lahan Potensial Kelas Kesesuaian Lahan Aktual Permasalahan Usaha Perbaikan Arahan Pemanfaatan Fisik Lahan Sosial Ekonomi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Zona Agroekologi Elevasi 700 m dpl, Komoditas Buah-Buahan PL1 Rambutan dan Mangga S2r S2rf Retensi hara kejenuhan basa dan media perakaran kedalaman tanah Tingkat pendidikan petani rendah, luas lahan sempit. Adopsi teknologi rendah penggunaan bibit, pupuk dan amelioran tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman Produksi rendah, pendapatan rendah Dilakukan penyuluhan teknologi budidaya hortikultura buah- buahan yang intensif, penerapan usahatani konservasi, dan pemberdayaan petani melalui kelompok taninya, adanya bantuan dan fasilitas dari Pemerintah untuk pengembangan pertanian khususnya tanaman hortikultura buah- buahan. Pengembangan rambutan dan mangga dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan, pemberian amelioran. PL2 Rambutan S2re S2ref Retensi hara kejenuhan basa dan pH, media perakaran kedalaman tanah dan erosi Pengembangan rambutan dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan, pemberian amelioran. PL3 Pisang S3e S3ef Retensi hara kejenuhan basa dan pH dan erosi Pengembangan komoditas pisang dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan, pemberian amelioran. 212 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PL4 Durian dan Rambutan S2r, S1 S3f, S2f Retensi hara kejenuhan basa dan pH Pengembangan durian dan rambutan dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan, pemberian amelioran. PL5 Durian, Jeruk dan Pisang S2re, S2e S3f Retensi hara kejenuhan basa dan pH Pengembangan durian, jeruk dan pisang dengan prioritas pada komoditas durian, pemberian amelioran. PL6 Rambutan S3e S3ef Retensi hara kejenuhan basa dan pH, dan erosi Pengembangan rambutan dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan, pemberian amelioran. PL7 Durian S3re S3ref Retensi hara KTK, pH media perakaran kedalaman tanah dan erosi Pengembangan durian dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan, pemberian kapur dan bahan organik dan konservasi tanah dan air PL8 Mangga S3r S3re Media perakaran kedalaman tanah dan erosi Pengembangan mangga dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan dan konservasi tanah dan air Zona Agroekologi Elevasi 700 m dpl, Komoditas Sayuran SP1 Bawang Daun dan Kubis S2f S3f Retensi haraKTK, pH Tingkat pendidikan petani rendah, luas Produksi rendah, pendapatan rendah Dilakukan penyuluhan yang intensif tentang teknologi budidaya Pengembangan bawang daun, kubis, dan kentang dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan dan penerapan 213 lahan sempit. Adopsi teknologi rendah, penerapan usahatani konservasi kurang, intensitas penyuluhan rendah. hortikultura sayuran, penerapan usahatani konservasi, dan pemberdayaan kelompok tani yang telah terbentuk, adanya bantuan dan fasilitas dari Pemerintah untuk pengembangan pertanian khususnya tanaman hortikultura konservasi tanah dan air, pengapuran dan penambahan bahan organik. SP2 Kentang S2e S3f Retensi hara KTK dan pH Pengembangan kentang dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan dan penerapan konservasi tanah dan air, pengapuran dan penambahan bahan organik. SP3 Kubis S3e S3fe Retensi hara KTK dan pH, dan erosi Pengembangan kubis dan kentang dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan dan penerapan konservasi tanah dan air pembuatan teras dengan saluran drainase, pengapuran dan penambahan bahan organik. SP4 Kentang S3e Ne Erosi Pengembangan tanaman kentang dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan dan penerapan konservasi tanah dan air pembuatan teras dengan saluran drainase SP5 Wortel S2e S3f Retensi hara KTK dan pH Pengembangan tanaman wortel dan kentang dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan dan penerapan konservasi tanah dan air, pengapuran dan penambahan bahan organik. 214 1 2 3 4 5 6 7 8 9 SP6 Kentang S2e S2fe Retensi hara KTK dan erosi Pengembangan kentang dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan dan penerapan konservasi tanah dan air, penambahan bahan organik. SP7 Kentang S3e S3fe Retensi hara KTK dan erosi Pengembangan kentang dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan dan penerapan konservasi tanah dan air pembuatan teras dengan saluran drainase, penambahan bahan organik. SP8 Sawi S3e Ne Erosi Pengembangan sawi dan kentang dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan dan penerapan konservasi tanah dan air pembuatan teras dengan saluran drainase SP9 Kubis dan Tomat Ne Ne Erosi Penanaman tanaman tahunan untuk penghutanan kembali dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan dan penerapan konservasi tanah dan air. SP10 Kubis S2e S3f Retensi hara KTK dan pH Pengembangan kubis dan sawi dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan dan penerapan konservasi tanah dan air, pengapuran penambahan bahan organik. 215 1 2 3 4 5 6 7 8 9 SP11 Kubis S3e S3e Erosi Pengembangan kubis dan sawi dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan dan penerapan konservasi tanah dan air pembuatan teras dengan saluran drainase SP12 Wortel S3e Ne Erosi Pengembangan wortel dan kentang dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan dan penerapan konservasi tanah dan air pembuatan teras dengan saluran drainase SP13 Bawang Daun S2f S3f Retensi hara pH, KTK, KB Pengembangan bawang daun dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan dan penerapan konservasi tanah dan air, penambahan bahan organik dan pengapuran. SP14 Bawang Daun S2e S3f Retensi hara pH, KTK, KB Pengembangan bawang daun dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan dan penerapan konservasi tanah dan air, penambahan bahan organik dan pengapuran. SP15 Bawang Daun S3e S3fe Retensi hara pH, KTK, KB dan erosi Pengembangan tanaman bawang daun dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan dan penerapan konservasi tanah dan air 216 pembuatan teras dengan saluran drainase, penambahan bahan organik dan pengapuran. SP16 Markisah S3e S3e Erosi Pengembangan tanaman markisah dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan dan penerapan konservasi tanah dan air pembuatan teras dengan saluran drainase SP17 Kubis S2e S3f Retensi hara KTK, dan pH Pengembangan kubis dan sawi dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan dan penerapan konservasi tanah dan air, penambahan bahan organik dan pengapuran. SP18 Kentang S2e S3f Retensi hara KTK Pengembangan tanaman kentang dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan dan penerapan konservasi tanah dan air, penambahan bahan organik. SP19 Kentang S3e S3fe Retensi hara KTK dan erosi Pengembangan tanaman kentang dan wortel dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan dan penerapan konservasi tanah dan airpembuatan teras dengan saluran drainase, penambahan bahan organik. SP20 Wortel S3e S3e Erosi Pengembangan wortel dan kentang dengan menerapkan 217 teknologi ramah lingkungan dan penerapan konservasi tanah dan air pembuatan teras dengan saluran drainase 218 219

XI. KESIMPULAN DAN SARAN 11.1. Kesimpulan