125 buruh tidak tetap dan 18,6 persen berusaha sendiri. Sisanya adalah pengusaha
dibantu buruh tetap, buruh tidak tetap dan pekerja keluarga. Tingkat partisipasi angkatan kerja TPAK Jawa Tengah tahun 2009
sebesar 69.27 persen, lebih rendah bila dibandingkan TPAK tahun 2005 sebesar 70.9 persen. Sedangkan tingkat pengangguran terbuka TPT Jawa Tengah dari
tahun ke tahun semenjak 2005 cenderung mengalami penurunan dari 9.54 persen menjadi 7.33 pada tahun 2009. Selengkapnya tentang data penduduk berumur 15
tahun keatas menurut jenis kegiatan di Jawa Tengah, tahun 2005-2009 adalah sebagai berikut:
Tabel 23. Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kegiatan di Jawa Tengah, Tahun 2005-2009
No. Uraian
2005 2006
2007 2008
2009
1 Angkatan Kerja a. Bekerja
15 568 090 15 567 335 16 304 058
15 463 658 15 835 382
b. Pengangguran
1 641 569 1 356 909
1 360 219 1 227 308
1 252 267
Total
17 209 659 16 924 244 17 664 277
16 690 966 17 087 649
2 Bukan angkatan kerja a. Sekolah
1 981 421 2 061 028
1 899 719 1 867 882
1 879 303
b. Mengurus rt
3 687 279 4 062 325
4 156 073 4 328 235
4 271 035
c. Lainnya
1 404 526 1 621 651
1 458 103 1 524 518
1 431 538
Total
7 073 226 7 745 004
7 513 895 7 720 635
7 581 876
3 Total penduduk 15+
24 282 885 24 669 248 25 178 172
24 411 601 24 669 525
4 Tingkat partisipasi Angkatan kerja TPAK
70.90 68.60
70.16 68.37
69.27
5 Tingkat pengangguran terbuka TPT
9.54 8.02
7.70 7.35
7.33
Sumber: Sakernas, BPS Jawa Tengah 2006- 2010
5.6. Angka Harapan Hidup
Tolok ukur yang biasa digunakan untuk menentukan keberhasilan pembangunan manusia adalah indeks pembangunan manusia. IPM merupakan
indikator komposit yang menggabungkan tiga aspek penting, yaitu peningkatan kualitas fisik kesehatan, intelektualitas pendidikan maupun kemampuan
ekonomi daya beli seluruh komponen masyarakat dalam kurun waktu tertentu.
126 Indikator kesehatan dalam penelitian ini menggunakan salah satu komponen tolok
ukur pembangunan manusia IPM, yaitu angka harapan hidup. Berikut ini disajikan angka harapan hidup Jawa Tengah, tahun 2004 - 2008.
Sumber : BPS, Jawa Tengah 2009 Gambar 14. Angka harapan hidup Jawa Tengah tahun 2004- 2008
Angka harapan hidup merupakan perkiraan rata-rata lamanya hidup manusia, yang mungkin akan dicapai oleh sekelompok penduduk atau masyarakat,
sejak lahir sampai meninggal. Bila dilihat dari gambar di atas, dari tahun ke tahun indikator kesehatan menunjukkan peningkatan. Angka harapan hidup Jawa
Tengah tahun 2008 menunjukkan nilai sebesar 71.1 tahun dan pada tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi 71.3 tahun.
Indikator lain yang dapat digunakan untuk melihat status kesehatan masyarakat adalah angka kecukupan gizi balita AKG, angka kematian bayi
AKB dan angka kematian ibu AKI. Angka kecukupan gizi balita tahun 2006 tercatat 84.97 persen balita mempunyai gizi baik dan lebih sedangkan 15.32
persen berstatus gizi buruk dan kurang. Bila dibanding dengan tahun 2005 menunjukkan peningkatan, tercatat sebesar 82.99 persen balita mempunyai gizi
baik dan lebih sedangkan 17.01 persen berstatus gizi buruk. Bila dilihat dari indikator angka kematian bayi AKB, dibanding tahun 2000, pada tahun 2005
Angka Harapan Hidup
68.9 69.78
70.25 70.92
71.1
67.0 68.0
69.0 70.0
71.0 72.0
2004 2005
2006 2007
2008
Tahun T
a h
u n
127 AKB mengalami penurunan dari 34 per 1 000 kelahiran hidup menjadi 14 per 1
000 kelahiran hidup. Meningkatnya angka kesehatan ibu ditandai dengan semakin menurunnya angka kematian ibu AKI pada proses persalinan dan tetap
dilaksanakannya program KB. Dibanding tahun 2000 pada tahun 2003, AKI mengalami penurunan dari 152 menjadi 115 per 100 000 ibu melahirkan BPS,
2007. Masyarakat miskin biasanya mempunyai tingkat kesehatan yang relatif
kurang baik dibanding dengan masyarakat tidak miskin. Hal ini didukung oleh data tentang perbandingan jenis pelayanan imunisasi yang diterima oleh penduduk
miskin dan tidak miskin di Jawa Tengah, tahun 2005-2008 adalah sebagai berikut: Tabel 24. Perbandingan Jenis Pelayanan Imunisasi yang Diterima oleh Penduduk
Miskin dan Tidak Miskin, Jawa Tengah Tahun 2005-2008
Tahun Kategori
Jenis imunisasi BCG
DPT Polio
Campak morbili
Hepatitis B 2005
M + TM 94.17
91.22 92.40
78.44 81.95
Miskin M 91.64
88.30 90.35
76.98 77.53
Tidak Miskin TM 95.01
92.19 93.08
78.98 83.42
2006 M + TM
96.28 93.60
94.73 83.17
86.16 Miskin M
96.04 92.40
94.88 81.22
84.84 Tidak Miskin TM
96.32 93.79
94.71 83.48
86.37 2007
M + TM 97.24
94.74 95.82
82.53 90.70
Miskin M 95.94
94.08 95.07
81.88 87.94
Tidak Miskin TM 97.68
94.97 96.07
82.76 91.65
2008 M + TM
96.27 91.45
91.29 80.43
89.15 Miskin M
94.94 90.17
90.32 78.79
86.56 Tidak Miskin TM
96.70 91.86
91.60 80.96
89.98
Sumber : BPS, Jawa Tengah 2009 Rendahnya pendapatan masyarakat miskin membuat mereka kurang dapat
menikmati fasilitas kesehatan dengan baik. Hal ini menyebabkan tingkat kesehatan masyarakat miskin menjadi relatif lebih buruk dibanding dengan
kondisi kesehatan masyarakat tidak miskin. Data selama tahun 2005 sampai 2008 menunjukkan keadaan yang selaras, bahwa kesehatan diwakili oleh jenis
imunisasi yang diterima masyarakat miskin selalu berada dibawah tingkat
128 kesehatan masyarakat tidak miskin. Agar terpenuhi rasa keadilan masyarakat
maka diperlukan campur tangan pemerintah untuk mengatasi permasalahan ini.
5.7. Rata-rata Lama Sekolah