157
6.5. Blok Penerimaan Pemerintah
Dalam blok penerimaan pemerintah terdapat 2 persamaan struktural, yaitu persamaan penerimaan pajak daerah dan penerimaan non pajak non tax, serta
1 persamaan identitas, yaitu persamaan total penerimaan pemerintah. 6.5.1. Penerimaan Pajak
Penerimaan pajak merupakan hasil penerimaan pajak daerah. Hasil persamaan pajak mempunyai koefisien determinasi R
2
sebesar 81.734 persen. Variabel endogen dalam persamaan pajak dipengaruhi secara signifikan oleh
variabel-variabel penjelas secara bersama-sama yang ditunjukkan oleh statistik F pada taraf signifikan
0.01 dengan nilai 119.02. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pajak dipengaruhi secara signifikan oleh PDRB total, fiscal need total
pengeluaran pemerintah, dummy kabupaten kota, dan pajak tahun lalu, dengan tanda yang sesuai dengan hipotesis. Hasil persamaan pajak selengkapnya adalah
sebagai berikut: Tabel 38. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Pajak Daerah
Variabel Parameter
Prob |t| Elastisitas Elastisitas
dugaan jk pendek
jk panjang INTERSEP
-16.5423 0.0001
PDRB PDRB total 0.003432
0.0001 0.3368
0.4126 TPP Total pengeluaran pemerintah
0.126596 0.0001
0.9189 1.1256
DKK Dummy kabupaten kota 18.90083
0.0001 TREND Trend waktu
-1.13018 0.2362
LTAX Lag pajak 0.183564
0.0014 Fhit = 119.02 ProbF = 0.0001 Dw = 1.198416 R
2
= 0.81734
Peningkatan PDRB berpengaruh positif dalam meningkatkan penerimaan pajak, dengan magnitude yang relatif kecil. Setiap peningkatan PDRB sebesar 10
persen akan meningkatkan penerimaan pajak sebesar 3.368 persen. Hasil ini senada dengan penelitian Astuti 2007, Panjaitan 2006 dan Rindayati 2008.
158 Kebutuhan fiskal total pengeluaran pemerintah akan mendorong
pemerintah untuk meningkatkan jumlah penerimaan pajak daerah, dengan magnitude
yang relatif besar. Setiap peningkatan total pengeluaran pemerintah fiscal need sebesar 10 persen akan meningkatkan penerimaan pajak sebesar
9.189 persen. Dummy
kabupaten kota mempunyai pengaruh positif dan signifikan, mengandung makna bahwa penerimaan pajak di kotamadya lebih besar
dibanding penerimaan pajak di kabupaten. Hal ini dapat diartikan bahwa output daerah masih banyak dinikmati oleh penduduk yang tinggal di daerah perkotaan
dibanding kabupaten.
6.5.2. Penerimaan Non Pajak
Penerimaan non pajak merupakan agregasi dari berbagai penerimaan pemerintah selain pajak daerah, yang terdiri dari retribusi daerah, penerimaan dari
badan usaha daerah, penerimaan dari dinas, Pendapatan Asli Daerah PAD lainnya, Dana Alokasi Umum DAU, Dana Alokasi Khusus DAK, dana bagi
hasil pajak dan bagi hasil non pajak. Hasil persamaan penerimaan non pajak mempunyai koefisien determinasi
R
2
sebesar 90.668 persen. Variabel endogen dalam persamaan penerimaan non pajak dipengaruhi secara signifikan oleh variabel-variabel penjelas secara
bersama-sama yang ditunjukkan oleh statistik F pada taraf signifikan 0.01
dengan nilai 157.88. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan non pajak dipengaruhi secara signifikan oleh PDRB, total pengeluaran pemerintah,
kemiskinan, penyerapan tenaga kerja, investasi, dan trend waktu, dengan tanda
159 yang sesuai dengan hipotesis. Hasil persamaan penerimaan non pajak
selengkapnya adalah sebagai berikut: Tabel 39. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penerimaan Non Pajak Daerah
Variabel Parameter
Prob |t| Elastisitas
Elastisitas dugaan
jk pendek jk panjang
INTERSEP 9.897973
0.3599 PDRB PDRB total
0.002620 0.0282
0.0380 0.0399
TPP Total pengeluaran pemerintah 0.319956
0.0001 0.3433
0.3601 POV Kemiskinan
0.000086 0.0240
0.0675 0.0708
PTK Penyerapan tenaga kerja 0.000096
0.0034 0.1707
0.1791 INV Investasi
0.243917 0.0115
0.0155 0.0163
DKK Dummy kabupaten kota -8.48980
0.2933 TREND Trend waktu
22.04653 0.0001
LNTAX Lag penerimaan non pajak 0.046662
0.2260 Fhit = 157.88 ProbF = 0.0001 Dw = 1.821352 R
2
= 0.90668
Seperti halnya dengan persamaan penerimaan pajak, penerimaan non pajak juga dipengaruhi oleh PDRB, dengan magnitude yang relatif rendah. Setiap
peningkatan PDRB sebesar 10 persen, akan meningkatkan penerimaan non pajak sebesar 0.38 persen. Dari persamaan penerimaan pajak daerah dan non pajak,
mengindikasikan bahwa kebutuhan fiskal fiscal need merupakan faktor pendorong terbesar dalam meningkatkan penerimaan pemerintah. Setiap
peningkatan PDRB sebesar 10 persen, akan meningkatkan penerimaan non pajak sebesar 3.433 persen.
Kemiskinan berpengaruh positif dalam meningkatkan penerimaan non pajak, dengan magnitude yang relatif kecil. Setiap peningkatan kemiskinan
sebesar 10 persen, akan meningkatkan penerimaan non pajak DAU sebesar 0.675 persen. Hal ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Panjaitan 2006 dan Rindayati 2008. Salah satu faktor yang digunakan dalam menghitung penerimaan Dana Alokasi Umum DAU adalah jumlah penduduk
160 miskin. Semakin banyak penduduk miskin suatu daerah maka semakin besar
jumlah DAU yang diterima. Faktor kedua yang paling mempengaruhi peningkatan penerimaan non
pajak adalah jumlah penyerapan tenaga kerja, dengan magnitude yang relatif kecil. Setiap peningkatan penyerapan tenaga kerja sebesar 10 persen, akan
meningkatkan penerimaan non pajak sebesar 1.707 persen. Penyerapan tenaga kerja berhubungan dengan pajak penghasilan pasal 21, semakin banyak orang
bekerja dan memperoleh penghasilan maka akan meningkatkan bagi hasil pajak penerimaan non pajak daerah.
Peningkatan investasi berpengaruh positif dalam meningkatkan penerimaan non pajak bagi hasil bukan pajak, dengan magnitude yang relatif
kecil. Setiap peningkatan penyerapan tenaga kerja sebesar 10 persen, akan meningkatkan penerimaan non pajak sebesar 0.155 persen. Bagi hasil bukan
pajak merupakan pajak terhadap potensi sumberdaya alam SDA daerah, yang terdiri dari sektor kehutanan, perkebunan, perikanan dan pertambangan.
6.6. Blok Pengeluaran Daerah