150 sesuai dengan hipotesis. Seperti halnya pertanian dan industri, peningkatan
PDRB jasa berpengaruh positif dalam meningkatkan penyerapan tenaga kerja jasa dengan respon inelastis, baik dalam jangka pendek maupun panjang.
Peningkatan PDRB jasa sebesar 10 persen akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja jasa sebesar 0.86 persen.
Pada sektor jasa peningkatan angkatan kerja berpengaruh positif dan mempunyai magnitude yang cukup besar dalam meningkatkan penyerapan tenaga
kerjanya. Berbeda dengan pertanian dan industri, penyerapan tenaga kerja jasa dalam jangka pendek dan panjang, mempunyai respon yang cukup elastis terhadap
peningkatan angkatan kerja. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor jasa mempunyai ciri yang memudahkan orang untuk masuk atau keluar, sehingga
sektor ini cenderung lebih dipilih orang untuk mencari penghasilan atau pendapatan. Penelitian menunjukkan bahwa setiap peningkatan angkatan kerja
sebesar 10 persen akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja jasa sebesar 10.28 persen.
Dummy kabupaten kota mempunyai tanda positif dan signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja jasa. Hal ini menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja jasa banyak terdapat di daerah perkotaan dibanding perdesaan. Kondisi ini
berbeda dengan dua sektor lainnya pertanian dan industri, yang lebih banyak menyerap tenaga kerja dari perdesaan.
6.4. Blok Output
Blok Output terdiri dari 3 persamaan struktural, yaitu PDRB pertanian, PDRB industri, PDRB jasa serta 3 persamaan identitas, yaitu PDRB total,
PDRB per kapita dan disposable income.
151
6.4.1. Produk Domestik Regional Bruto Pertanian
Persamaan PDRB pertanian mempunyai koefisien determinasi R
2
sebesar 71.873 persen. Variabel endogen dalam persamaan PDRB pertanian dipengaruhi secara signifikan oleh variabel-variabel penjelas secara bersama-sama
yang ditunjukkan oleh statistik F pada taraf signifikan 0.01 dengan nilai
56.22. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PDRB pertanian dipengaruhi secara signifikan oleh penyerapan tenaga kerja pertanian, produktivitas tenaga kerja
pertanian, dummy kabupaten kota, dan PDRB pertanian tahun lalu, dengan tanda yang sesuai dengan hipotesis. Hasil persamaan PDRB pertanian
selengkapnya adalah sebagai berikut: Tabel 35. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Produk Domestik Regional
Bruto Pertanian
Variabel Parameter
Prob |t| Elastisitas Elastisitas
dugaan jk pendek
jk panjang INTERSEP
-65.0561 0.5738
PC Physical capital 0.025326
0.4138 0.035
0.059 PTKA Penyerapan tk pertanian
0.002436 0.0001
0.497 0.846
PRODVA Produktivitas pertanian 12.42582
0.0344 0.106
0.180 DKK Dummy kabupaten kota
-267.260 0.0175
TREND Trend waktu 27.61743
0.2316 LPDRBA Lag PDRB pertanian
0.412345 0.0001
Fhit = 56.22 ProbF = 0.0001 Dw = 1.247548 R
2
= 0.71873
PDRB pertanian dipengaruhi oleh penyerapan tenaga kerja pertanian, dengan respon yang relatif kurang elastis. Setiap peningkatan penyerapan tenaga
kerja pertanian sebesar 10 persen, akan meningkatkan PDRB pertanian sebesar 4.97 persen. Hal ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Panjaitan
2006, Nanga 2006, Astuti 2007 dan Rindayati 2008. Produktivitas tenaga kerja pertanian berpengaruh positif dalam
meningkatkan PDRB pertanian, dengan respon inelastis. Setiap peningkatan
152 produktivitas tenaga kerja pertanian sebesar 10 persen akan meningkatkan
PDRB pertanian sebesar 1.06 persen. Hasil ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Astuti 2007 dan Sipayung 2000.
Dummy kabupaten kota mempunyai tanda negatif, dan signifikan
terhadap PDRB pertanian, mempunyai arti bahwa output sektor pertanian lebih banyak dinikmati oleh masyarakat yang tinggal di daerah kabupaten
dibanding kotamadya. Hal ini wajar karena sektor pertanian lebih banyak terdapat di perdesaan. Namun ironisnya dibanding non pertanian, sektor ini
mempunyai output paling rendah dan jumlah penyerapan tenaga kerja paling tinggi. Hal ini mengakibatkan produktivitas tenaga kerja, dan pendapatan tenaga
kerja pertanian menjadi paling rendah dibanding sektor non pertanian industri dan jasa.
6.4.2. Produk Domestik Regional Bruto Industri
Hasil persamaan PDRB industri mempunyai koefisien determinasi R
2
sebesar 89.352 persen. Variabel endogen dalam persamaan penyerapan tenaga kerja jasa dipengaruhi secara signifikan oleh variabel-variabel penjelas secara
bersama-sama yang ditunjukkan oleh statistik F pada taraf signifikan 0.01
dengan nilai 184.61. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PDRB industri dipengaruhi secara
signifikan oleh penyerapan tenaga kerja industri, produktivitas tenaga kerja industri, dummy kabupaten kota, dan PDRB industri tahun lalu, dengan tanda
yang sesuai dengan hipotesis. Hasil persamaan Produk Domestik Regional Bruto industri selengkapnya adalah sebagai berikut:
153 Tabel 36. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Produk Domestik Regional
Bruto Industri
Variabel Parameter
Prob |t| Elastisitas Elastisitas
dugaan jk pendek
jk panjang INTERSEP
-560.571 0.0003 PC Physical capital
0.031609 0.6223 0.024
0.108 PTKI Penyerapan tenaga kerja industri
0.005168 0.0003 0.372
1.671 PRODVI Produktivitas industri
19.06145 0.0001 0.161
0.722 DKK Dummy kabupaten kota
340.0411 0.0297 TREND Trend waktu
-9.85407 0.8088 LPDRBI Lag PDRB industri
0.777349 0.0001 Fhit = 184.61 ProbF = 0.0001 Dw = 1.5482 R
2
= 0.89352
Peningkatan penyerapan tenaga kerja industri berpengaruh positif dalam meningkatkan PDRB industri. Dalam jangka pendek, PDRB industri mempunyai
respon inelastis terhadap penyerapan tenaga kerja industri, namun dalam jangka panjang mempunyai respon yang cukup elastis. Setiap peningkatan penyerapan
tenaga kerja industri sebesar 10 persen akan meningkatkan PDRB industri sebesar 3.72 persen.
Peningkatan produktivitas tenaga kerja industri berpengaruh positif dalam meningkatkan PDRB industri. PDRB industri dalam jangka pendek dan panjang,
responnya inelastis terhadap peningkatan produktivitas tenaga kerja industri. Setiap peningkatan produktivitas tenaga kerja industri sebesar 10 persen akan
meningkatkan PDRB industri sebesar 1.61 persen. Hasil ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Sipayung 2000.
Dummy kabupaten kota mempunyai tanda positif dan signifikan terhadap
PDRB industri. Hal ini mengindikasikan bahwa output sektor industri lebih banyak terdapat di daerah perkotaan dibanding daerah kabupaten. Dengan output
yang lebih besar dan jumlah penyerapan tenaga kerja lebih sedikit, menjadikan produktivitas tenaga kerja industri lebih tinggi dibanding pertanian. Sebagai
154 konsekuensinya pendapatan, dan tingkat kesejahteraan tenaga kerja industri lebih
tinggi dibanding pertanian. Hal inilah yang menyebabkan kemiskinan masih banyak terdapat di daerah perdesaan dibanding perkotaan.
6.4.3. Produk Domestik Regional Bruto Jasa
Hasil persamaan Produk Domestik Regional Bruto jasa PDRB jasa
mempunyai koefisien determinasi R
2
sebesar 88.911 persen. Variabel endogen dalam persamaan penyerapan tenaga kerja jasa dipengaruhi secara signifikan
oleh variabel-variabel penjelas secara bersama-sama yang ditunjukkan oleh statistik F pada taraf signifikan
0.01 dengan nilai 176.39. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PDRB jasa dipengaruhi secara
signifikan oleh penyerapan tenaga kerja jasa, produktivitas tenaga kerja jasa, dummy
kabupaten kota, dan PDRB jasa tahun lalu dengan tanda yang sesuai dengan hipotesis. Hasil persamaan Produk Domestik Regional Bruto jasa
selengkapnya adalah sebagai berikut: Tabel 37. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Produk Domestik Regional
Bruto Jasa
Variabel Parameter
Prob |t| Elastisitas
Elastisitas dugaan
jk pendek jk panjang
INTERSEP -2042.55
0.0001 PC Physical capital
0.053560 0.3994
0.039 0.049
PTKS Penyerapan tenaga kerja jasa 0.011173
0.0001 1.192
1.466 PRODVS Produktivitas jasa
148.0960 0.0001
0.881 1.084
DKK Dummy kabupaten kota 383.7160
0.0073 TREND Trend waktu
-12.2558 0.7726
LPDRBS Lag PDRB jasa 0.187192
0.0008 Fhit = 176.39 ProbF = 0.0001 Dw = 1.073248 R
2
= 0.88911
Untuk semua sektor, physical capital berpengaruh positif, namun tidak
signifikan dalam meningkatkan PDRB. Hasil ini perlu disikapi dengan hati-hati
155 karena adanya keterbatasan data physical capital secara lengkap, seperti halnya
yang dikemukakan oleh Sipayung 2000. Peningkatan penyerapan tenaga kerja jasa cukup efektif dalam
meningkatkan PDRB jasa. Setiap peningkatan penyerapan tenaga kerja jasa sebesar 10 persen akan meningkatkan PDRB jasa sebesar 11.92 persen. PDRB
pada semua sektor, masih banyak didorong oleh adanya peningkatan jumlah tenaga kerja dibanding dengan produktivitasnya. Hal ini menunjukkan bahwa
teknologi yang digunakan di Jawa Tengah masih bersifat padat karya labour intensive
. Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Nanga 2006 dan Panjaitan 2006 bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat dipengaruhi oleh
penyerapan tenaga kerja. Hill 1996, menyimpulkan bahwa rendahnya kontribusi teknologi
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Teknologi di Indonesia masih relatif rendah dibanding dengan negara tetangga. Indikator perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi Indonesia tidak sebaik Malaysia, Singapura, dan Thailand. Pengeluaran penelitian dan pengembangan Litbang per kapita,
Indonesia menunjukkan tingkat yang terendah setelah Filipina. Fakta ini menunjukkan bahwa tidaklah keliru bila sumbangan teknologi terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia rendah seperti yang dihasilkan dalam penelitian ini. Rasio pengeluaran untuk riset dan pengembangan R D dari PDB Indonesia
hanya 0.16 persen, sedangkan di negara-negara maju seperti Jepang sebesar 2.8 persen dari PDB-nya, Korea Selatan sebesar 2.2 persen dari PDB-nya dan Taiwan
sebesar 1.7 persen dari PDB-nya Dillon, 1999. Kontribusi kemajuan teknologi terhadap pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pada periode 1929-1957 adalah
156 sebesar 78 persen dan pada periode 1950-1962 sebesar 56 persen Kuznets, 1966.
Sedangkan hasil penelitian Boskin dan Lau 1992 menunjukkan bahwa, kontribusi kemajuan teknologi terhadap pertumbuhan ekonomi di beberapa negara
maju tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Kuznets 1966 yaitu sekitar 49 sampai 76 persen.
Diantara dua sektor lainnya, pengaruh produktivitas tenaga kerja pertanian paling kecil magnitude-nya dalam mempengaruhi output. Hal ini mengindikasikan
bahwa teknologi yang digunakan oleh sektor pertanian masih relatif sederhana dibanding sektor industri dan jasa. Produktivitas tenaga kerja jasa mempunyai
magnitude paling besar dalam mempengaruhi output dibanding pertanian dan
industri. Bahkan dalam jangka panjang peningkatan produktivitas tenaga kerja jasa cukup efektif dalam meningkatkan PDRB jasa. Hal ini mengindikasikan
bahwa teknologi yang digunakan sektor jasa lebih maju dibanding sektor pertanian dan industri, sehingga berpengaruh terhadap output yang dihasilkan.
Hasil ini mendukung pendapat Romer 1990, bahwa modal manusia melalui kemajuan teknologi sangat berpengaruh dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Dalam jangka pendek, setiap peningkatan produktivitas tenaga kerja jasa sebesar 10 persen akan meningkatkan PDRB jasa sebesar 8.81 persen. Dalam
jangka panjang, setiap peningkatan produktivitas tenaga kerja jasa sebesar 10 persen akan meningkatkan PDRB jasa sebesar 10.84 persen.
Dummy kabupaten kota mempunyai tanda positif dan signifikan terhadap
PDRB jasa. Sama halnya dengan sektor industri, bahwa output sektor jasa lebih banyak dinikmati oleh penduduk yang tinggal di daerah perkotaan dibanding
kabupaten.
157
6.5. Blok Penerimaan Pemerintah