Penurunan Kualitas Sumberdaya Lahan

23 mengurangi produksi atau keuntungan dan meningkatkan masukan yang diperlukan. Kelas S3 artinya sesuai marginal marginally suitable yaitu lahan yang mempunyai pembatas-pembatas yang besar untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Kelas N1 artinya tidak sesuai pada saat ini currently not suitable yaitu lahan yang mempunyai pembatas yang lebih besar, masih memungkinkan diatasi, tetapi tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengelolaan dengan modal normal. Keadaan pembatas sedemikian besarnya, sehingga mencegah penggunaan lahan yang lestari dalam jangka panjang. Kelas N2 artinya tidak sesuai untuk selamanya permanently not suitable yaitu lahan yang mempunyai pembatas permanen yang mencegah segala kemungkinan penggunaan lahan yang lestari dalam jangka panjang Ahamed, Rao, dan Murthy, 2000. Subkelas kesesuaian lahan mencerminkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan dalam kelas tersebut. Tiap kelas dapat terdiri dari satu atau lebih subkelas, tergantung dari jenis pembatas yang ada. Jenis pembatas ini ditunjukkan dengan simbol huruf kecil yang ditempatkan setelah simbol kelas. Dalam satu subkelas dapat mempunyai satu, dua, atau paling banyak tiga symbol pembatas, dimana pembatas yang paling dominan ditulis paling depan Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007.

2.3. Penurunan Kualitas Sumberdaya Lahan

Kegiatan pertanian sering disebut sebagai penyebab menurunnya biodiversitas, baik di atas maupun di dalam tanah, sehingga hal tersebut diduga menyebabkan produksi pangan dan layanan lingkungan seperti penyediaan air bersih, penyediaan habitat bagi fauna dan flora liar, dan kesehatan manusia menurun. Di lain pihak, kebutuhan pangan di Indonesia terus meningkat karena jumlah penduduk yang terus meningkat dengan cepat. Peningkatan produksi pertanian di Indonesia dari tahun 1995 hingga 2010 diperkirakan sekitar 1,3 setiap tahunnya Simatupang, et al., 1995, dengan demikian produksi yang diperoleh tidak akan mencukupi kebutuhan pangan masyarakat. Guna memenuhi tuntutan kebutuhan pangan, pemerintah menggunakan 2 strategi dasar yaitu melalui peningkatan pendayagunaan lahan pertanian yang telah ada intensifikasi 24 dan melalui perluasan lahan pertanian eksentifikasi. Pelaksanaan kedua strategi tersebut membutuhkan pemahaman pentingnya sumber daya lahan yang memadai agar keseimbangan ekosistem terjaga. Dampak berkurangnya biodiversitas tanah terhadap layanan lingkungan dan produktivitas tanaman serta upaya mempertahankan biodiversitas pada berbagai skala lahan, bentang lahan, regional, global telah sering dibicarakan pada berbagai level, namun pelaksanaan dan implementasinya masih kurang mendapat perhatian yang serius van Noordwijk dan Swift, 1999; Jackson et al., 2005. Hal tersebut dikarenakan tingkat pemahaman masyarakat akan keuntungan yang diperoleh dari usaha konservasi biodiversitas masih belum memadai. Ekosistem mengalami ketidakseimbangan dimana pada musim penghujan terjadi banjir, erosi dan longsor, tetapi pada musim kemarau kekeringan dan kebakaran hutan sering terjadi. Gagal panen juga sering terjadi karena adanya serangan hama dan penyakit. Masalah-masalah ini menunjukkan adanya penurunan kualitas sumberdaya lahan, dan hal ini berhubungan dengan terganggunya fungsi hidrologi DAS jumlah dan kualitas, menurunnya kesuburan tanah rendahnya ketersediaan hara dan kandungan bahan organik tanah, menurunnya kualitas udara akibat meningkatnya emisi gas rumah kaca CO 2 , N 2 O, CH 4 melebihi daya serap daratan dan lautan, berkurangnya tingkat keindahan lansekap, berkurangnya tingkat biodiversitas flora dan fauna baik di atas tanah maupun di bawah tanah. Salah satu penyebab terjadinya penurunan kualitas sumber daya lahan adalah adanya alih fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian intensif dengan masukan yang berlebih van Noordwijk dan Hairiah, 2006. Alih fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian menyebabkan hilangnya beberapa kelompok fungsional organisme tanah, karena berubahnya jenis dan kerapatan tanaman yang tumbuh di atasnya sehingga mengubah tingkat penutupan permukaan tanah sehingga berdampak pada perubahan iklim mikro, jumlah dan jenis masukan bahan organik, dan jenis perakaran yang tumbuh dalam tanah Giller et al., 1997; Lavelle et al., 2001. Pada lahan-lahan pertanian umumnya ada tiga masalah pokok yang berhubungan dengan gangguan siklus atau ketersediaan hara, rusaknya kondisi fisik tanah, gangguan fungsi hidrologi 25 tingkat DAS dan serangan hama dan penyakit tanaman. Perubahan fungsi ekosistem terutama terjadi melalui penurunan kandungan bahan organik dan biodiversitas organisme tanah. Menurunnya fungsi ekosistem tersebut akan menurunkan produksi tanaman dan kualitas lingkungan seperti meningkatnya limpasan permukaan dan erosi, polusi udara, tanah dan air serta peledakan populasi hama Jackson et al., 2005. Hasil penelitian Basher dan Ross 2001 menyatakan bahwa terdapat perbedaan jumlah tanah yang tererosi antara lahan yang diolah dengan lahan yang tidak diolah pada petanaman bawang. Pada tanah yang diolah, erosi yang terjadi sebesar 1,1 tonha sedangkan pada tanah tanpa diolah, erosinya sebesar 21,3 tonha. Laju infiltrasi pada tanah yang diolah yaitu 1,3 x 10 -4 mdetik sedangkan pada tanah tanpa pengolahan sebesar 2,2 x 10 -7 mdetik. Selanjutnya Kurnia dan Suganda 1999 menyatakan bahwa pada lahan dengan kemiringan 35 dan curah hujan 978 mm, ternyata arah guludan berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi tanah. Pada pertanaman kentang dengan guludan searah lereng telah terjadi aliran permukaan 483 m 3 dan erosi 16 tonha. Sedangkan pada lahan dengan guludan searah kontur, aliran permukaan yang terjadi adalah 333 m 3 dan erosi tanah sebesar 10 tonha, serta pada lahan dengan guludan miring 45 o guludan diagonal, aliran permukaan yang terjadi sebesar 362 m 3 dan erosi tanah sebesar 13 tonha. Jumlah tanah yang hilang saat panen kentang sebesar 8 tonha pada skala petak percobaan Auerswald, Gerl, dan Kainz, 2006. Sedangkan hasil penelitian Jankauskas and Jankauskiene 2003 menunjukkan bahwa tanah yang tererosi pada pertanaman kentang sebesar 44,4 – 186,2 tonha. Pencucian unsur hara dapat terjadi apabila kapasitas dan laju infiltrasi dan perkolasi cukup tinggi. Hasil penelitian Jalali 2005 menyatakan bahwa pencucian nitrogen akan sangat ditentukan oleh jenis tanaman yang diusahakan, dosis pupuk, jumlah nitrogen yang diserap tanaman dan produksi tanaman. Pada pertanaman kentang dan tanaman sayuran, jumlah NO 3 - yang tercuci sebesar 22 – 133 mgl. 26

2.4. Degradasi Lahan Erosif Pada Lahan Berlereng