217
VIII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN
8.1. Kesimpulan
1. Dalam jangka pendek peningkatan pendidikan efektif dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja pertanian dibanding dengan sektor industri dan
jasa. Sedangkan dalam jangka panjang pendidikan efektif meningkatkan produktivitas tenaga kerja di semua sektor.
2. Pendidikan berpengaruh langsung dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja pertanian, sedangkan pengaruhnya terhadap tenaga kerja non
pertanian industri dan jasa membutuhkan waktu time lag. Hal ini mengindikasikan bahwa teknologi yang digunakan sektor pertanian masih
relatif sederhana, sehingga untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerjanya tidak memerlukan program pelatihan yang terlalu lama. Berbeda
dengan sektor non pertanian yang indikasinya mempunyai teknologi lebih modern, sehingga untuk meningkatkan produktivitasnya membutuhkan
tenaga kerja yang lebih terampil dan waktu yang relatif lebih lama bagi program pelatihan maupun proses learning by doing. Kondisi ini menbuat
kualitas tenaga kerja non pertanian lebih terampil dibanding tenaga kerja pertanian, sebagai konsekuensinya tenaga kerja pertanian menjadi sangat
rentan terhadap pemutusan hubungan kerja. 3. Pendidikan mempengaruhi output melalui peningkatan produktivitas
tenaga kerja di masing-masing sektor. Produktivitas tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan dalam meningkatkan output. Dibanding
dua sektor lainnya, pengaruh produktivitas tenaga kerja pertanian paling kecil magnitude-nya dalam mempengaruhi output.
218 4. Distribusi pendapatan dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh
PDRB per kapita. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi akibat peningkatan investasi SDM membuat distribusi pendapatan menjadi
semakin merata. Dampak peningkatan investasi SDM menyebabkan output meningkat beriringan dengan penurunan ketimpangan pendapatan
tidak terjadi trade off antara pertumbuhan ekonomi dengan pemerataan pendapatan.
5. Peningkatan jumlah penduduk Jawa Tengah berpengaruh positif dan signifikan dalam meningkatkan jumlah penduduk miskin. Hal ini
mengindikasikan bahwa SDM di Jawa Tengah masih belum optimal memberi kontribusi pada pembangunan daerah. Kemungkinan inilah yang
menjadi penyebab rendahnya kinerja perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di Jawa Tengah.
6. Share tenaga kerja pertanian berpengaruh positif dan signifikan dalam meningkatkan jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah. Hal ini
menyatakan bahwa produktivitas tenaga kerja pertanian masih relatif rendah dibanding produktivitas tenaga kerja non pertanian. Kondisi ini
sekaligus menjawab mengapa kemiskinan masih banyak terdapat di daerah perdesaan.
7. Kebijakan peningkatan pengeluaran pendidikan dengan persentase yang sama dengan pengeluaran kesehatan, memberi dampak yang lebih besar
dalam meningkatkan kinerja perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini terjadi karena nilai dasar pengeluaran pendidikan lebih besar
dibanding nilai dasar pengeluaran kesehatan. Berbeda halnya bila
219 peningkatan dilakukan dengan jumlah nominal yang sama, kebijakan
peningkatan pengeluaran kesehatan memberi hasil yang lebih besar dibanding peningkatan pengeluaran pendidikan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kebijakan peningkatan pengeluaran kesehatan ternyata lebih efektif dalam meningkatan kinerja perekonomian dan kesejahteraan
masyarakat dibanding kebijakan peningkatan pengeluaran pendidikan. Dari hasil ini dapat diartikan bahwa sistem pendidikan di Jawa Tengah
masih belum optimal dalam memberi kontribusi bagi pembangunan daerah.
8. Peningkatan pengeluaran kesehatan dengan jumlah nominal yang sama dengan pengeluaran infrastruktur memberi dampak yang lebih besar dalam
meningkatkan human capital, produktivitas tenaga kerja semua sektor, penyerapan tenaga kerja jasa, output sektor jasa, disposable income,
konsumsi rumahtangga, pengeluaran per kapita serta pengurangan kemiskinan. Sedangkan kebijakan peningkatan pengeluaran infrastruktur
memberi dampak yang lebih besar dalam meningkatkan physical capital, penyerapan tenaga kerja pertanian, penyerapan tenaga kerja industri,
output pertanian, output industri, PDRB per kapita, penerimaan pemerintah, pengeluaran pemerintah, investasi, serta pengurangan
pengangguran dan ketimpangan pendapatan. 9. Skenario gabungan peningkatan pengeluaran pendidikan disertai
peningkatan pengeluaran infrastruktur memberi dampak yang paling besar dalam meningkatkan kinerja perekonomian dan kesejahteraan masyarakat,
dibanding skenario gabungan peningkatan pengeluaran pendidikan dan
220 pengeluaran kesehatan. Hal ini menjelaskan bahwa sebuah kebijakan akan
efektif jika diikuti oleh penyediaan infrastruktur yang memadai. 10. Kebijakan fiskal yang dilakukan oleh pemerintah masih banyak dinikmati
oleh sektor non pertanian dibanding sektor pertanian. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan pengeluaran pendidikan dan kesehatan ternyata memberi
dampak yang paling besar dalam peningkatan output dan penyerapan tenaga kerja bagi sektor industri dan jasa non pertanian dibandingkan
sektor pertanian. 11. Terdapat hubungan antara peningkatan modal manusia, produktivitas
tenaga kerja, pendapatan dan turunnya kemiskinan. Kebijakan dalam rangka meningkatkan investasi SDM, dapat membantu masyarakat miskin
keluar dari jebakan lingkaran setan kemiskinan.
8.2. Implikasi Kebijakan