220
skenario optimis erosi yang terjadi menurun hingga 2,56 tonhatahun, produktivitas meningkat, dan pendapatan petani buah-buahan meningkat
sampai tahun 2020. Dan simulasi model pengembangan tanaman hortikultura sayuran berbasis agroekologi pada lahan berlereng di hulu
DAS Jeneberang, pada skenario optimis erosi yang terjadi menurun hingga 62,06, produktivitas meningkat, dan pendapatan petani sayuran
meningkat sampai tahun 2019. e. Pendapatan petani rambutan, pada skenario moderat dan optimis untuk
lahan seluas 1 ha sebesar Rp. 34.512.298 per tahun lebih rendah dari pada kebutuhan hidup layak KHL yaitu Rp. 34.732.500 per tahun. Dan petani
kentang, pada skenario moderat dan optimis untuk lahan seluas 1 ha sebesar Rp. 69.341.520 per tahun lebih besar dari nilai kebutuhan hidup
layak KHL yaitu Rp. 27.698.000 per tahun.
11.2. Saran
a. Pengembangan tanaman hortikultura di hulu DAS Jeneberang ditentukan oleh atribut-atribut kunci pada dimensi ekologi dan dimensi sosial yang
perlu mendapat perhatian. Oleh karena itu perlu kajian mendalam mengenai keterkaitan antara atribut kunci pada dimensi ekologi meliputi
kondisi penutupan lahan, tingkat erosi yang terjadi, tingkat kemiringan lereng, prediksi erosi, ketersediaan bahan organic, kualitas hasil tanaman,
dan produktivitas tanaman hortikultura, sedangkan atribut pada dimensi sosial meliputi intensitas penyuluhan dan pelatihan mengenai teknologi
ramah lingkungan, adopsi teknologi konservasi tanah, eksistensi layanan Pemerintah, pengetahuan masyarakat tentang lingkungan, persepsi
masyarakat tentang partisipatori, dan persepsi masyarakat terhadap upaya konservasi tanah.
b. Pengembangan komoditas rambutan perlu dilakukan adopsi teknologi hasil pertanian untuk meningkatkan pendapatan petani sehingga
mencukupi nilai kebutuhan hidup layak, atau perlu alternatif-alternatif usaha lain budidaya tanaman pangan, peternakan, atau perikanan untuk
meningkatkan taraf hidup petani.
221
c. Model dengan skenario moderat yang telah dibangun dapat dipertimbangkan untuk diaplikasikan dalam pengembangan tanaman
hortikultura yang meminimalkan degradasi lahan dan meningkatkan produktivitas lahan sebagai kebijakan daerah Kabupaten Gowa untuk
memanfaatkan potensi daerah dalam pengembangan komoditas buah- buahan dan sayuran.
223
DAFTAR PUSTAKA
Ahamed, T.R.N., K.G. Rao, and J.S.R. Murthy. 2000. GIS-based fuzzy membership model for crop-land suitability analysis. Agricultural System
63 : 75 – 90.
Altieri, M. A. 1998. Applying agroecology to enhance productivity of peasant farming system in Latin America. Environ. Dev. Sustainability 1 : 197
– 217.
Altieri, M. A. 2002. Agroecology : the science of natural resource management for poor farmers in marginal environments. Agriculture, Ecosystems and
Environment : 1 – 24.
Amien, I. 1997. Karakterisasi dan Analisis Agroekologi. Pusat Penelitian Agroklimat. Bogor.
Anyamba, A., J. P. Chretein, J. Small, C. J. Tucker and K. J. Linthicum. 2006. Developing Global Climate Change Anomalies Suggest Potential Disease
for 2006 – 2007. International Journal of Health Geographics, 5 : 6 – 10.
Arsanti, I.W., dan M. Boehme. 2006. Sistem Usahatani Tanaman Sayuran di Indonesia: Apresiasi Multifungsi Pertanian, Ekonomi, dan Eksternalitas
Lingkungan. Seminar Multifungsi Pertanian. Lido 26-27 Juni 2006. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian.
Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor. Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta. Ashari, S. 2006. Hortikultura : Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta.
Auerswald, K., G. Gerl, and M. Kainz. 2006. Influence of Cropping System on Harvest Erosion under Potato. Soil Tillage Research 89 : 22
– 34. Backes, M.M. 2001. The role of indigenous trees for the conservation of
biocultural diversity in traditional agroforestry land use system. Agroforestry Systems J. 52 : 119
– 132. Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian. 2002. Evaluasi Kesesuaian
Lahan Komoditas Pertanian. Badan Litbang Departemen Pertanian. Jakarta.
Badan Pusat Statistik [BPS]. 2000. Produksi padi, jagung dan kedelai tahun 2001, 2002, dan 2003.
224
http:www.bps.go.idreleasesProduction_Of_Paddy_Maize_and_Soybean s
Badan Pusat Statistik Kabupaten Gowa [BPS Kabupaten Gowa]. 2001. Kabupaten Gowa. Diakses pada tgl. 28
– 1 – 2008 dari : http:www.inawater.comnewswmview.php?ArtID=1203.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Gowa [BPS Kabupaten Gowa]. 2008. Kabupaten Gowa dalam Angka Tahun 2008. BPS Kabupaten Gowa. Sungguminasa.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Gowa [BPS Kabupaten Gowa]. 2010. Kabupaten Gowa dalam Angka Tahun 2010. BPS Kabupaten Gowa. Sungguminasa.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Gowa [BPS Kabupaten Gowa]. 2010. Kabupaten Gowa. Diunduh tgl. 16 Oktober 2010 dari
http:id.wikipedia.orgwikiKabupaten_Gowa
Bank Ekspor Indonesia [BEI]. 2007. Prospek Ranum Hortikultura. Bank Ekspor Indonesia. Jakarta.
Basher, L.R. and C. W. Ross. 2001. Role of Wheel Tracks in Runoff Generation and Erosion under Vegetable Production on a Clay Loam Soil at
Pukekohe, New Zealand. Soil Tillage Research 62 : 117 – 130.
BP-DAS Jeneberang Walanae. 2003. Penyusunan Rencana Teknik Lapangan Rahabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Daerah Aliran Sungai DAS
Jeneberang, Provinsi Sulawesi Selatan. BP-DAS Jeneberang Walanae Provinsi Sulawesi Selatan dan LPPM Universitas Hasanuddin. Makassar.
Bydekerke , L., E. van Ranst, R. Vanmechelen, and R. Groenemans. 1998. Land suitability assessment for Cherimoya in southern Ecuador using expert
knowledge and GIS. Agriculture Ecosystems Environment, 69, 89-98.
CGIAR. 1978. Farming System Research at the International Agricultural Research Centers. Rome: TAC Secretariat, Agriculture Dept. FAO.
Conway, G.R. 1987. Rapid Rural Appraisal and Agroecosystem Analysis: A Case Study from Northern Pakistan. Proceeding of the 1985 Interational
Confrence on RRA. Rural System Res. and Farming System Res. Project. Khon Kaen, Thailand.
Dariah A, H. Subagyo, C. Tafakresnanto, dan S. Marwanto. 2004. Kepekaan Tanah Terhadap Erosi. Dalam: Teknologi Konservasi Tanah pada Lahan
Kering Berlereng. Edt. U. Kurnia, A. Rachman, dan A. Dariah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang
Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor.
225
Dariah, A., A. Rachman, dan U. Kurnia. 2004. Erosi dan Degradasi Lahan Kering di Indonesia. Dalam: Teknologi Konservasi Tanah pada Lahan Kering
Berlereng. Edt. U. Kurnia, A. Rachman, dan A. Dariah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian.
Departemen Pertanian. Bogor.
Dariah, A. dan E. Husen. 2006. Optimalisasi Multifungsi Pertanian pada Usahatani Berbasis Tanaman Sayuran. Dalam Prosiding Seminar
Multifungsi dan Revitalisasi Pertanian. Badan Litbang Pertanian, MAFF Japan, dan Asean Secretariat. Jakarta.
Dariah, A. 2007. Budidaya Pertanian pada Lahan Pegunungan. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Indonesia. 29 1 : 7
– 9. Debermann, A. 2005. The Development of Site Specific Nutrient Management for
Maize in Asia. Workshop 1 – 4 May 2005. Brastagi – Indonesia.
Puslitbang Tanaman Pangan. Desiana. 2006. Pemodelan Multikriteria Untuk Evaluasi Kesesuaian Lahan
Tanaman Perkebunan dan Hortikultura Studi Kasus Daerah Lembang dan Sekitarnya. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Djaenudin, D. dan M. Soekardi. 2000. Potensi Lahan untuk Pengembangan Tanaman Perkebunan di Pulau Sulawesi. Prosiding Temu Konsultasi
Sumberdaya Lahan untuk Pembangunan Kawasan Timur Indonesia. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.
Djaenudin, D., H. Marwan, A. Hidayat, dan H. Subagyo. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Balitanah, Puslitbangtanak,
Balitbang Pertanian. ISBN 979-9474-27-2. Djaenudin, D. 2007. Potensi Sumber Daya Lahan untuk Perluasan Areal Tanaman
Pangan di Kabupaten Merauke. Iptek Tanaman Pangan. Vol. 2 No. 2 : 180 – 194.
Giller, K.E., G. Cadish, C. Ehaliotis, E. Adams, W.D. Sakala, and P.L. Mafongoya, 1997. Building soil nitrogen capital in Africa. In: Buresh,
R.J., Sanchez, P.A. and Calhoun, F. Eds, Replenishing soil fertility in Africa. SSSA Special Publication No. 51, Madison, Wisconsin, pp. 193-
218.
Halim, A. 2005. Analisis investasi. Edisi 2. Salemba Empat, Jakarta.
Hardjowigeno, S. dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
226
Hendayana, R. 2003. Aplikasi Metode Location Quotient LQ Dalam Penentuan Komoditas Unggulan Nasional. Informatika Pertanian Volume 12: 1-21.
Jakarta.
Hidayat, A. dan A. Mulyani. 2002. Lahan Kering untuk Pertanian. Hlm. 1-34 dalam Teknologi Pengelolaan Lahan Kering Menuju Pertanian Produktif
dan Ramah Lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian.
Hudson, N. 1978. Soil Conservation. Bastford, London. Irianto, G. S., J. Duschesne, F. Forest, P. Perez, C. Cudennec, T. Prasetyo, dan S.
Karama. 1999. Rainfall-Runoff Harvesting For Controlling Erosion and Sustaining Up Land Agriculture Development. Selected Paper From The
10th International Soil Conservation Organization Meeting, 24 – 29 May
1999. p. 431 – 439.
Jackson, L., K. Bawa, U. Pascual, and C. Perrings. 2005. Agro-Biodiversity. A new science agenda for biodiversity in support of sustainable
agroecosystem. 40 p. http:www.diversitas-international.orgcross_agriculture.html
Jalali, M. 2005. Nitrates Leaching from Agricultural Land in Hamadan, Western Iran. Agriculture, Ecosystem and Environment 110 : 210
– 218. Jankauskas, B. and G. Jankauskiene. 2003. Erosion-Preventive Crop Rotation for
Lanscape Ecological Stability in Upland Regions of Lithuania. Agriculture, Ecosystem and Environment 95 : 129
– 142. Kartodihardjo, H., K. Murtilaksono dan U. Sudadi. 2004. Institusi Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai: Konsep dan Pengantar Analisis Kebijakan. Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kay, D. and J. Alder. 1999. Coastal Planning and Management. Routledge, New York.
KEPAS. 1989. Pendekatan Agroekosistem pada Pola Pertanian Lahan Kering. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.
Kesaulija, E. M. 1998. Beberapa Model Pendugaan Erosi Pada Areal Hutan Yang Dikonversi Menjadi Lahan Pertanian dan Permukiman di Sub Daerah
Aliran Sungai Jeneberang Hulu Sulawesi Selatan. Tesis, IPB. Bogor. Kusumaseta, 1987. Konservasi Tanah dan Air. UI Press. Jakarta.
227
Lavelle, C., J.D. Smolik and C. Mends. 2001. Agricultural Systems in The Context of Sustainable Development: The Case of Low-Input Sustainable
Agriculture LISA.
Makaheming, Y. 2003. Pola Pengelolaan Hutan pada Hulu DAS Jeneberang Kabupaten Gowa. Tesis. Sistem-Sistem Pertanian Kehutanan, Program
Pascasarjana, Universitas Hasanuddin. Makassar.
Manetsch, T. dan G.L. Park. 1976. System Analysis and Simulation with Application to Economic and Social System. East Lansing, Michigan
University.
Mappa, H., S. Paembonan, dan R. Mustaqiem. 1987. Pengembangan Wilayah Terpadu Daerah Aliran Sungai Jeneberang. Bulletin Universitas
Hasanuddin. Vol. IV. Ujung Pandang. McCracken, R., Jennifer dan D. Narayan, 1998. Participation and Social
Assesment: Tools and Techniques . Washington D.C. : The World Bank.
Mize, J. H. dan J.G. Cox. 1968. Essential of Simulation. Englewood Cliffs. New Jersey.
Murtilaksono, K. 2009. Evaluasi Kebijakan Nasional Pengelolaan SDA dan
Lingkungan di Daerah Aliran Sungai. Revitalisasi Kebijakan Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup. Lokakarya
Nasional Kerjasama Sekolah Pascasarjana IPB dengan Kementerian Lingkungan Hidup RI, Tanggal 19 Maret 2009. Bogor.
Mustafa, M., A. Rampisela, dan R. Tangkaisari. 1995. Model Teknologi Pengendalian Daerah Aliran Sungai DAS. Kongres Nasional HITI,
Serpong. Jawa Barat.
Mustari, K. 1985. Model dan Simulasi untuk Perencanaan Penggunaan Lahan di Daerah Aliran Sungai Bila Walanae Propinsi Sulawesi Selatan Studi
Kasus Sub DAS Walanae Bagian Hulu. Disertasi. Program Pascasarjana IPB, Bogor.
Nurmiaty. 1995. Metode Thornthwaite dan Mather untuk Pendugaan Debit Aliran Sungai Jaleko di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Skripsi Jurusan Ilmu
Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang. OECD. 1993. Coastal Zone Management. Integreated Policies. Organization for
Economic Co-operation and Development. Paris. Oldeman, L. R. 1975. Agroclimatic Map Java. Contr. Centr. Res. Inst. Agric.
Bogor. No. 17 CRIA. Bogor.
228
Oluwatosin, G.A., O.D. Adeyolanu, A.O. Ogunkunle, and O.J. Idowu. 2006. From Land Capability Classification to Soil Quality: An Assessment. Tropical
and Subtropical Agroecosystems 6: 49-55.
Patten, B.C. 1972. System Analysis and Simulation in Ecology. Academic Press, New York.
Poesen, J. 1983. Rainwash Experiment on the Erodibility of Loose Sediments. Earth Surf. Proc. Landform 6: 285-307.
Pranadji, T. 2006. Model Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan Untuk Pengelolaan Agroekosistem Lahan Kering. Disertasi. IPB. Bogor.
Pusat Penelitian Agroekologi [PPA]. 2007. Pusat Penelitian Agroekologi PPA. Diakses pada tgl. 28
– 1 – 2008 dari : http:www.lppm-
instiper.comdocument.php?id=ppaPusat Penelitian Tanah [PPT]. 1983. Jenis dan Macam Tanah di Indonesia untuk Keperluan Survei dan
Pemetaan Tanah Daerah Transmigrasi.
Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat [PUSLITANAK]. 1999. Panduan Metodologi Analisis Zona Agroekologi. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Proyek Pembinaan Kelembagaan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Bogor.
Reinjntjes, C., B. Haverkort dan A. W. Bayer. 1999. Pertanian Masa Depan : Pengantar Untuk Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah.
Kanisus. Jakarta.
Rachman, A., S. H. Anderson, C. Gantzer, and A. L. Thompson. 2003. Influence of Longterm Cropping System on Soil Physical Properties Related to Soil
Erodibility. Soil Sci. Soc. Am. J. 67: 637-644. Rossiter D. G., and A. R. van Wambeke. 1997. Automated Land Evaluation
System ALES Version 4.65d User.s Manual. Cornell Univ. Dept of Soil Crop Atmospheric Sci. SCAS. Ithaca NY, USA.
Sabiham, S. 2008. Manajemen Sumberdaya Lahan dalam Usaha Pertanian Berkelanjutan. Dalam : Penyelamatan Tanah, Air, dan Lingkungan. Edt.:
S. Arsyad dan E. Rustiadi.Crestpent Press dan Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Said, A. 2001. Dinamika Kondisi Sosial Ekonomi DAS Jeneberang Bagi Pengelolaan Terpadu Waduk Bili-Bili. Profiling Wilayah DAS
Jeneberang. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup PPLH – UNHAS.
Makassar.
229
Sekretariat Negara. Undang-Undang No. 41 Tahun 1999. Tentang Kehutanan. Shaner, A., B.A. Steward, dan S. Narain. 1982. Towards green villages : a
strategy for enviromentally sound and participatory rural development. New Delhi.
Shekinah, D. E, S. K. Saha, and R. Rahman. 2004. Land Capability Evaluation for Land Use Planning Using GIS. J. Of the Indian Society of Soil Science,
Vol. 52 : 3 pp. 232 – 237.
Sicat, R.S., E.J.M. Carranza, and U.B. Nidumolu. 2005. Fuzzy modeling of farmers knowledge for land suitability classification. Agricultural
Systems, 831, 49-75.
Simatupang P, T. Sudaryanto, A. Purwanto, and Saptana. 1995. Projection and Policy Implication of Medium and Long-term Rice Supply and Demand in
Indonesia. Center for Agro-Socioeconomic Research, Bogor, Indonesia and International Food Policy Recearch Institute, Washington, D.C.
Sinukaban, N. 2008. Pembangunan Daerah Berbasis Strategi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Prosiding Seminar dan Kongres Nasional MKTI VI. 17
– 18 Desember 2007. Cisarua-Bogor.
Sitorus, S. R. P. 2004. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Penerbit Tarsito. Bandung. Soehardjan, M. 2001. Success Stories of Lembaga Penelitian Pertanian: Ungaran,
Kendari,Padang Marpayon and IPPTP: Yogyakarta, Kalasey and Mataram. Project Report Second Agricultural Research Management Project
ARMP-II and P.T. Pusat Pengembangan Agribisnis.
Smith, S.V., S.H. Bullock, A.H. Corona, E.F. Vizcaino, M.E. Rodriguez, T.G. Kretzschmar, L.M. Farfan, and
J.M.S. Cesena. 2007. “Soil Erosion and Significanse for Carbon Fluxes in a Mountainous Mediterranean-Climate
Watershed”. Ecological Applications Journal 17 : 1379 – 1387. Suratmo, F.G. 2002. Strategi dalam Menghadapi Masalah Lingkungan Dunia.
Handout M.K. PSL 702. Pascasarjana IPB. Bogor. Suriani. 2006. Dam Bilibili, Riwayatmu Kini. Diakses pada tgl. 28
– 1 – 2008 dari : http:www.sinarharapan.co.idberita060322nus04.html.
Susanto, S. 2006. Agroekologi Sebagai Basis dalam Pembangunan Pertanian Berkelanjutan. Dalam : Revitalisasi Pertanian dan Dialog Peradaban.
Editor : Jusuf Sutanto dan Tim. Penerbit Kompas. Jakarta.
230
Susilo S. B. 2003. Keberlanjutan Pembangunan Pulau-Pulau Kecil: Studi Kasus Kelurahan Pulau Panggang dan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI
Jakarta. Disertasi Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 185p.
Syafaat, N. dan S. Friyanto. 2000. Analisis Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Kesempatan Kerja dan Identifikasi Komoditas Andalan Sektor Pertanian
di Wilayah Sulawesi: Pendekatan Input-Output. Ekonomi dan Keuangan Indonesia. Vol. XLVIII No. 4.
Syamsuddin. 2001. Model Evaluasi Keberhasilan Usahatani di Lahan Kering Studi Kasus Penanaman Jambu Mete di Kabupaten Lombok Barat, Nusa
Tenggara Barat. Disertasi. Program Pascasarjana IPB, Bogor.
Tangkaisari, R. 1987. Penelitian tentang Tingkat Erosi di Sub DAS Jeneberang. Bulletin Penelitian Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang.
The Word Bank. 1994. The World Bank and Participation: The World Bank- Operations Policy Department.
Tjoneng, A. 1999. Kajian Optimisasi Penggunaan Lahan di Daerah Tangkapan Datara Kawasan Bili-Bili, Sulawesi Selatan. Desertasi, IPB. Bogor.
van Noordwijk, M. dan M.J. Swift. 1999. Belowground biodiversity and sustainability of complex agroecosystem. In : Gafur, A., Susilo, F.X.,
Utomo, M., and van Noordwijk, M. Eds. Proceedings of a workshop on Management of Agro-biodiversity in Indonesia for Sustainable Land Use
and Global Environmental Benefits. UNILAPUSLITBANGTAN, Bogor, 19-20 August 1999. p 8
– 28. van Noordwijk, M. dan K. Hairiah. 2006. Intensifikasi Pertanian, Biodiversitas
Tanah dan Fungsi Agro-ekosistem. Agrivita Volume 28 No. 3. Unibraw, Malang.
Veiche, A. 2002. The Spatial Variability of Erodibility and Its Relation to Soil Types: A Study from Northern Ghana. Geoderma 106: 110-120.
Widarjanto. 2007. Penerapan Teknologi Spesifik Lokasi, Upaya Peningkatan Produksi
Pertanian di
Permukiman Transmigrasi.
Puslitbang Ketransmigrasian. Dep. Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Jakarta.
Widjaja Adhi, IP.G. 1987. Tinjauan Sifat Kimia Ultisol dalam Kaitannya dengan Pengapuran dan Efisiensi Pemupukan Fosfat. Pertemuan Upland Working
Group, AARD-IFDC Joint Project. Pusat Penelitian Tanah, Bogor.
Wischmeier, W.H., and J.V. Mannering. 1969. Relation of Soil Properties to Its Erodibility. Soil Sci. Am. Proc. 33: 131-137.
231
Zonneveld, L. 2001. A Toolkit for Participation in Local Governance: Learning to make participation work. OxfamNovib.
Zubair, H. dan F. X. Djuhartono. 2001. Model Pengendalian Sedimen untuk Mempertahankan Kapasitas Waduk Bili-Bili, Sulawesi Selatan. Profiling
Wilayah DAS Jeneberang. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup PPLH –
UNHAS. Makassar.
233
Gambar Lampiran 1. Peta satuan lahan di hulu DAS Jeneberang.
234
Tabel Lampiran 2. Titik pengamatan dan pengambilan sampel tanah di hulu DAS Jeneberang
Satuan Lahan Titik Koordinat
Bujur Timur Lintang Selatan
Zona Agroekologi pada Elevasi 700 m dpl PL1
119
o
36 ’ 45”
5
o
13 ’ 20”
PL2 119
o
37 ’ 51”
5
o
13 ’ 35”
PL3 119
o
38 ’ 15”
5
o
13 ’ 47”
PL4 119
o
39 ’ 02”
5
o
14 ’ 39”
PL5 119
o
42 ’ 58”
5
o
15 ’ 45”
PL6 119
o
44 ’ 31”
5
o
16 ’ 12”
PL7 119
o
46 ’ 12”
5
o
14 ’ 57”
PL8 119
o
49 ’ 21”
5
o
16 ’ 20”
Zona Agroekologi pada Elevasi ≥ 700 m dpl SP1
119
o
51 ’ 33”
5
o
15 ’ 08”
SP2 119
o
52 ’ 16”
5
o
15 ’ 12”
SP3 119
o
52 ’ 44”
5
o
15 ’ 17”
SP4 119
o
50 ’ 36”
5
o
16 ’ 04”
SP5 119
o
52 ’ 06”
5
o
16 ’ 14”
SP6 119
o
52 ’ 16”
5
o
16 ’ 29”
SP7 119
o
52 ’ 22”
5
o
17 ’ 28”
SP8 119
o
53 ’ 10”
5
o
17 ’ 34”
SP9 119
o
53 ’ 36”
5
o
18 ’ 15”
SP10 119
o
51 ’ 24”
5
o
14 ’ 21”
SP11 119
o
51 ’ 33”
5
o
13 ’ 54”
SP12 119
o
51 ’ 51”
5
o
13 ’ 27”
SP13 119
o
52 ’ 31”
5
o
14 ’ 10”
SP14 119
o
53 ’ 19”
5
o
14 ’ 36”
SP15 119
o
53 ’ 52”
5
o
14 ’ 29”
SP16 119
o
50 ’ 38”
5
o
15 ’ 04”
SP17 119
o
50 ’ 35”
5
o
17 ’ 16”
SP18 119
o
51 ’ 13”
5
o
17 ’ 36”
SP19 119
o
51 ’ 45”
5
o
17 ’ 08”
SP20 119
o
51 ’ 26”
5
o
16 ’ 58”
235
236
237 Tabel Lampiran 5. Matriks kriteria klasifikasi kemampuan lahan Arsyad, 2006
Faktor Penghambat Kelas Kemampuan Lahan
I II
III IV
V VI
VII VII
1. Lereng permukaan A
B C
D A
E F
G 2. Kepekaan Erosi
KE
1
,KE
2
KE
3
KE
4
,KE
5
KE
6
1 1
1 1
3. Tingkat erosi e
e
1
e
2
e
3
2 e
4
e
5
1 4. Kedalaman tanah
k k
1
k
2
k
3
1 1
1 1
5. Tekstur lapisan atas t
1
,t
2
,t
3
t
1
,t
2
,t
3
t
1
,t
2
,t
3
,t
4
t
1
,t
2
,t
3
,t
4
1 t
1
,t
2
,t
3
,t
4
t
1
,t
2
,t
3
,t
4
t
5
6. Tekstur lapisan bawah sda
sda sda
sda 1
sda sda
sda 7. Permeabilitas
P
2
,P
3
P
2
,P
3
P
2
,P
3
P
2
,P
3
P
1
1 1
P
2
8. Drainase d
1
d
2
d
3
d
4
d
5
2 2
d 9. Kerikilbatuan
b b
b
1
b
2
b
3
1 1
b
4
10. Ancaman banjir O
O
1
O
2
O
3
O
4
2 2
1 11. Garamsalinitas
3
g g
1
g
2
g
3
2 g
1 1
Catatan : 1 = dapat mempunyai sebarang sifat 2 = tidak berlaku
3 = umumnya terdapat di daerah beriklim kering
238
Tabel Lampiran 6. Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman kubis
Persyaratan PenggunaanKarakteristik
Lahan Kelas Kesesuaian Lahan
S1 S2
S3 N
Temperatur tc Temperatur rata-rata
o
C 13 - 24
24 – 30
10 – 13
30 – 35
5 – 10
35 5
Ketersediaan Air wa Curah hujantahun mm
Kelembaban 350-800
65-90 800-1000
300-350 60-65
90-95 1000
250-300 50-60
95 250
50 Ketersediaan Oksigen
Oa Drainase
Baik-agak terhambat
Agak cepat Terhambat
Sangat terhambat,
cepat Media Perakaran rc
Tekstur Bahan kasar
Kedalaman tanah cm Gambut :
Kematangan + dengan
sisipanpengkayaan Ketebalan
s 15
75 60
140 Saprik+
H, ah 15-35
50-75 60-140
140-200 Saprik
Hemik+ ak
35-55 25-50
140-200 200-400
Hemik Fibrik+
k 55
25 200
400 Fibrik+
Retensi Hara nr KTK liat cmolkg
Kejenuhan basa pH H
2
O C-organik
16 50
6,0-7,8 0,8
≤16 35-50
5,8-6,0 7,8-8,0
≤0,8 -
35 5,8
8 -
Toksisitas xc Salinitas dsm
4,5 4,5-7
7-10 10
Sodisitas xn AlkalinitasESP
15 15-20
20-25 25
Bahaya Sulfidik xs Kedalaman sulfidik cm
75 50-75
50-30 30
Bahaya Erosi eh Lereng
Bahaya erosi 8
Sr 8-16
r-sd 16-30
b 30
Sb Bahaya Banjir fh
Genangan F0
- -
F1 Penyiapan Lahan lp
Batuan permukaan Singkapan batuan
5 5
5-15 5-15
15-40 15-25
40 25
Keterangan : Tekstur : h=halus, ah=agak halus, s=sedang, ak=agak kasar; gambur
: +=gambut dengan sisipanpengkayaan bahan mineral; bahaya erosi : sr=sangat ringan, r=ringan, sd=sedang, b=berat, sb=sangat berat.
Sumber : Badan Litbang Departemen Pertanian, 2002.
239
Tabel Lampiran 7. Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman sawi
Persyaratan PenggunaanKarakteristik
Lahan Kelas Kesesuaian Lahan
S1 S2
S3 N
Temperatur tc Temperatur rata-rata
o
C 16 - 22
22 – 28
13 – 16
28 – 35
4 – 13
35 4
Ketersediaan Air wa Curah hujantahun mm
Kelembaban 250-400
40-80 400-600
200-250 20-40
80-90 600-1.000
150-200 20
90 1.000
150 Ketersediaan Oksigen
Oa Drainase
Baik-agak terhambat
Agak cepat, sedang
Terhambat Sangat
terhambat, cepat
Media Perakaran rc Tekstur
Bahan kasar Kedalaman tanah cm
Gambut : Kematangan
+ dengan sisipanpengkayaan
Ketebalan H, ah, s
15 60
60 140
Saprik+ -
15-35 40-60
60-140 140-200
Saprik Hemik+
ak 35-55
25-40 140-200
200-400 Hemik
Fibrik+ k
55 25
200 400
Fibrik+ Retensi Hara nr
KTK liat cmolkg Kejenuhan basa
pH H
2
O C-organik
16 35
6,0-7,80 1,2
≤16 20-35
5,7-6,0 7,0-7,6
0,8-1,2 -
20 5,7
7,6 0,8
Toksisitas xc Salinitas dsm
1,5 1,5-4,5
4,5-7 7
Sodisitas xn AlkalinitasESP
20 20-35
35-50 50
Bahaya Sulfidik xs Kedalaman sulfidik cm
75 50-75
30-50 30
Bahaya Erosi eh Lereng
Bahaya erosi 8
Sr 8-16
r-sd 16-30
b 30
Sb Bahaya Banjir fh
Genangan F0
- -
F0 Penyiapan Lahan lp
Batuan permukaan Singkapan batuan
5 5
5-15 5-15
15-40 15-25
40 25
Keterangan : Tekstur : h=halus, ah=agak halus, s=sedang, ak=agak kasar; gambur
: +=gambut dengan sisipanpengkayaan bahan mineral; bahaya erosi : sr=sangat ringan, r=ringan, sd=sedang, b=berat, sb=sangat berat.
Sumber : Badan Litbang Departemen Pertanian, 2002.
240
Tabel Lampiran 8. Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman kentang
KualitasKarakteristik Lahan
Kelas Kesesuaian Lahan S1
S2 S3
N1 N2
Temperatur t Temperatur
rata-rata
o
C 16 - 18
14 – 16
18 – 20
12 – 14
20 – 23
Td 23
12 Ketersediaan Air w
Bulan Kering 75mm Curah hujantahun mm
LGP hari 3-7
750-3000 150-270
7-8 3
500-750 120-150
8-9 400-500
90-120 Td
Td 80-90
9 400
80 Media Perakaran r
Drainase Tanah Tekstur
Kedalaman Efektifcm Gambut :
a. Kematangan b. Ketebalan cm
Baik L,SCL,SiL
Si,CL 75
- -
Sedang LS,SL,SiCL,
S, C 50-75
Saprik 100
Agk terhmbt Agak cepat
SiC,Str C,C 30-50
Hemik 100-150
Terhambat Td
20-30 Hemik-
Fibrik 150-200
Sgt trhmbt Sgt cpt
Kerikil,pasir, Liat,masif
20 Fibrik
200 Retensi Hara f
KTK liat cmolkg Kejenuhan basa
pH H
2
O C-organik
≥sedang ≥35
5,5-6,5 ≥0,8
rendah 35
5,5-7,0 5,0-5,5
0,8 Sgt rendah
- 7,0-7,5
4,5-5,0 Td
Td -
7,5-8,0 4,0-4,5
Td -
- 8,0
4,0 Td
Toksisitas x Salinitas
Sodisitas AlkalinitasESP
Kejenuhan Al Kedalaman
Sulfidik cm
2 25
- ≥100
2-3,5 25-35
- 75-100
3,5-6,0 35-45
- 50-75
6,0-7,0 45
- 40-50
7,0 -
- 40
Hara tersedia n Total N
P
2
O
5
K
2
O ≥sedang
≥sedang ≥sedang
Sangat rendah
Rendah Sangat
Rendah -
Sangat rendah
- -
- -
- -
- Bahaya Erosi e
Lereng Bahaya erosi
3 SR
3-8 R
8-15 S
15-25 B
25 SB
Bahaya Banjir b F0
F1 F2
F3 F4
Penyiapan Lahan p Batuan permukaan
Singkapan batuan Konsistensi,besar butir
3 2
- 3-15
2-10 -
15-40 10-25
Sgt keras Sgt teguh
Sgt lekat Td
25-40 -
40 40
Berkerikil, berbatu
Keterangan : Td : Tidak berlaku Si : Debu S : Pasir L : Lempung Str S : Liat berstruktur Liat masif : liat dari tipe 2:1 vertisol
Sumber : Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007.
241
Tabel Lampiran 9. Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman wortel
Persyaratan PenggunaanKarakteristik
Lahan Kelas Kesesuaian Lahan
S1 S2
S3 N
Temperatur tc Temperatur rata-rata
o
C 16 -18
18 – 20
14 – 16
20 – 23
12 – 14
23 12
Ketersediaan Air wa Curah hujantahun mm
Kelembaban 250-400
40-80 400-600
200-250 20-40
80-90 600-1000
150-200 20
90 1000
150 Ketersediaan Oksigen
Oa Drainase
Baik-agak terhambat
Agak cepat Terhambat
Sangat terhambat,
cepat Media Perakaran rc
Tekstur Bahan kasar
Kedalaman tanah cm Gambut :
Kematangan + dengan
sisipanpengkayaan Ketebalan
Ak, ah 15
75 60
140 Saprik+
s 15-35
50-75 60-140
140-200 Saprik
Hemik+ h
35-55 30-50
140-200 200-400
Hemik Fibrik+
k 55
30 200
400 Fibrik+
Retensi Hara nr KTK liat cmolkg
Kejenuhan basa pH H
2
O C-organik
16 50
6,0-7,0 1,2
≤16 20-50
5,7-6,0 7,0-7,6
0,8-1,2 -
20 5,7
7,6 0,8
Toksisitas xc Salinitas dsm
1,5 1,5-4,5
4,5-7,0 7
Sodisitas xn AlkalinitasESP
20 20-35
35-50 50
Bahaya Sulfidik xs Kedalaman sulfidik cm
75 50-75
50-30 30
Bahaya Erosi eh Lereng
Bahaya erosi 8
Sr 8-16
r-sd 16-30
b 30
Sb Bahaya Banjir fh
Genangan F0
- -
F1 Penyiapan Lahan lp
Batuan permukaan Singkapan batuan
5 5
5-15 5-15
15-40 15-25
40 25
Keterangan : Tekstur : h=halus, ah=agak halus, s=sedang, ak=agak kasar; gambut :
+=gambut dengan sisipanpengkayaan bahan mineral; bahaya erosi : sr=sangat ringan, r=ringan, sd=sedang, b=berat, sb=sangat berat.
Sumber : Badan Litbang Departemen Pertanian, 2002.
242
Tabel Lampiran 10. Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman bawang daun
Persyaratan PenggunaanKarakteristik
Lahan Kelas Kesesuaian Lahan
S1 S2
S3 N
Temperatur tc Temperatur rata-rata
o
C 20 -25
25 – 30
18 – 20
30 – 35
15 – 18
35 15
Ketersediaan Air wa Curah hujantahun mm
350-600 600-800
300-350 800-1600
230-500 1600
250 Ketersediaan Oksigen
Oa Drainase
Baik-agak terhambat
Agak cepat, sedang
Terhambat Sangat
terhambat, cepat
Media Perakaran rc Tekstur
Bahan kasar Kedalaman tanah cm
Gambut : Kematangan
+ dengan sisipanpengkayaan
Ketebalan h, ah, s
15 50
60 140
Saprik+ -
15-35 30-50
60-140 140-200
Saprik Hemik+
ak 35-55
20-30 140-200
200-400 Hemik
Fibrik+ k
55 20
200 400
Fibrik+ Retensi Hara nr
KTK liat cmolkg Kejenuhan basa
pH H
2
O C-organik
16 35
6,0-7,8 1,2
≤16 20-35
5,8-6,0 7,8-8,0
0,8-1,2 -
20 5,8
8,0 0,8
Toksisitas xc Salinitas dsm
2 2 - 3
3 - 5 5
Sodisitas xn AlkalinitasESP
20 20-35
35-50 50
Bahaya Sulfidik xs Kedalaman sulfidik cm
75 50-75
50-30 30
Bahaya Erosi eh Lereng
Bahaya erosi 8
Sr 8-16
r-sd 16-30
b 30
Sb Bahaya Banjir fh
Genangan F0
- -
F0 Penyiapan Lahan lp
Batuan permukaan Singkapan batuan
5 5
5-15 5-15
15-40 15-25
40 25
Keterangan : Tekstur : h=halus, ah=agak halus, s=sedang, ak=agak kasar; gambut :
+=gambut dengan sisipanpengkayaan bahan mineral; bahaya erosi : sr=sangat ringan, r=ringan, sd=sedang, b=berat, sb=sangat berat.
Sumber : Badan Litbang Departemen Pertanian, 2002.
243
Tabel Lampiran 11. Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman rambutan Nephelium lappaceum L
Persyaratan PenggunaanKarakteristik
Lahan Kelas Kesesuaian Lahan
S1 S2
S3 N
Temperatur tc Temperatur rata-rata
o
C 25 -28
28 – 32
22 – 25
32 – 35
20 – 22
35 20
Ketersediaan Air wa Curah hujantahun mm
2000-3000 1750-2000
3000-3500 1250-1750
3500-4000 1250
4000 Ketersediaan Oksigen
Oa Drainase
Baik-sedang Agak
terhambat Terhambat,
sedang, cepat Sangat
terhambat, cepat
Media Perakaran rc Tekstur
Bahan kasar Kedalaman tanah cm
Gambut : Ketebalan
Ketebalan dengan sisipanpengkayaan
Kematangan h, ah, s
15 100
60 140
Saprik+ -
15-35 75-100
60-140 140-200
Saprik Hemik+
Ah, sh 35-55
50-75 140-200
200-400 Hemik
Fibrik+ k
55 50
200 400
Fibrik+ Retensi Hara nr
KTK liat cmolkg Kejenuhan basa
pH H
2
O C-organik
16 35
5,0-6,0 1,2
≤16 20-35
4,5-5,0 6,0-7,5
0,8-1,2 -
20 4,7
7,5 0,8
Toksisitas xc Salinitas dsm
4 4-6
6-8 8
Sodisitas xn AlkalinitasESP
15 15-20
20-25 25
Bahaya Sulfidik xs Kedalaman sulfidik cm
125 100-125
60-100 60
Bahaya Erosi eh Lereng
Bahaya erosi 8
Sr 8-16
r-sd 16-30
b 30
Sb Bahaya Banjir fh
Genangan F0
F1 F2
F2 Penyiapan Lahan lp
Batuan permukaan Singkapan batuan
5 5
5-15 5-15
15-40 15-25
40 25
Keterangan : Tekstur : h=halus, ah=agak halus, s=sedang, ak=agak kasar; gambut :
+=gambut dengan sisipanpengkayaan bahan mineral; bahaya erosi : sr=sangat ringan, r=ringan, sd=sedang, b=berat, sb=sangat berat.
Sumber : Badan Litbang Departemen Pertanian, 2002.
244
Tabel Lampiran 12. Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman mangga Mangifera indica L
Persyaratan PenggunaanKarakteristik
Lahan Kelas Kesesuaian Lahan
S1 S2
S3 N
Temperatur tc Temperatur rata-rata
o
C 22 -28
28 – 34
18 – 22
34 – 40
15 – 18
40 15
Ketersediaan Air wa Curah hujantahun mm
Kelembaban 1250-1750
42 1750-2000
1000-1250 36-42
2000-2500 750-1000
30-36 2500
750 30
Ketersediaan Oksigen Oa
Drainase Baik-sedang
Agak terhambat
Terhambat, agak cepat
Sangat terhambat,
cepat Media Perakaran rc
Tekstur Bahan kasar
Kedalaman tanah cm Gambut :
Ketebalan Ketebalan dengan
sisipanpengkayaan Kematangan
h, ah, s 15
100 60
140 Saprik+
- 15-35
75-100 60-140
140-200 Saprik
Hemik+ ak
35-55 50-75
140-200 200-400
Hemik Fibrik+
k 55
50 200
400 Fibrik+
Retensi Hara nr KTK liat cmolkg
Kejenuhan basa pH H
2
O C-organik
16 35
5,5-7,8 1,2
≤16 20-35
5,0-5,5 7,8-8,0
0,8-1,2 -
20 5,0
8,0 0,8
Toksisitas xc Salinitas dsm
4 4-6
6-8 8
Sodisitas xn AlkalinitasESP
15 15-20
20-25 25
Bahaya Sulfidik xs Kedalaman sulfidik cm
125 100-125
60-100 60
Bahaya Erosi eh Lereng
Bahaya erosi 8
Sr 8-16
r-sd 16-30
b 30
Sb Bahaya Banjir fh
Genangan F0
- -
F0 Penyiapan Lahan lp
Batuan permukaan Singkapan batuan
5 5
5-15 5-15
15-40 15-25
40 25
Keterangan : Tekstur : h=halus, ah=agak halus, s=sedang, ak=agak kasar; gambut :
+=gambut dengan sisipanpengkayaan bahan mineral; bahaya erosi : sr=sangat ringan, r=ringan, sd=sedang, b=berat, sb=sangat berat.
Sumber : Badan Litbang Departemen Pertanian, 2002.
245
Tabel Lampiran 13. Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman pisang Musa acuminata
COLLA
Persyaratan PenggunaanKarakteristik
Lahan Kelas Kesesuaian Lahan
S1 S2
S3 N
Temperatur tc Temperatur rata-rata
o
C 25 -27
27 – 30
22 – 25
30 – 35
18 – 22
35 18
Ketersediaan Air wa Curah hujantahun mm
Bulan kering bulan Kelembaban nisbi
1500-2500 0 - 3
42 1250-1500
2500-3000 3 - 4
36-42 1000-1250
3000-4000 4 - 6
30-36 1000
4000 6
30 Ketersediaan Oksigen
Oa Drainase
Baik-sedang Agak cepat,
sedang Terhambat
Sangat terhambat,
cepat Media Perakaran rc
Tekstur Bahan kasar
Kedalaman tanah cm Gambut :
Ketebalan Ketebalan dengan
sisipanpengkayaan Kematangan
h, ah, s 15
75 60
140 Saprik+
- 15-35
75 60-140
140-200 Saprik
Hemik+ Ak, sh
35-55 50-75
140-200 200-400
Hemik Fibrik+
k 55
50 200
400 Fibrik+
Retensi Hara nr KTK liat cmolkg
Kejenuhan basa pH H
2
O C-organik
16 50
5,6-7,5 1,5
≤16 35-50
5,2-5,6 7,5-8,0
0,8-1,5 -
35 5,2
8,0 0,8
Toksisitas xc Salinitas dsm
2 2-4
4-6 6
Sodisitas xn AlkalinitasESP
4 4-8
8-12 12
Bahaya Sulfidik xs Kedalaman sulfidik cm
100 75-100
40-75 40
Bahaya Erosi eh Lereng
Bahaya erosi 8
Sr 8-16
r-sd 16-40
b 40
Sb Bahaya Banjir fh
Genangan F0
F1 F2
F2 Penyiapan Lahan lp
Batuan permukaan Singkapan batuan
5 5
5-15 5-15
15-40 15-25
40 25
Keterangan : Tekstur : h=halus, ah=agak halus, s=sedang, ak=agak kasar; gambut :
+=gambut dengan sisipanpengkayaan bahan mineral; bahaya erosi : sr=sangat ringan, r=ringan, sd=sedang, b=berat, sb=sangat berat.
Sumber : Badan Litbang Departemen Pertanian, 2002.
246
Tabel Lampiran 14. Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman durian Durio zibethinus
MURR
Persyaratan PenggunaanKarakteristik
Lahan Kelas Kesesuaian Lahan
S1 S2
S3 N
Temperatur tc Temperatur rata-rata
o
C 25 -28
28 – 32
22 – 25
32 – 35
20 – 22
35 20
Ketersediaan Air wa Curah hujantahun mm
Bulan kering bulan Kelembaban nisbi
2000-3000 0 - 3
42 1750-2000
3000-3500 3 - 4
36-42 1250-1750
3500-4000 4 - 6
30-36 1250
4000 6
30 Ketersediaan Oksigen
Oa Drainase
Baik-sedang Agak
terhambat Terhambat,
agak cepat Sangat
terhambat, cepat
Media Perakaran rc Tekstur
Bahan kasar Kedalaman tanah cm
Gambut : Ketebalan
Ketebalan dengan sisipanpengkayaan
Kematangan h, ah, s
15 100
60 140
Saprik+ -
15-35 75-100
60-140 140-200
Saprik Hemik+
Ak 35-55
50-75 140-200
200-400 Hemik
Fibrik+ k
55 50
200 400
Fibrik+ Retensi Hara nr
KTK liat cmolkg Kejenuhan basa
pH H
2
O C-organik
16 35
5,5-7,8 1,2
16 20-35
5,0-5,5 7,8-8,0
0,8-1,2 -
20 5,0
8,0 0,8
Toksisitas xc Salinitas dsm
4 4-6
6-8 8
Sodisitas xn AlkalinitasESP
15 15-20
20-25 25
Bahaya Sulfidik xs Kedalaman sulfidik cm
125 100-125
60-100 60
Bahaya Erosi eh Lereng
Bahaya erosi 8
Sr 8-16
r-sd 16-30
b 30
Sb Bahaya Banjir fh
Genangan F0
- -
F0 Penyiapan Lahan lp
Batuan permukaan Singkapan batuan
5 5
5-15 5-15
15-40 15-25
40 25
Keterangan : Tekstur : h=halus, ah=agak halus, s=sedang, ak=agak kasar; gambut :
+=gambut dengan sisipanpengkayaan bahan mineral; bahaya erosi : sr=sangat ringan, r=ringan, sd=sedang, b=berat, sb=sangat berat.
Sumber : Badan Litbang Departemen Pertanian, 2002.
247
Tabel Lampiran 15. Kode Struktur Tanah Arsyad, 2006
Kelas Struktur Tanah ukuran diameter Kode
Granuler sangat halus 1 mm 1
Granuler halus 1 - 2 mm 2
Granuler sedang – kasar 2 – 10 mm
3 Berbentuk blok, blocky, plat, massif
4
Tabel Lampiran 16. Kode Permeabilitas Profil Tanah Arsyad, 2006 Kelas Permeabilitas
Kecepatan cmjam Kode
Sangat lambat 0,5
6 Lambat
0,5 – 2,0
5 Lambat
– sedang 2,0
– 6,3 4
Sedang 6,3
– 12,7 3
Sedang – cepat
12,7 – 25,4
2 Cepat
25,4 1
Tabel Lampiran 17. Penilaian kelas kelerengan faktor LS Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007
Kemiringan Lereng Nilai LS
– 8 8
– 15 15
– 25 25
– 45 45
0,25 1,20
4,25 9,50
12,00
248
Tabel Lampiran 18. Nilai Faktor tanaman faktor C Arsyad, 2006 No. Macam Penggunaan
Nilai Faktor
1 Tanah terbukatanpa tanaman
1,0 2
Sawah 0,01
3 Tegalan tidak dispesifikasi
0,7 4
Ubikayu 0,8
5 Jagung
0,7 6 Kedelai
0,399 7 Kentang
0,4 8
Kacang Tanah 0,2
9 Padi
0,561 10
Tebu 0,2
11 Pisang
0,6 12
Akar wangisereh wangi 0,4
13 Rumput bede tahun pertama
0,287 14
Rumput bede tahun kedua 0,002
15 Kopi dengan penutup tanah buruk
0,2 16 Talas
0,85 17
Kebun campuran:- Kerapatan tinggi 0,1
- Kerapatan sedang 0,2
- Kerapatan rendah 0,5
18 Perladangan
0,4 19
Hutan alam : - Serasah banyak
0,001 - Serasah kurang
0,005 20
Hutan produksi : - Tebang habis 0,5
- Tebang pilih 0,2
21 Semak belukarpadang rumput
0,3 22
Ubikayu + kedelai 0,181
23 Ubikayu + kacangtanah
0,195 24
Padi – Sorghum
0,345 25
Padi – Kedelai
0,417 26
Kacangtanah + Gude 0,495
27 Kacangtanah + Kacang tunggak
0,571 28
Kacangtanah + Mulsa jerami 4 tonha 0,049
29 Padi + Mulsa jerami 4 tonha
0,096 30
Kacangtanah + Mulsa jagung 4 tonha 0,128
31 Kacangtanah + Mulsa Crotalaria 3 tonha
0,136 32
Kacangtanah + Mulsa kacang tunggak 0,259
33 Kacangtanah + Mulsa jerami 2 tonha
0,377 34
Padi + Mulsa Crotalaria 3 tonha 0,387
35 Pola tanam tumpang gilir + Mulsa jerami
0,079 36
Pola tanam berurutan + Mulsa sisa tanaman 0,357
37 Alang-alang murni subur
0,001
249
Tabel Lampiran 19. Nilai Faktor P untuk Berbagai Tindakan Konservasi Tanah No.
Tindakan khusus konservasi tanah Nilai P
1 Teras bangku :
- Konstruksi baik 0,04
- Konstruksi sedang 0,15
- Konstruksi kurang baik 0,35
- Terras tradisional 0,40
2 Strip tanaman rumput Bahia
0,40 3
Pengolahan tanah dan Penanaman menurut garis kontur : - Kemiringan 0
– 8 0,50
- Kemiringan 9 – 20
0,75 - Kemiringan lebih dari 20
0,90 4
Tanpa tindakan konservasi 1,00
250 Tabel Lampiran 20. Data curah hujan hulu DAS Jeneberang Kecamatan Parangloe ketinggian 700 m dpl
Bulan Tahun
1996 1997
1998 1999
2000 2005
2006 2007
2008 2009
Januari 383
479 133
1156 763
- 987
753,5 719,5
1112 Februari
771 774
282 910
641 -
820 688,5
1110 792,5
Maret 198
276 402
418 538
- 633,5
267,5 490,5
199,5 April
331 84
950 469
225 -
317,5 467
267,5 170,5
Mei 19
42 297
199 212
- 265
274,5 176
184 Juni
34 -
128 162
167 -
150 383,5
124,5 33,5
Juli 41
25 253
241 53
- 34,5
16,5 29
123,5 Agustus
45 -
237 -
- -
18,5 60
10,5 September
76 -
199 2
- 37
20,5 7,5
8,5 Oktober
175 40
303 5
295 256
149,5 94,5
63,5 Nopember
574 170
648 602
- 545
46,5 394
421,5 81
Desember 1238
497 751
724 -
582 822
823,5 540,5
-
251 Tabel Lampiran 21. Data curah hujan hulu DAS Jeneberang Kecamatan Tinggimoncong ketinggian
≥ 700 m dpl
Bulan Tahun
1995 1996
1997 1998
1999 2000
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009 Januari
948 307
364 416
1081 489
685 448
376 1125
822,0 870
1426 Februari
475 386
430 366
969 508
335 798
328 503
736,0 1199
1003 Maret
619 290
825 575
843 363
236 479
274 677
339,0 413,5
171 April
643 78
346 420
431 279
80 209
205 296
565,0 290
155 Mei
169 283
158 143
43 279
34 69
127 197
222,0 185
217 Juni
429 183
555 133
54 303
313 178
52 174
425,0 197
66 Juli
62 127
189 221
69 109
123 12
38 48
75,0 33
112 Agustus
7 12
- 141
- 33
55 69
24 40,0
72 31
September 41
3 -
82 102
16 36
- 41
5,5 22
Oktober 120
41 -
181 334
221 29
- 201
2 81,0
207,5 33
Nopember 986
142 5
270 381
237 256
- 375
67 217,0
372,5 122
Desember 1110
1191 137
177 819
635 1391
- 471
809 768,0
543 896
252
Tabel Lampiran 22. Persamaan-persamaan pada masing-masing submodel dari model pengembangan tanaman hortikultura berbasis
agroekologi pada lahan berlereng di hulu DAS Jeneberang, Sulawesi Selatan
ABSTRACT
SAIDA. Development of Agroecological Based Horticultural Crops On Sloping Land In Upstream of Jeneberang Watershed, South Sulawesi. Supervised by
SUPIANDI SABIHAM Main Supervisor, SURJONO HADI SUTJAHJO and WIDIATMAKA Co-Supervisors
The aims of this study were to evaluate the land capability and suitability for horticultural crops, to determine the suitable forest management method to
minimize the erosion, to determine the sustainability of horticultural crops farming, and to formulate model design of agroecology-based horticultural crops
development on sloping land in upstream of Jeneberang watershed, South Sulawesi, conducted from April 2009 until December 2009. The first step of this
study was determination of land capability using USDA method. The second step was determination of land suitability using FAO method. The third step was
erotion prediction using USLE method. The forth step was sustainability analysis using Multi Dimensional Scalling MDS-Rapfarm method. The last step was
design the dynamical model using Stella 9.0.2 program analysis.
Classes of land capability in upstream of Jeneberang watershed were class II, III, IV,VI and VII with limiting factors of drainage, root zone barrier, and
erosion danger. Classes of actual land suitability for fruits commodity on land with elevation 700 m above sea level asl were S2 and S3, with limiting factors
of nutrient retention, root medium and erosion danger, and classes of potential land suitability were S1, S2, and S3. Classes of actual land suitability for
vegetables commodity potato, mustard, carrot, cabbage, and scallion with elevation
≥ 700 m asl were S2, S3, and N, limiting factors of nutrient retention, root medium and erosion danger, and classes of potential land suitability were S1,
S2, and S3. Erosion happened in upstream of Jeneberang watershed was 2.57 tonhayear until 5.764,82 tonhayear. Farming sustainability index of fruits about
41,90 – 54,41 and vegetables about 39,58 – 64,85. Ecology, economy, institution,
and technology dimensions include to enough sustainable category, whereas social dimension include to less sustainable category. Result of leverage Rap-farm
analysis showed that in 43 attributes, 9 attributes were sensitive to affect fruits farming and 23 attributes were sensitive to vegetables farming. Dynamical model
simulation of fruits horticultural development showed erosion reduction, productivity and sales value improvement in year of 10, whereas vegetables
commodity in year of 9. Moderate and optimistic scenario more effective in decreasing erosion and increasing productivity and sales value. Model scenario
simulation in 2020 for rambutan commodity, erosion prediction at moderate scenario was 3,35 tonhayear, and optimistic scenario was 2,56 tonhayear,
productivity was 6.222,3 kgha with sales value Rp. 34.512.298. Model scenario simulation in 2019 for potato commodity, erosion prediction that happened at
moderate scenario was 27,80 tonhayear, and optimistic scenario was 21,07 tonhayear, productivity was 8.724,43 kgha with sales value Rp. 34.897.720.
Base on, moderate scenario can use of development of agroecological based horticultural crops in Gowa Regency.
Key words : horticultural development, sloping land, agroecology, erosion, dynamic model.
RINGKASAN
Pembangunan pertanian menjadi prioritas utama dalam pembangunan wilayah berorientasi agribisnis, berproduktivitas tinggi, efisien, berkerakyatan,
dan berkelanjutan. Keberhasilan pembangunan pertanian ditentukan oleh lingkungan tempat tumbuh komoditas pertanian seperti tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan, dan peternakan. Agroekosistem atau faktor biofisik seperti jenis tanah dan iklim intensitas cahaya, curah hujan, kelembaban, dan
suhu dapat menjadi peluang danatau masalah dalam pengembangan pertanian, bergantung kepada kemampuan petani dan pelaku agribisnis lainnya dalam
menggunakan teknologi pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam. Budidaya tanaman hortikultura di lahan dataran tinggi yang berlereng
dihadapkan kepada faktor pembatas biofisik seperti lereng yang relatif curam, kepekaan tanah terhadap longsor dan erosi, curah hujan yang relatif tinggi, dan
lain-lain. Kesalahan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya lahan di daerah ini dapat menimbulkan kerusakan atau cekaman biofisik berupa degradasi
kesuburan tanah dan ketersediaan air yang dampaknya tidak hanya dirasakan oleh masyarakat di lahan dataran tinggi, tetapi juga di dataran rendah di bawahnya.
Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi kemampuan dan kesesuaian lahan untuk tanaman hortikultura, menentukan metode pengelolaan lahan yang
sesuai untuk meminimalkan terjadinya erosi, menentukan keberlanjutan usahatani tanaman hortikultura, dan merumuskan disain model pengembangan tanaman
hortikultura berbasis agroekologi pada lahan berlereng di hulu DAS Jeneberang. Penelitian ini dilaksanakan di bagian hulu daerah aliran sungai DAS
Jeneberang yang terletak di Kabupaten Gowa, meliputi dua kecamatan yaitu Kecamatan Parangloe elevasi 700 m dpl dan Kecamatan Tinggi Moncong
elevasi 700 m dpl. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Desember 2009.
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam lima tahap. Tahap pertama adalah penentuan kemampuan lahan menggunakan metode yang dikembangkan
oleh USDA. Tahap kedua adalah penentuan kesesuaian lahan menggunakan metode FAO. Tahap ketiga adalah prediksi erosi yang terjadi menggunakan
metode USLE. Tahap keempat adalah analisis keberlanjutan menggunakan
metode Multi Dimensional Scalling MDS-Rapfarm. Tahap terakhir, mendisain model dinamik menggunakan program Stella 9.0.2.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas kemampuan lahan di hulu DAS Jeneberang terdiri dari lima kelas. Lahan kelas II memiliki faktor pembatas
drainase subkelas IIw dan faktor pembatas hambatan daerah perakaran subkelas IIs. Lahan dengan kelas kemampuan III memiliki faktor pembatas drainase
subkelas IIIw, faktor pembatas hambatan daerah perakaran subkelas IIIs, dan faktor pembatas bahaya erosi subkelas IIIe. Lahan dengan kelas kemampuan IV
memiliki faktor pembatas bahaya erosi subkelas IVe. Lahan dengan kelas kemampuan VI memiliki faktor pembatas bahaya erosi subkelas VIe. Lahan
dengan kelas kemampuan VII memiliki faktor pembatas bahaya erosi subkelas VIIe.
Komoditas unggulan berdasarkan analisis LQ di daerah hulu DAS Jeneberang adalah komoditas buah-buahan meliputi rambutan, mangga, pisang,
dan durian, sedangkan komoditas sayuran yaitu kentang, wortel, kubis, sawi, dan bawang daun. Kelas kesesuaian lahan aktual untuk komoditas unggulan
hortikultura buah-buahan adalah S2 dan S3, dengan faktor pembatas retensi hara, media perakaran, dan bahaya erosi. Kelas kesesuaian lahan potensial untuk
komoditas buah-buahan yaitu S1, S2, dan S3, dengan faktor pembatas media perakaran dan bahaya erosi. Kelas kesesuaian lahan aktual untuk komoditas
unggulan hortikultura sayuran adalah S2, S3, dan N dengan faktor pembatas retensi hara dan bahaya erosi. Kelas kesesuaian lahan potensial untuk komoditas
hortikultura sayuran yaitu S1, S2, S3, dan N, dengan faktor pembatas bahaya erosi.
Hasil perhitungan prediksi erosi pada lahan berlereng di hulu DAS Jeneberang menunjukkan bahwa besarnya erosi berkisar 2,57
– 5.764,82 tonhatahun. Perhitungan tersebut diperoleh dari nilai erosivitas hujan yang
berkisar 1398,60 – 1562,10, nilai erodibilitas tanah yang berkisar 0,04 – 0,58,
nilai panjang dan kemiringan lereng yang berkisar 0,25 – 12,00, nilai vegetasi
penutup tanah yang berkisar 0,1 – 0,8, dan nilai faktor pengelolaan lahan berkisar
0,4 – 0,9. Tingkat bahaya erosi pada lahan berlereng di hulu DAS Jeneberang
yaitu lahan tererosi sangat berat paling luas arealnya yaitu 3.010,26 ha 29,37, lahan dengan tingkat bahaya erosi berat sekitar 2.836,67 ha 27,66, lahan
dengan tingkat bahaya erosi sedang sekitar 2.026,05 ha 19,77, serta lahan
dengan tingkat bahaya erosi rendah sekitar 2.377,64 ha 23,20 dari total luas lahan yang ditanami tanaman hortikultura.
Indeks keberlanjutan untuk sistem usahatani hortikultura buah-buahan berkisar antara 41,90 sampai 54,41. Dimensi ekologi 54,41, dimensi ekonomi
51,40, dan dimensi kelembagaan 50,64, termasuk dalam status cukup berkelanjutan, sedangkan dimensi sosial 43,77 dan dimensi teknologi 41,90
masuk dalam status kurang berkelanjutan. Indeks keberlanjutan untuk sistem usahatani hortikultura sayuran berkisar antara 39,58 sampai 64,85. Dimensi
ekonomi 64,85, dimensi kelembagaan 56,47, dan dimensi teknologi 56,71 termasuk dalam status cukup berkelanjutan, sedangkan dimensi ekologi 48,17
dan dimensi sosial 39,58 masuk dalam status kurang berkelanjutan. Simulasi model kondisi eksisting pengembangan tanaman hortikultura
buah-buahan berbasis agroekologi pada lahan berlereng di hulu DAS Jeneberang menunjukkan bahwa erosi yang terjadi sebesar 2,56 tonhatahun, produksi dan
pendapatan petani buah-buahan meningkat sampai tahun 2020. Simulasi model kondisi eksisting pengembangan tanaman hortikultura sayuran berbasis
agroekologi pada lahan berlereng di hulu DAS Jeneberang menunjukkan bahwa erosi yang terjadi sebesar 29,50 tonhatahun, produksi dan pendapatan petani
sayuran meningkat sampai tahun 2019. Skenario moderat merupakan skenario yang dapat diadopsi di masa yang
akan datang untuk pengembangan tanaman hortikultura buah-buahan dan sayuran berbasis agroekologi pada lahan berlereng di hulu DAS Jeneberang, dengan
pertimbangan besarnya erosi yang terjadi, produktivitas, dan pendapatan petani. Pada pertanaman rambutan, skenario moderat memberikan hasil yaitu erosi yang
terjadi sebesar 7,49 tonhatahun, produksi 6.222,3 kghatahun dan pendapatan petani Rp. 34.512.298 per tahun. Pendapatan petani rambutan masih lebih rendah
dari besaran kebutuhan hidup layak KHL yaitu sebesar Rp. 34.732.500 per tahun. Sedangkan pada pertanaman kentang, skenario moderat memberikan hasil
yaitu erosi yang terjadi sebesar 27,80 tonhatahun, produksi 17.448,9 kghatahun dua kali musim tanam, dan pendapatan petani Rp. 69.795.440 per tahun.
Pendapatan petani kentang lebih besar dari pada besaran nilai kebutuhan hidup layak KHL yaitu Rp. 27.698.000 per tahun.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang